9 - "Cry"

10.9K 2K 109
                                    

Seminggu kemudian ...

Jihye terbangun karena terkejut ketika ahjumma mengetuk pintu kamarnya.

"Nona Son, kau tidak boleh bangun kesiangan!" suara ahjumma terdengar dari luar kamar. Jihye langsung bangkit dari kasur, kemudian ia menyingkap selimutnya.

"Iya, ahjumma. Maaf, aku sudah bangun." ujarnya seraya membuka pintu kamar.

"Tidak apa-apa. Sepertinya aku belum memberitahumu bahwa kita harus bangun sebelum Tuan Park bangun dari tidurnya. Dan yah, jangan lupa untuk memandikan Jackson pukul tujuh nanti. Lalu, pukul setengah delapan kau harus mengantar Jackson ke playgroup-nya. Lalu, pukul sebelas nanti jemput Jackson di gerbang timur. Hm ... setelah pulang, jangan lupa kau persiapkan gitar miliknya, karena guru musik privat akan tiba setelah jam makan siang. Kau mengerti?"

Jihye tercengang. Ia tak jadi mengantuk di pagi hari. Sungguh, bekerja untuk seorang anak orang kaya raya lebih melelahkan dibandingkan mengurus sekumpulan anak-anak yang berada ditempat penitipan.

Belum sempat Jihye mengeluarkan keluhannya, ahjumma langsung menarik tangan Jihye, kemudian mereka berdua berbagi tugas untuk urusan rumah tangga dan dapur.

"Kurasa Tuan Park sekarang sedang bersiap-siap. Sebaiknya, kita berkumpul di depan pintu untuk memberi hormat." kata ahjumma.

"Haruskah?" tanya Jihye dengan malas. Ahjumma mengangguk dengan cepat.

Kenapa harus seribet ini, sih, gerutu Jihye dalam hati.

Akhirnya, mereka berdua berdiri dengan tenang di dekat ambang pintu untuk menunggu Tuan Park keluar dari kamarnya. Dan ... tak lama kemudian, wangi parfum semerbak tersebar ke seluruh ruangan, tentu ini menandakan bahwa Tuan Park sedang berjalan ke arah mereka. Tungkai kaki Jihye terasa lemas ketika aroma itu semakin tajam.

"Selamat pagi, Tuan." ahjumma dan Jihye memberi salam seraya membungkuk dengan hormat. Jihye berusaha mati-matian agar selalu fokus di hadapan Tuan Park, meskipun hal tersebut cukup sulit, karena jantung Jihye selalu berdebar tak karuan.

Tuan Park berjalan cepat seperti biasanya. Namun, ia malah berhenti beberapa langkah setelah melalui Jihye.

"Tolong jaga Jackson." ucap Tuan Park. Suara berat miliknya sukses membuat tubuh Jihye meremang.

"B ... baik, Tuan." ucap Jihye dengan gugup.

"Dan satu lagi. Jangan biarkan ia terjaga ketika aku pulang." kata Tuan Park, kemudian pria itu melanjutkan langkahnya tanpa menunggu jawaban dari Jihye. Benar-benar tipikal pria yang dingin seperti es!

Setelah Jihye memastikan Tuan Park telah pergi, ia langsung berjongkok, kemudian memeluk lututnya yang terasa lemas.

"Hahhh, aku gugup sekali." ujar Jihye.

Ahjumma menggeleng-gelengkan kepala karena tingkah gadis muda itu. "Nanti kau akan terbiasa."

"Ahjumma .., kenapa dia dingin sekali, hm? Jauh berbeda dengan anaknya yang cerewet itu!"

"Sttt, hentikan ucapanmu. Nanti ada yang dengar." kata ahjumma lalu ia berjalan menuju dapur guna membuat sarapan khusus untuk Jackson.

"Ah, menyebalkan sekali. Lagipula, siapa yang mau dengar?" Jihye masih menggerutu, namun ia tidak diam saja dalam posisinya. Dia bangkit, kemudian pergi ke kamar Jackson. Sudah jelas ia harus membangunkan bocah itu.

Setelah sampai di lantai dua, Jihye hendak membuka pintu dengar perlahan, namun pintu tersebut sudah dibuka terlebih dahulu dari dalam, sehingga gadis muda itu langsung jatuh tersungkur ke arah depan.

Ex-Idol & Me [PCY]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang