Angin sore membelai dengan lembut rambut Jihye, lengkap dengan terpaan sinar matahari yang membuatnya merasa kian hangat. Kini, wajah gadis tersebut tampak seolah lebih cerah dari biasanya, sebab pantulan sinar mengenai permukaan air kolam renang, hingga membuat gadis itu beberapa kali memejamkan mata karena silau. Namun, meskipun demikian, ia tetap menikmati indahnya sore hari, sembari duduk di kursi panjang tepi kolam renang dan melihat sosok bocah yang paling ia sayangi, yaitu Jackson.
Anak berusia empat tahun tersebut dengan lincahnya berenang dari ujung ke ujung. Saking lincahnya, bocah itu terlalu bersemangat hingga membuat air berhamburan ke segala sisi. Jackson tertawa keras begitu tiba di salah satu sisi kolam renang terdekat dengan Jihye. Sebenarnya, Jihye sendiri bingung apa yang sedang anak itu tertawakan.
Dasar aneh, batin Jihye.
Selanjutnya, gadis Son itu tersenyum pada Jackson, lalu melambaikan tangan agar Jackson dapat melihatnya. Jackson pun membalas senyuman Jihye, setelah itu kembali berenang untuk berkumpul dengan kawan dan gurunya.
Jihye menghembuskan napas panjang.
Ya, tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, menyisakan berbagai kenangan manis dan pahit, membuatnya berbaur menjadi satu bagaikan adonan kue. Jihye sendiri masih belum mengerti tentang hal-hal apa saja yang ia rasakan. Sebab, segala yang ia rasakah seolah terjadi secara bersamaan. Gadis itu merasa sedih, kecewa, marah, dan senang. Tapi tentunya, ia dapat menyadari betul bahwa yang mendominasi hatinya hanyalah kesedihan belaka. Sedih yang berkepanjangan serta belum berakhir ini membuat dirinya merasa lebih tersiksa.
Tiap hari, Jihye harus menyaksikan dinginnya tatapan mata Chanyeol yang membuat gadis itu merinding. Sungguh, tatapan mengintimidasi itu adalah tatapan yang ditunjukkan oleh Chanyeol saat pertama kali mereka bertemu. Jujur, Jihye kecewa pada sikap Chanyeol, tetapi ia lebih kecewa terhadap dirinya sendiri. Jika saja ia mau memaafkan Chanyeol, maka hubungan mereka akan baik-baik saja sekarang. Namun, keegoisanlah yang menjadi benteng utama penghalang mereka.
Menanggapi sikap Chanyeol yang dingin terhadap dirinya, sungguh, gadis itu berusaha agar baik-baik saja. Karena setidaknya, Jackson tak lagi mendapatkan tatapan dingin dari Chanyeol. Jackson nampak bahagia bersama dengan ayahnya, begitupula Chanyeol, ia turut bahagia bisa bersenda gurau kembali dengan anak semata wayang hasil pernikahannya dengan Seo Yejin.
Jihye mencoba menarik senyuman simpul ketika Jackson menghampirinya. Meskipun sedikit menyakitkan, percayalah, rasa sayang gadis itu pada Jackson tak kan pernah berubah.
"Noona, tolong ambilkan bajuku." pinta Jackson seraya menjulurkan tangannya.
"Memangnya buat apa?" tanya Jihye penasaran, sebab Jackson biasanya akan meminta dipakaikan baju oleh Jihye.
"Aku mau pakai baju sendiri di ruang ganti, Noona."
Jihye tersenyum tipis, kemudian menyerahkan baju ganti yang telah ia persiapkan kepada Jackson. Setelah Jackson memperoleh bajunya, bocah itu langsung melangkahkan kakinya ke arah ruang ganti. Jujur, Jihye merasa bangga karena perubahan sikap Jackson dari hari ke hari. Bocah itu semakin mandiri seiring dengan berjalannya waktu.
***
Jihye mengecek jam pada ponselnya.
06.00
Sudah pukul enam sore, namun Jackson belum juga kembali dari ruang ganti.
Jihye mulai merasa khawatir. Padahal, tiga puluh menit sebelum itu, ia masih mencoba untuk menunggu di dekat kolam renang. Tetapi karena Jackson tak kunjung kembali juga, gadis itu mulai berspekulasi yang macam-macam. Sontak, Jihye tak bisa tinggal diam. Ia pun bergegas terburu-buru menuju ke arah ruang ganti pria. Sesampainya di depan sana, ia berteriak seraya menggedor-gedor pintu tersebut dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Idol & Me [PCY]✔
Fanfiction#3 [COMPLETED] Semasa mudanya, Park Chanyeol adalah seorang idol terkenal dengan banyak fans. Namun kini, pria itu tak lagi muda belia, usianya sudah kepala tiga dan ia telah memiliki seorang anak. Sayangnya, Chanyeol harus bercerai dengan istri yan...