"38,2 derajat..." Airin sedikit terkejut melihat hasil pengukuran suhu tubuhnya. Sepertinya dia harus istirahat seharian ini.
Jadi Airin tetap terbaring di kasurnya tanpa melakukan apapun. Turun untuk mengambil obatpun tidak. Benar-benar malas baginya.
Airin menutup matanya, bersiap untuk tidur lagi. Tapi ia justru tidak bisa tidur. Ia hanya berguling-guling di atas kasurnya yang super besar dan empuk. Just fyi, rumah Airin itu semua furniturnya kelas atas ya.
Airin akhirnya berusaha turun ke bawah. Meskipun jalan saja dia terlihat akan menabrak apapun. (Dan dia menabrak sebuah meja memang)
"Ukh... kenapa dapur rasanya jauh sekali sih," gerutu Airin.
Dengan penuh perjuangan, ia sampai ke dapur dan meminum obat untuk demam. Lalu dengan berjalan seperti tadi, ia pergi ke ruang tengah karena ruang tengah berada di lantai yang sama.
Airin tidur di sofa empuk depan TV. Lalu ia menyalakan TV. Untungnya, kemarin Airin sudah merasa badannya kurang enak dan meminta izin ke Yosano.
Airin mulai terlelap sementara TV masih menyala. Boros.
Baru beberapa menit ia tertidur, ada suara ketukan di pintu rumahnya. Dan orang yang mengetuk ini sepertinya tidak sabaran, karena ia mengetuk berkali-kali tanpa berhenti.
"Ck, siapa sih?"
Airin menghampiri pintu rumahnya dengan kesal. Dan ia semakin kesal setelah mengetahui tamu-nya.
"Yo, Rin-chan!"
Airin seketika menutup kembali pintu rumahnya.
"Hidoi!" Seru orang di seberang pintu.
"Apa yang kau inginkan, Dazai?"
"Menjengukmu lah!"
"Dari mana kau tahu kalau ini rumahku dan bagaimana kau tahu kalau aku sakit?"
"Waktu itu kau kan pernah menunjukkan rumahmu padaku, memangnya kau lupa? Dan kudengar kau memang sakit dari kemarin sore." Jawab Dazai agak panjang karena Airin memberinya 2 pertanyaan sekaligus.
"Ah iya juga..." Gumam Airin.
"Omong-omong, aku membawa beberapa makanan dari orang-orang di agensi, mungkin kau bisa membuka pintunya sekarang, Rin-chan."
Airin tidak mempedulikan manusia itu dan ketika ia akan berjalan menuju sofa-
"Aku akan tetap di sini dan mengetuk pintu ini sampai kau membukanya!" Ancam Dazai.
Dan dia benar-benar mengetuk pintu berkali-kali.
Dengan kasar, Airin membuka pintu rumahnya.
"Stop, Dazai."
"Rin-chan kau terlihat berantakan, demo... masih terlihat manis kok!" Komentar Dazai.
"Kalau kau hanya mau mengatakan itu, lebih baik kau langsung kembali sekarang karena kepalaku benar-benar pusing."
"Aku mengantarkan ini, kau belum makan bukan? Biarkan aku masuk dong Rin-chan."
Airin berjalan menuju ruang tengah, "masuk dan tutup pintunya."
Dan wajah Dazai langsung terlihat cerah.
"Rin-chan, apa itu Okaa-sanmu?" Tanya Dazai dambil menunjuk ke sebuah bingkai foto yang dipajang di dinding.
Airin meng-iyakan, "Okaa-sanku memang cantik, aku sudah bisa menebak apa yang ingin kau katakan, Dazai."
"Okaa-san itu blasteran Jepang-Prancis."
"Hmm... naruhodo... Andai aku ada di insiden itu, kurasa aku akan mengajaknya bunuh diri ganda!" Seru Dazai.
"Ya ya, terserah terserah." Airin lalu melemparkan dirinya di sofa super empuk di ruang tengah. Hebatnya, Airin tidak sadar kalau Dazai mengatakan sesuatu yang cukup janggal. (Atau jangan-jangan reader juga ngga sadar)
"Kau mau makan bubur atau sup?" Tanya Dazai.
"Lebih baik sup kurasa." Jawab Airin.
"Piringnya di mana?"
"Cari saja di dapur."
Lalu beberapa menit kemudian, Dazai ke ruang tengah dengan membawa semangkuk sup.
"Sini kusuapi, Rin-chan."
"Aku bisa memakannya sendiri," jawab Airin galak.
Airin lalu mengambil semangkuk sup itu dari Dazai, tetapi ia hampir menjatuhkannya.
Dazai langsung menangkapnya dengan sempurna, "kalau tidak hati-hati, kau tidak bisa memakannya, Rin-chan. Lebih baik kusuapi saja, ya."
Perempatan muncul di dahi Airin. Wajah Dazai yang tersenyum adalah salah satu alasan dari munculnya perempatan itu.
"Bilang 'Aaaa' dong Rin-chan." Dazai memegang sendok yang kini sudah berada dekat wajah Airin.
Airin mendengus lalu membuka mulutnya.
"O... Oishi..." gumamnya.
"Isi rumahmu benar-benar mewah ya, Rin-chan. Yah, lagipula kau kan memang putri dari pemilik pabrik senjata terbaik, kan?"
Tangan Airin mengepal. "Aku tidak menganggapnya." Gumam Airin.
"Dia membunuh Okaa-san."
"Dia 'membunuh' Okaa-sanmu?" Dazai terheran.
"Itu urusanku, kau tidak berhak mengetahuinya Dazai."
"Maa, meski aku sedang tidak ingin menebak masalahmu saat ini, aku harap kau akan menceritakannya kepadaku, Airin."
"Kalau begitu, aku kembali ke agensi dulu. Jangan lupa minum obatmu ya, Rin-chan." Lanjut si mumi.
Lalu terdengar suara pintu tertutup.
"Menebak huh? Bagaimanapun, itu akan rumit, Dazai. Dia jauh lebih cerdik, dia adalah aktor yang lebih baik dariku. Bahkan, aku tidak pernah mengerti apa yang dia inginkan." Airin menangis entah karena apa.
Ada yang mau nebak "dia" itu siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target [Dazai Osamu X OC]
FanficSeorang mantan pembunuh bayaran yang ingin menjadi baik ditolong oleh sesosok manusia perban yang absurd. Dia bukan orang baik Tidak ada yang menganggapnya baik Dan dia merasa tidak pantas untuk cahaya Mungkin dia bukanlah orang yang baik, tetapi di...