Ujian Masuk

1K 124 5
                                    

"Aku ingat ada seseorang yang membunuh banyak anggota Port Mafia. Dia benar-benar merugikan." Bisik Chuuya.

Airin membeku.

"Yah, lupakan saja. Boss sudah bilang untuk tidak mengurusi urusan itu." Gumam Chuuya.

Airin tidak dapat berjalan setelah mendengar kata-kata Chuuya. Sedangkan Chuuya meninggalkan Airin yang masih terdiam di tempatnya.

"D... dia... ingat?" Gumam Airin. Airin terlihat lemas, ingin rasanya menjatuhkan diri dan pingsan tetapi, sayangnya ia sedang barada di jalan umum, kan tidak lucu kalau ia tiba-tiba pingsan.

Yah, sebenarnya tadi Chuuya tidak sadar kalau Airin adalah seorang pembunuh, ia hanya bergumam untuk dirinya sendiri.

"Aaahhhh!" Teriak seseorang dari sekitar Airin.

Airin tersentak dan langsung memulihkan kesadarannya. Lalu ia mencari sumber suara.

Ternyata suara itu berasal dari seberang Airin. Lebih tepatnya di depan kafe yang berada di seberang jalan.

Tanpa berpikir panjang, Airin berlari menuju kafe itu. Ia melupakan kejadian yang baru saja membuatnya lemas.

Di depan kafe itu terlihat ada seorang siswi. Sepertinya ia sedang diculik. Di depan wanita itu terlihat seorang lelaki berbaju hitam yang mengenakan sebuah masker dan kacamata hitam. Tak lupa sebuah topi bertengger di atas kepalanya.

Wanita itu ditutup mulutnya dan dibawa ke dalam mobil. Orang di sekitar mereka terlihat ketakutan karena si penculik menodongkan pistolnya ke arah kerumunan.

Pintu mobil tertutup dan pria itu membawa 'tangkapannya'. Airin mengikuti mereka. Sebenarnya, Airin tidak memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, ia memilih untuk melihat apa yang akan terjadi pada wanita itu.

Mereka sampai di sebuah gedung tua di daerah terpencil.

"Katakan di mana emas itu!" Seru si penculik.

"A... aku tidak tahu." Wanita itu terlihat ketakutan ia bahkan menangis.

"Katakan sekarang! Kalau tidak... kau akan kubunuh!" Seru si penculik lagi.

"J... jangan... aku mohon..." mohon si wanita itu sambil menangis.

"Kasihan sekali wanita itu." Batin Airin.

Tanpa memedulikan tangisan wanita itu, si penculik menodongkan pistol ke arahnya.

Ah, tidak mungkin ia benar-benar akan menembaknya. Ia perlu wanita itu untuk memberitahunya tempat sesuatu yang dia cari. Setidaknya itu cara pikir Airin pada kejadian yang sedang ia lihat.

Tetapi Airin salah, ia melihat si penculik mulai bersiap untuk menembak wanita itu. Airin segera mencari barang yang bisa ia kendalikan, tetapi tidak ada. Di ruangan itu kosong, hanya ada Airin, penculik, dan wanita yang diculik.

Airin memutar otak hingga muncul suatu ide gila. Ia akan berlari dan menghadang pistol orang itu. Resikonya tentu sangat tinggi. "Ie... cara lain Airin..." Gumamnya panik.

Penculik itu menarik pelatuk. Airin berlari.

Airin menghadang si penculik dan pistolnya. Tetapi Airin terkena peluru.

Si wanita itu selamat. Tidak, bukan hanya dia. Airin pun selamat.

"Akting yang bagus." Kata sebuah suara yang menjengkelkan.

"Hmm? Dazai... kun?" Tanya Airin.

"Aku tidak menyangka kau akan dengan bodohnya menghadang pistol Tanizaki." Kata Kunikida.

"Untung saja pelurunya sudah diganti dengan sejenis peluru paintball." Kata Atsushi.

Airin melihat bajunya yang kotor karena terkena peluru. Dan ia baru menyadarinya memang.

"E... etto... Kanagami-san, ho.. hontonni gomenasai!" Kata si pencu- Tanizaki sambil membungkuk kepada Airin.

"Ie... tidak apa, Tani...zaki-kun. Apa aku salah menyebut namamu?" Tanya Airin.

Tanizaki menggeleng.

"Daijoubu, Airin-san?" Tanya orang yang tadi diculik alias Naomi.

Airin mengangguk. Lalu ia teringat, "sebenarnya apa yang kalian lakukan?" Tanya Airin.

"Ujian masuk." Jawab Dazai singkat.

Note : ini part udah di publish kemarin tapi ada error jadi mimin publish ulang

The Target [Dazai Osamu X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang