Masa Lalu sang Dewa Kematian

898 81 11
                                    

"Dazai, bisakah kita mampir ke tempat pemakaman terlebih dahulu? Aku sudah lama tidak mengunjungi Okaa-san."

Dazai mengangguk perlahan.

"Tempat pemakaman ya? Kurasa aku juga sudah lama tidak mengunjungi kawanku." Gumam Dazai.

Lalu mereka pergi ke sebuah pemakaman umum.

"Ne, Okaa-san... apakah aku harus menemui dia? Dia yang membuat Okaa-san tertidur selamanya, dia yang bahkan tidak bisa melindungi Okaa-san. Andai saat ini aku bisa kembali, aku pasti- aku pasti akan melindungimu!" Airin terlihat berbicara pada sebuah batu nisan. Dia terlihat gila.

"Rin-chan, itu sudah berlalu." Dazai ingin menenangkan Airin.

Airin mengangguk, "setidaknya aku merasa lebih baik." Lalu Airin menghela nafas. "Aku ingin bertemu Okaa-san, tapi mungkin tidak sekarang."

"Nah Dazai, bukannya kau juga ingin mengunjungi makam temanmu?" Tanya Airin sambil menengok ke arah Dazai.

"Ah, benar. Tunggu saja, aku tidak akan lama." Dazai tersenyum ke arah Airin.

"Aku ikut saja."

"Yakin?"

Airin menjawab dengan anggukan.

Mereka berjalan ke sebuah nisan yang letaknya tidak seberapa jauh dari makam Clarine (emaknya Airin).

"Oda... Sakunosuke? Odasaku-san?" Tanya Airin heran.

Dazai mengangguk.

"C- chotto- Odasaku-san..." Airin tidak percaya.

Dazai hanya mengangguk, "beberapa tahun yang lalu, ia pergi untuk balas dendam. Mori-san sudah merencanakan untuk mengorbankan Odasaku. Bagaimana kau bisa mengenal Odasaku?"

"Mori Ougai? Odasaku-san itu anggota port mafia?!" Untuk kedua kalinya, Airin tidak mempercayai fakta yang diberikan.

Dazai hanya mengangguk.

"Aku kagum pada Odasaku-san. Maksudku, dia benar-benar orang yang baik. Dan dia berbeda dengan diriku yang dulu, tahu kan, dia tidak membunuh. Ketika tahu alasannya, kurasa itu agak konyol. Tapi tetap saja, aku kagum. Bahkan, aku hampir jatuh cinta padanya." Airin bernostalgia tentang masa lalunya sementara Dazai terlihat sedikit kesal karena kalimat terakhir yang baru saja diucapkan Airin.

"Demo, pada akhirnya dia membunuh orang loh." Tambah Dazai.

"Yah, bagaimanapun juga, aku kagum padanya. Beristirahatlah dengan tenang, Odasaku-san."

(!-!)

"Jadi cinta pertamamu itu Odasaku?" Tanya Dazai sambil menyetir.

"Bukan begitu. Kan tadi kubilang, hampir jatuh cinta. Jadi dia bukan cinta pertamaku." Jawab Airin sambil memberi penekanan pada kata 'hampir'.

"Kalau begitu siapa cinta pertamamu?" Tanya Dazai.

"Tidak ada."

"Dari sekian banyak targetmu, tak ada satupun yang kau taksir?" Tanya Dazai memastikan.

"Kalau ada, mungkin aku tidak akan membunuhnya. Memang sih, kebanyakan targetku adalah orang kaya dan tampan, tapi tidak ada satupun yang bisa membuatku jatuh cinta. Kalau menikah sih, aku bisa kapan saja menikah dengan salah satu targetku, yah. Kau tau sendirilah."

"Ne, Rin-chan, memangnya tipemu itu seperti apa sih?" Dazai mulai kepo.

"Tipe? Umm... aku benar-benar tidak pernah memikirkannya. Kurasa tidak ada yang spesifik, sih. Kalau aku suka, yasudah."

The Target [Dazai Osamu X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang