Hai epelibadih~
Genki desu ka?Thor, undangan Airin Dazai mana?
щ('Д´щ;)Iya iya, sabar atuh --"
Ah, ya sekedar mengingatkan--Ente belum bilang apa-apa
(눈‸눈)Yakah?
Oke kalau begitu. Mulai chapter ini the target akan update dengan cerita-cerita pendek seputar Airin dkk.
Airin terbangun di pagi yang biasa saja. (Karena pagi yang cerah sudah cukup banyak digunakan.)
Ia terkejut ketika mendapati sesosok laki-laki yang sedang memeluknya."Ah, kenapa aku bisa lupa kalau aku sudah menikah?" Adalah sebuah pertanyaan retoris dari Airin yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
-Flashback
"Apa?! Kenapa mempelai wanitanya belum datang?" Tanya Yosano yang baru masuk ke dalam ruangan.
"Sepertinya karena perjalanan dari rumah Hotarou-san terlalu lama. Mungkin juga, Airin-san terjebak macet." Jawab Atsushi. Yosano menghela nafas.
"Untung ini bukan Jakarta, seharusnya mereka tiba sebentar lagi." Kata Haruno.
"Pengantinku masih belum datang?" Tanya Dazai sedikit cemas. Yang lain hanya menggelengkan kepala atau mengendikkan bahu.
"Uwaaaa, apa aku terlambat?" Tanya Airin yang tiba-tiba muncul dari pintu. Di belakangnya ada Hotarou.
"Ah, akhirnya Rin-chan ku datang ukh--"
Sebelum Dazai sempat berjalan menuju Airin dan memeluknya, Yosano sudah menaruh kakinya di depan Dazai. Hal itu membuat Dazai terjatuh dengan sangat tidak elegan.
"Hidoi na!" Seru Dazai sambil mengangkat kepala yang sebelumnya mencium lantai.
"Ayo, Airin kita temui make up artist di sebelah." Ajak Yosano. Kemudian para wanita pergi ke ruangan sebelah untuk menemani Airin.
"Kau juga. Lebih baik bersiap sekarang." Kata Kunikida pada Dazai.
Dazai bangkit dan mengatakan, "Ha'i ha'i" sambil berjalan untuk mengambil jas dan perlengkapan lain.
---
"Duhgimanainiduhgiminaini akuudahmaunikahduh kaloOsamukecewasamaakugimana duhgimanainigimana matilahakumatilah duhgimanainigimanainiduhgimanaduhduhgimana--"
"Kenapa kau ini?" Tanya Yosano pada Airin yang terlihat cemas. Sedari tadi, wanita itu menggiggiti kuku. Sayangnya tidak memungkinkan untuk Airin berjalan-jalan karena dia sudah memakai gaun yang cetar melebihi gaun inces (gapake 't' yah) disni.
"Airin-san, itu kuku udah diwarnain!" Seru Haruno.
Airin menatap kuku yang sedari tadi ia gigiti, "oh, pantes ada pait-paitnya gitu." Lalu ia mengambil tisu dan meludah di atasnya. Untung kuteknya ga rusak sih.
"Lagipula, kau ini gelisah kenapa?" Tanya Yosano.
"Gimana kalo nanti aku terpeleset? Gimana kalo nanti aku salah ngucapin sumpah? Gimana kalo make-up ku fail? Gimana kalo Osamu ilfeel?"
"Airin-san tenanglah. Pikiranmu itu berlebihan. Bukannya kau ini pandai menggoda orang?"
"Ini beda, Naomi." Tanggap Airin.
"Ah, sudah siap Rin-chan?" Tanya Hotarou yang baru masuk ke ruang tunggu. Ia kemudian memakai jasnya, lalu mengajak Airin berdiri.
Dengan susah payah, Airin berdiri. Sambil menggandeng Hotarou, Airin berjalan ke pintu masuk ruangan di mana ia akan mengucapkan janji pernikahannya.
"Pfft-- Rin-chan kau mengingatkanku pada Clarine. Waktu itu, ia benar-benar gemetaran. Nanti, kau jangan seperti dia, ya. Santai saja." Saran Hotarou.
"Kuusahakan, deh." Tepat setelah kata-kata itu, pintu dibuka.
Airin dan Hotarou mulai berjalan ke altar. Di ujung, terlihat seorang laki-laki dengan rambut bergelombang nan tampan, menunggu kedatangan wanita yang berhasil membuatnya berubah. Wanita yang tidak akan pernah ia lepaskan.
Bridal chorus dimainkan, mengiringi jalannya pengantin bersama ayahnya. Pengantin perempuan itu benar-benar mampu membuat semua pria tercekat dan semua wanita iri karena kecantikannya. Ketika lagu itu selesai, Airin sudah sampai di depan altar. Hotarou melepaskan gandengan Airin, lalu masuk ke barisan tempat anggota Armed Detective Agency aka 'keluarga' Airin berada.
Airin berjalan menghampiri Dazai-- maksud saya, Osamu. Karena sebentar lagi Dazainya ada dua. Airin mengeratkan gandengannya pada Osamu. Osamu sadar kalau calon istrinya gugup. Osamu menatap Airin dengan lembut, memastikan semuanya akan baik-baik saja.
"Apakah anda, Dazai Osamu bersedia menerima Kanagami Airin sebagai istri anda yang sah, setia dalam untung dan malang, dalam sehat dan sakit, dalam senang dan sedih hingga maut memisahkan?"
Dengan mantap, Dazai menjawabnya, "saya bersedia."
Kali ini, pastur menengok ke sisi Airin.
"Apakah anda, Kanagami Airin bersedia menerima Dazai Osamu sebagai suami anda yang sah, setia dalam untung dan malang, dalam sehat dan sakit, dalam senang dan sedih hingga maut memisahkan?"
Setelah mengambil nafas, Airin menjawab "saya bersedia."
"Dengan ini, saya nyatakan kalian sebagai suami-istri." Ujar Pastur.
Osamu dan Airin kemudian berdiri berhadapan satu sama lain sambil sama-sama tersenyum. Osamu membuka tudung yang dipakai Airin.
"Kau cantik sekali."
"Aishiteru yo Airin." Ujar Dazai dengan pelan sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Airin.
"Bokumo. Aishiteru yo Osamu." Adalah kata-kata Airin sebelum bibir mereka bertemu.
---
"Ohayou Rin-chan." Sapa sebuah suara yang membawa Airin kembali ke masa kini.
"Ah, Osamu. Bisa tolong lepaskan tanganmu?"
"Hee, kenapa?"
"Aku perlu masak dan mandi."
"Sebentar lagi~" Osamu justru makin memanjakan dirinya pada Airin. Airin hanya bisa pasrah kepada Tuhan.
"Ayolah Osamu."
"Memangnya kau tidak capek? Kemarin kita seharian berdiri lho."
"Capek sih..."
"Ya sudah, tidur saja lagi. Oh, atau kau mau shinjuu denganku nanti?"
"Katakan hal itu lagi, kau akan segera menduda, Osamu."
"Hidoi yo, Rin-chan."
Airin yang masabodo dengan suaminya itu berusaha melepaskan pelukan Osamu lalu pergi memasak. Namun gagal karena Osamu tiba-tiba menahan pergelangan tangan Airin. Karena tidak ada pilihan lain, Airin pasrah dan malah kembali berbaring di atas kasur.
"Sepertinya aku akan kelaparan hari ini."
Osamu hanya terkekeh mendengar pernyataan Airin. Lalu Osamu membalasnya, "tidak perlu masak juga aku sudah punya 'makanan' di sini," dengan senyum (yang bisa kalian bayangin sendiri aja karena saya males nyari kata-katanya)
Au ah segitu dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target [Dazai Osamu X OC]
Fiksi PenggemarSeorang mantan pembunuh bayaran yang ingin menjadi baik ditolong oleh sesosok manusia perban yang absurd. Dia bukan orang baik Tidak ada yang menganggapnya baik Dan dia merasa tidak pantas untuk cahaya Mungkin dia bukanlah orang yang baik, tetapi di...