45 - "Untold"

7.1K 1.4K 156
                                    

Aktifkan data seluler sebelum vote ya^^

***

Yena melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Sehun. Dengan perlahan, wanita itu duduk di tepi pusara dengan batu nisan hitam legam yang mengkilap.

Senyuman yang mati-matian ia tarik sebisa mungkin, akhirnya luntur juga. Setetes demi setetes air mata mengalir lembut, membasahi pipinya.

Dengan lemah, ia jatuh tersungkur, menatap pusara dengan nama yang terukir indah pada nisannya. Selanjutnya, Yena meletakkan bunga di atas pusara tersebut.

"Maafkan aku." ucap Yena dengan lirih.

Sementara Sehun, hanya mampu ikut duduk bersimpuh di samping istrinya, lalu mengusap punggung Yena, memberi ketegaran pada wanita tersebut.

"Ini semua salahku. Seharusnya, aku bisa menjaga Yejin dengan baik. Komohon, maafkan aku." lanjut Yena, dengan tangis yang kian keras.

"Bodohnya aku, karena membiarkan penyakit itu menggerogoti Yejin, sehingga dia melukai semua orang, bahkan dia melukai kalian yang telah berada di sisi Tuhan."

Sehun menghembuskan napas berat. Ia tahu pasti bahwa kejadian penembakan yang dilakukan oleh kakak iparnya tersebut sangat membuat Yena terpukul.

Setiap harinya, Seo Yena selalu menyalahkan diri sendiri. Wanita tersebut berkata bahwa seharusnya ia mencegah Yejin pergi dari rumah pada malam itu. Terlebih lagi, gangguan bipolar Yejin sedang kambuh. Tetapi, Yena juga tak bisa membiarkan Yejin berada di rumah, karena pada saat itu, Jackson juga berada di sana.

"Sayang, berhentilah menyalahkan dirimu." ucap Sehun, kemudian menarik dengan lembut sisi kepala Yena, lalu mengarahkannya pada dada pria itu. Membiarkan Yena sedikit tenang dalam dekapan hangatnya.

"Sehun, ini semua salahku. Mereka pasti kecewa pada diriku."

Dengan penuh kasih sayang, Sehun mengelus pucuk kepala Yena yang tertutup tudung hitam.

"Aku yakin mereka tidak kecewa padamu. Kau telah melakukan yang terbaik, Sayang." balas Sehun.

Yena kembali menatap dua pusara yang berdampingan itu. Meskipun Sehun sudah berusaha menghiburnya, dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja, tetapi, hati Yena berkata lain. Ia tetap saja merasa tidak tenang.

"Aku tahu kau masih merasa tidak tenang." kata Sehun.

Yena menoleh sebentar, "Apa yang harus aku lakukan?"

"Kalau begitu, mari kita temui korban penambakan itu. Bagaimana menurutmu?"

Yena mengangguk lemah. Sepertinya, ide Sehun tidaklah buruk, berhubung wanita itu belum sama sekali bertemu dengan korban penembakan yang dilakukan oleh Yejin.

Yena pun bangkit, disusul oleh Sehun. Tepat sebelum ia berbalik badan, wanita tersebut menatap pusara untuk terakhir kalinya.

"Eomma, appa .., maafkan aku dan Yejin. Maafkan kami karena belum bisa menjadi anak yang berbakti."

Tepat setelah itu, Yena mengapit lengan suaminya, kemudian mereka berdua berjalan berdampingan meninggalkan makam Tuan dan Nyonya Seo.

***

"Kau yakin korbannya di rawat di sini?" tanya Sehun tak percaya. Pasalnya, rumah sakit tersebut adalah tempat dimana Chanyeol di rawat pasca penembakan.

Yena mengangguk lemah. Setelah sekian lama menyembunyikan fakta dari Sehun, tetap saja wanita Seo itu belum siap membongkar segala sandiwara ini.

Ex-Idol & Me [PCY]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang