17 : TENTANG LEILA

740 19 1
                                    

17 : Tentang Leila

"Tha?"

"Atha?"

"Athaaa!"

"Eh ya?" Atha mengerjap, tersadar dari lamunan singkatnya.

"Kamu dengerin aku ngomong nggak, sih?" tanya seseorang di seberang sana, nada suaranya terdengar kesal di telinga Atha.

"Eh iya, dengar kok," ucapnya sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kalau emang denger, jangan pake kata 'kok', dong," gerutu Leila sewot.

"Lho, emangnya kenapa?"

"Seseorang pernah bilang kayak gini sama aku, katanya kalau ada orang yang ngomong pake kata 'kok' berarti orang itu nggak yakin sama sekali sama apa yang ia katakan," ucapnya panjang lebar, "jadi intinya, kamu nggak yakin sama sekali sama yang kamu omongin."

"Eh kata siapa? Aku yakin, kok,"

"Nah itu, masih pake kata 'kok' lagi, 'kan?" dengusnya, yang membuat Atha terkekeh geli karena perkataannya.

"Eh beneran, aku dengar tahu, apa yang kamu omongin. Jangan ngambek gitu, dong," ucap Atha.

"Apa coba? Kalau kamu emang beneran denger apa yang aku omongin,"

"Kamu bilang, kamu bilang sayang sama orang itu. Iya, 'kan?" godanya sambil terkekeh kembali.

"Tahu ah. Nyebelin," gerutu Leila lagi. Atha bisa membayangkan bagaimana raut wajah perempuan itu jika sedang menggerutu. Bibirnya pasti mengerucut lucu, yang selalu membuatnya gemas untuk mencubit pipinya jika sedang menggerutu seperti itu. Sayangnya, Leila tidak sedang berada di hadapannya saat ini. Kalau iya, mungkin pipinya sudah bersemu merah karena habis dicubiti Atha berkali-kali seperti biasanya. Ah, mengingat seperti itu, Atha jadi rindu bertatapan dengan perempuan itu.

"Lah, kok nyebelin, sih? Orang yang aku bilang bener, 'kan?" tanyanya bingung.

"Abisnya kamu nyebelin, sih, ngomongnya pake suara godain gitu," rajuknya kesal.

Atha terkekeh lagi. "Kamu kayak nggak tahu aku aja, Lei. Aku, 'kan, orangnya sering bercanda."

"Iyain aja, deh, biar cepet."

"Yee, nyebelin."

"Bodo."

"Oh yaudah," ucapnya ringkas. "Eh omong-omong, emangnya orang yang kamu bilang sayang itu siapa, sih?"

Leila tertawa kecil. "Oh itu.., orang yang aku ceritain waktu itu sama kamu. Aufa."

"Aufa?" cicitnya sambil mengerutkan keningnya. Sepertinya, nama itu cukup familier di telinganya.

"Iya, Aufa. Dia itu Au..."

KLIK!

"Halo.. Halo.. Yah, mati..." ucap Atha lemas saat melihat ponselnya mendadak mati seketika karena kehabisan baterai. "Padahal, tinggal dikit lagi gue bisa tahu orangnya siapa. Nggak bisa diajak kompromi banget dah, ini ponsel," ucapnya kemudian sambil membanting tubuhnya ke atas kasur.

♥♥♥

"Kenapa tuh muka lo, kusut gitu kayak baju yang belum disetrika aja," goda Atha saat melihat Arius datang dengan wajah ditekuk.

"Bete gua. Nunggu jawaban nyampe berbulan-bulan, eh ujung-ujungnya di tolak juga," curhatnya tanpa sadar.

"Lo ditolak?" tanya Atha, yang membuat Arius menyadari kesalahannya. "Sabar ya, Bro. Kalau kata orang sunda mah, sabar da hirup mah peurih [1]," ucapnya sambil terkekeh geli.

Kamu, Rasa, dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang