Kematian

911 91 14
                                    

"Ha.. ha.. ha..." Airin tertawa ketakutan. Pandangannya mendadak nge-blur. Yang harus dilakukannya adalah mengumpulkan kembali kesadarannya untuk mundur perlahan.

Dazai mendekat perlahan untuk membantu menarik Airin ketika dirinya sudah berada di dekat Airin. Semoga saja, Dazai tidak justru mendorongnya dan ikut lompat. Kalau itu terjadi, maka kalian akan melihat tanda chapter lengkap setelah ini ;)

Oke lanjut.

Airin menatap ke bawah sambil berusaha mengatur nafasnya. Ia mencoba untuk mundur perlahan. Tetapi kakinya yang gemetar tidak mampu menopang tubunhnya lagi dan ia terjatuh dari ketinggian.

-Tamat



.






.




.



.

(Engga deng, belom tamat)

Dazai langsung berlari dan ikut terjun. Entah bagaimana caranya, ia dapat memeluk tubuh Airin. Dan mereka terjun dari ketinggian. (Ini bukan opening 1)

Orang-orang di bawah langsung heboh. Ada yang meminta tolong, ada yang hanya menonton, dan ada pula yang mengabadikan momen itu dengan kamera HP mereka.

Airin melihat sebuah matras berada tidak jauh dari situ. Ada 2 orang yang sedang mengangkatnya. Tetapi matras itu bukan untuk Dazai dan Airin loh, ya. Itu pesenan orang.

Airin mengendalikan matras itu dengan berusaha untuk tenang. Bodoamat soal matanya, yang penting badannya selamat, pikir Airin. Tetapi orang yang memeluknya membatalkan kekuatan Airin.

"Kau akan melukai matamu, pikirkan cara lain." Kata Dazai. Ini orang bisa baca pikiran ya?

Airin menemukan ide.

Lantas, ia mendorong dirinya dari pelukkan Dazai ke arah matras. Namun lagi-lagi ia salah hitung. Yang ada malah ia mendorong Dazai ke matras. Jadi Airin menengok sedikit ke bawahnya saat ini. Ada pohon. Cukup buruk sepertinya. Pasrah, Airin menutup mata.

Krosak! Krosak!

Pendaratan yang sangat menyakitkan. Pada akhirnya, Airin terjatuh di trotoar tempat pohon itu tumbuh. Coatnya sobek-sobek. Untung tangan dan punggungnya terlindung oleh coat itu. Tetapi sayangnya, coat itu tidak melindungi betisnya. Alhasil, betis Airin berdarah-darah tergesek ranting pohon.

Airin meringis. Terlihat Dazai menghampiri Airin. "Daijoubu ka, Rin-chan?" Tanya Dazai.

Airin menggeleng pelan. Lalu ia mencoba berdiri. Kakinya terasa makin sakit. Airin menahannya dengan menggertakkan giginya. Ditambah lagi, bagian bawah coat mulai menyentuh betis Airin. Perih rasanya. (Reader silahkan bayangin sendiri deh)

Reflek, Airin melepas coat-nya dan memegangnya. Lalu ia bersiap untuk melangkah. Tetapi kakinya tidak mau mengikuti perintah otaknya. Kakinya lemas. Bukan hanya karena luka yang disebabkan oleh ranting, melainkan ia menyadari bahwa dirinya nyaris saja menyusul Okaa-san nya.

"Naiklah ke punggunggku." Kata Dazai. Airin ingin menolaknya. Tetapi untuk berjalan saja sudah susah. Dengan terpaksa, ia digendong oleh Dazai ke kantor Armed Detective Agency.

"Aku melukainya." Batin Dazai. Ia benar-benar merasa bersalah.

"Rin-chan, kalau kau tidak mendorongku ke arah matras itu, kita bisa melakukan bunuh diri ganda dan hidup bahagia selamanya, loh."

"Aku tidak mau melakukannya."

"Hee? Kenapa?"

"Okaa-san... ia masuk ke sarang musuh tanpa membawa apapun. Ia membunuh dirinya sendiri. Dan ia juga tidak menolong okaa-san.Okaa-san benar-benar egois." Airin meremas pakaian Dazai. "Aku kehilangan Okaa-san dan frustasi karenanya. Jadi, sepertinya aku belum boleh menyusul Okaa-san. Dia akan benar-benar gila kalau aku menyusulnya sekarang."

"Aku tidak begitu tahu tentang kehidupanmu. Tapi memangnya kau punya tujuan untuk tetap hidup?" Tanya Dazai sambil melirik Airin.

"Tujuan hidup? Kurasa... tujuanku adalah untuk tetap hidup. Aku ingin membuktikan kepadanya bahwa aku berhasil. Aku ingin menunjukkan kalau aku bukan lagi seorang anak kecil. Aku bisa hidup tanpa harta dari dia."

"Omong-omong Dazai, memangnya kau tidak punya tujuan hidup?"

"Aku ingin bunuh diri ganda dengan seorang gadis cantik." Dazai tersenyum konyol.

"Konyol sekali. Memangnya kau tidak punya tujuan lain?" Tanya Airin.

"Barusan aku menemukan tujuan untuk tetap hidup sepertinya." Jawab Dazai.

"Hm? Apa itu?" Airin mencoba untuk menatap Dazai.

"Aku ingin membangun sebuah keluarga dengan wanita cantik yang sangat kucintai sebagai pendamping hidupku. Aku ingin wanita itu mencintaiku juga." Dazai tersenyum tulus ke arah Airin. Dazai menyadari kalau wajahnya dan Airin sangat berdekatan. Bisa saja ia mencium Airin secara tiba-tiba, tetapi ia tidak mau melakukannya. Ia tidak mau gadis itu justru marah dan menjatuhkan dirinya.

Sedangkan Airin sendiri tertarik dengan tujuan hidup Dazai. "Aku penasaran siapa wanita yang kau maksud." Kata Airin.

Dazai terkekeh. Ia baru menyadari kalau wanita yang sedang digendongnya itu tidak memiliki kepekaan soal hal percintaan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, ga peka tingkat dewa.

"Yah, kau akan tahu sendiri kok, Rin-chan." Kata Dazai sambil tersenyum. Dan tanpa sadar, mereka sudah berada di depan gedung Armed Detctive Agency.

Dazai langsung membawa Airin ke tempat Yosano untuk diobati, sedangkan dirinya sendiri pergi ke ruangan Armed Detective Agency.

"OI DAZAI! DARI MANA SAJA KAU?!" Seru Kunikida.

"Gomen, Kunikida-kun." Jawab Dazai santai.

"Tokoro de, Dazai-san dipanggil Sachou." Kata Kenji yang baru melihat keberadaan Dazai.

Dazai pun langsung menuju ruangan Sachou.

(.-.)

"Dazai, apa kau mengenali mantan anggota port mafia, Kanagami Hotarou?" Tanya Sachou.

"Aku pernah dengar nama Hotarou. Ia dikenal sebagai Dewa Kematian-nya port mafia. Tetapi ia keluar sebelum aku berada di port mafia, jadi aku tidak tahu banyak tentangnya. Bahkan nama keluarganya pun, aku baru mengetahuinya." Dazai menatap lurus ke arah Sachou.

"Aku dengar, port mafia sedang melakukan berbagai cara untuk mengembalikan Dewa Kematian itu. Kalau ia berada di port mafia. Mereka tidak akan bisa dihentikan." Sachou menatap Dazai setelah meminum tehnya.

"Kalau ia kembali, memang akan berbahaya. Ia adalah orang yang jenius seperti Ranpo-san. Tidak, ia melebihi Ranpo-san." Gumam Dazai.

"Kurasa kau mengerti apa yang kumaksud kalau begitu, Dazai."

"Aku harus menjaganya agar tidak jatuh ke port mafia, benar?" Tanya Dazai. Sachou menjawabnya dengan anggukkan pelan.

Yak, in author yang sedang gabut, jadi dibikin double chap ;)

The Target [Dazai Osamu X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang