6: LELAKI ITU BERNAMA AUFAR

2.3K 37 5
                                    

6 : Lelaki itu Bernama Aufar

Setelah mengalami perdebatan kecil tentang kafe yang mereka pilih untuk makan siang, akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe di sekitar BIP. Selain tempatnya yang lebih dekat, mereka juga berpendapat bahwa kafe yang berada di sekitar BIP ini cukup nyaman untuk makan siang.

Senyuman kecil masih terukir di bibir tipis Leila. Ia tak menyangka bahwa lelaki yang ada di hadapannya kini akan menerima ajakan makan siangnya. Walaupun awalnya lelaki itu menolak jika ia yang menraktirnya. Akan tetapi, dengan sedikit paksaan kecil akhirnya lelaki itu pun menerimanya dengan syarat hal ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Karena dilain kesempatan, lelaki itu yang akan menraktirnya. Begitu katanya, yang membuat Leila mengamininya dalam hati.

Semoga aja, kita benar-benar ketemu lagi, Mas. harapnya dalam hati.

"Mau pesan apa?" tanya lelaki itu sambil menatapnya dengan tatapan lembut.

"Ng..." Leila menggaruk pelipisnya yang tidak gatal sambil memikirkan makanan apa yang akan ia pesan. Apa ia akan memesan makanan yang menjadi menu favoritnya yang seperti biasanya atau tidak? Apa jika ia memesan makanan-makanan itu, akan membuat lelaki itu menatapnya takjub seperti tatapan yang diberikan Atha saat mengetahui porsi makannya yang seperti itu atau tidak? Atau lelaki itu malah akan memberikan tatapan ilfeel jika tahu porsi makannya yang seperti itu? Tanpa sadar ia menggeleng sambil bergumam lirih dalam hati. Nggak. Nggak boleh. Dia nggak boleh tahu porsi makan gue yang kayak gitu. Gue harus ngasih first impression yang bagus dong, di depan dia.

"Jadi, kamu tidak mau pesan apa-apa?" tanya lelaki itu membuyarkannya dari lamunan singkatnya tentang makanan yang akan di pesannya.

"Eh?"

"Kamu tidak mau pesan apa-apa?" Sekali lagi lelaki itu bertanya dengan kening berkerut heran.

"Ng.. Nggak, kok," ucap Leila sambil menggeleng-geleng kaku, namun beberapa detik setelahnya ia mengangguk. "Eh.. maksudku.. ehm... aku pesan makanan yang sama aja kayak kamu juga, nggak apa-apa, kok. Aku cukup menyukai semua makanan soalnya."

"Oh.. begitu ya," ucapnya sambil tersenyum tipis. "Ya sudah, kalau begitu kita pesan sirlion steak sama caramel machiato aja gimana?"

Leila mengangguk. "Boleh, tapi aku minumnya milk tea aja ya."

"Okee," ucap lelaki itu ringkas sambil melambaikan tangannya ke arah pramusaji.

"Mau pesan apa, Mas, Mbak?" tanya pramusaji itu saat sudah berdiri di samping meja mereka.

"Sirlion steak-nya dua, machiato satu sama milk tea-nya satu ya, Mbak," ucap lelaki itu sambil tersenyum tipis.

Pramusaji itu mencatat pesanan mereka di buku kecil yang dibawanya. "Ada lagi, Mas?"

"Sudah itu saja, Mbak."

"Baik, ditunggu sebentar ya, Mas, Mbak," ucap pramusaji itu sambil berlalu dari hadapan keduanya.

"Kamu cukup suka, 'kan, sama makanan yang saya pesan tadi?" tanya lelaki itu tiba-tiba sambil menatap perempuan yang ada di hadapannya itu dengan kening berkerut seperti biasanya.

Leila mengangguk. "Suka kok, kebetulan aku juga lagi pengin pesan makanan itu juga. Udah lama banget soalnya, nggak makan makanan itu," ucapnya sambil tertawa kecil. "Kalau kamu.. ehm.. makanan sama minuman yang kamu pesan tadi, pasti merupakan menu yang kamu sukai ya?"

Kamu, Rasa, dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang