9: TENTANG ATHA

1.4K 29 8
                                    

((Sebelum baca part ini, coba buka dulu part sebelumnya. Ada penambahan scene di akhir part))

.

.

9 : Tentang Atha

Rupanya, percakapan di atara mereka tadi sore tak berhenti sampai di situ saja. Percakapan itu kembali terjadi pada malam harinya. Namun dengan topik yang berbeda dari sebelumnya. Kalau tadi mereka berbicara tentang lagu baru yang dibuat Auriga dan kekhawatiran yang dirasakan Atha mengenai kesuksesan lagu itu, kali ini mereka berbicara tentang kekhawatiran yang dirasakan oleh Atha mengenai perasaannya pada seorang perempuan yang notaben-nya adalah sahabatnya selama kurang lebih dua tahun ini.

"Jadi ceritanya, lo kejebak friendzone gitu sama sahabat lo itu?" Auriga menarik kesimpulan dari cerita yang didengarnya dari Atha sejak beberapa menit lalu.

Atha mengangguk. "Begitulah," ucapnya sambil menarik napas gusar.

"Trus, gimana?"

Atha mengerutkan keningnya, tak mengerti. "Gimana apanya?" tanyanya.

"Apa reaksi lo hanya sampai di situ? Apa lo nggak ada keinginan sedikit pun untuk menyatakan perasaan lo sama dia?"

"Yaa, nggaklah."

"Trus, gimana?" Lagi-lagi Auriga mengulangi pertanyaannya dengan pertanyaan yang sama.

"Yaa, nggak gimana-gimana," ucap Atha tak acuh. "Gue bakalan menyatakan perasaan gue sama dia. Tapi mungkin, bukan sekarang."

"Trus, kapan?" tanya Auriga tak sabar.

"Nanti kalau waktunya udah tepat, baru gue bakalan menyatakan perasaan gue sama dia."

"Iya, waktu yang tepat itu kapan? Lo nunggu dia ada yang deketin dulu, baru lo nyatain gitu?" ucap Auriga skeptis. "Yaelah, Tha. Yang ada lo nyesel ntar, kalau saat-saat itu lo rasain."

"Lo jangan nakut-nakutin gue gitu dong, Ga," ucap Atha sambil meringis ngeri, kalau saat-saat itu benar-benar ia rasakan.

"Gue bukannya nakut-nakutin lo, Tha. Cuma sekadar mengingatkan lo aja, sebelum nantinya lo nyesel dan lo ... nggak punya kesempatan sedikit pun untuk mendapatkan dia seperti apa yang lo harapkan selama ini."

"Bener juga, sih," ucap Atha mengiyakan. "Tapi masalahnya, dia belum bisa move on dari mantannya, Ga. Gue jadi sangsi bisa deketin dia kalau gitu caranya,"

"Yaelah, Tha. Mantan doang," dengusnya sambil memutar kedua bola matanya. "Nggak ada yang bisa dia harapkan dari mantannya itu, Tha. Cuma sekadar masa lalu ini, 'kan, nggak ada masa depannya. Beda sama lo, kalau lo emang ada niatan buat jadiin dia sebagai masa depan lo."

"Bener juga ya," gumam Atha pelan, namun dapat terdengar jelas oleh telinga Auriga.

"Udah, nggak usah kebanyakan mikir. Lebih baik, lo menyatakan perasaan lo sekarang. Sebelum dia digebet sama orang lain 'kan, ribet," tukas Auriga cepat.

"Okee. Thanks ya, buat sarannya. Nggak percuma juga, gue punya adik kayak lo. Ada manfaatnya juga, nggak kayak si Arius," ucap Atha, yang membuat tawa keduanya berderai seketika.

"Gitu-gitu juga, dia adik lo, Tha," ledek Auriga disela tawanya.

 ☆☆☆ 

Setelah percakapannya dengan Auriga tadi, Atha pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang kebetulan berdampingan dengan kamar Auriga. Semangatnya menggebu saat memikirkan ia akan menyatakan perasaannya pada sahabatnya itu malam ini juga. Yaa, karena perkataan Auriga tadi, ia pun memutuskan untuk cepat-cepat menyatakan perasaan yang ia pendam untuk sahabatnya selama ini itu malam ini juga. Sebelum semuanya terlambat dan berakhir dengan penyesalan yang mendalam nantinya.

Kamu, Rasa, dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang