8: TENTANG LAGU DAN KEKHAWATIRAN

1.6K 33 6
                                    

8 : Tentang Lagu dan Kekhawatiran

Semuanya terasa berbeda,

Saat aku mulai mengenalmu.

Duniaku tak sama lagi,

Karena kamu mengisi ruang yang kosong itu.

Dulu hanya ada aku dan duniaku.

Kini kamu dan duniamu melengkapinya.

Goresan pena itu terhenti pada kata terakhir. Membuat lelaki itu mengetukkan jemarinya beberapa kali di atas meja, memikirkan kata yang tepat untuk melanjutkan lirik lagu yang tengah ditulisnya sejak beberapa menit lalu itu.

"Ngapain lo?" tanya seseorang tiba-tiba, yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Orion Athariz, yang membuat pergerakan jemarinya terhenti seketika.

Ia menoleh sesaat, lalu mengedikkan bahunya sekilas. "Seperti yang lo lihat," ucapnya tak acuh.

Atha berjalan mendekatinya, ia menyipitkan matanya memerhatikan notasi-notasi balok di dalam selembar kertas berwarna abu-abu yang terletak di atas meja—lengkap dengan berbagai alat tulis lainnya. "Oh... Nulis lagu?" tanyanya dengan tak yakin tanpa mengalihkan tatapannya dari selembar kertas berwarna abu-abu itu.

"Yaa, begitulah," ucapnya ringkas, lagi-lagi sambil mengedikkan bahunya.

Atha meletakkan kembali selembar kertas berwarna abu-abu itu di atas meja. Satu alisnya terangkat, lalu bergumam pendek. "Tumben,"

"Kenapa?" tanyanya dengan kening berkerut, heran.

"Lagu yang lo tulis kali ini, nggak kayak biasanya."

"Nggak kayak biasanya gimana?"

"Lebih beda aja dari lagu-lagu yang lo tulis selama ini."

"Maksudnya, gimana sih, Tha? Gue nggak ngerti,"

Atha mendecak pelan, mendengar perkataan polos yang dilontarkan adik pertamanya itu. "Yaa, lain aja daripada yang biasanya. Masa gitu aja nggak ngerti?" ucapnya sewot sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Yaa, lo ngomongnya ribet gitu. Gimana gue bisa ngerti, coba?" Auriga membalas perkataannya dengan tak kalah sewot dengan Atha.

"Itu mah elonya aja yang bego, yang nggak bisa nangkap omongan gue," balas Atha dengan tak kalah sewot.

Auriga menarik napas. "Terserah lo aja deh," ucapnya sekadarnya, menyadari bahwa pembicaraan ini tak akan ada ujungnya jika tak ada yang mau mengalah di antara mereka berdua.

Atha mengedikkan bahu tak acuh sambil mengambil gitar berwarna cokelat milik Auriga di samping meja belajar adiknya itu. Jemarinya dengan lincah mulai memainkan sebuah lagu milik Colbie Cailat, You Got Me, setelah menyetemnya terlebih dahulu.

You're stuck in me and my laughing eyes.

I can't pretend though I try to hide.

I like you, I like you.

I think I felt my heart skip a beat.

Kamu, Rasa, dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang