Sekitar lima belas menit dari waktu yang disebutkan pagi tadi. Jungkook yang awalnya nunduk mainin kerikil dibawah, menoleh ke samping; ketika wangi vanilla kecium sama hidungnya.
Senyuman tipis tersungging dibibir Jungkook. Eunha jarak satu meter menghampiri.
"Aku bahkan udah telat. Kenapa kamu masih disini?"
Jungkook mengedikkan bahunya cuek, "Kamu sengaja bikin aku nunggu?"
"Iya." Jawabnya lugas.
"Wahㅡ"
"Tadi pagi kamu nanya, kan? Aku bilang udah ada yang jemput,"
"Cuma nanya, dan gak peduli. Aku mau anterin kamu pulang." Jungkook balik badan, bersiap naik ke motor dan pegang helm.
"Jungkook."
Jungkook gak bergeming, reflek berhenti dari pergerakannya karena panggilan Eunha yang nyaris gak terdengar.
Bangsat. Akhirnya panggil nama.
"Ya?" kembali tatap Eunha dan kali ini dengan mata berbinar.
"Kita gak kenal, kamu gak seharusnya kayak gini,"
"Stop bilang kita gak kenal. Kita udah kenalan, kamu Eunha dan tadi kamu panggil nama aku, kan?"
Eunha anggukin kepala ragu. Sebenarnya masih bingung dengan sikap orang yang baru dia kenal selama empat hari terakhir ini.
"Ya udah, ayo naik. Aku gak bakal jahatin kamu, kok."
"Gak bisa, aku pakai rok pendek. Nanti terbang-terbang." Jawab Eunha polos dengan muka sedikit cemberut.
Gemasin banget najis.
Detik berikutnya Jungkook buka jaket, meninggalkan kaus putih lengan pendek dan memperlihatkan otot lengannya yang terbentuk.
Eunha sempat salah fokus.
"Tutup pakai ini."
••
Kursi pojokan cafe diisi sama mereka berdua. Bilangnya mau anter pulang, tapi modus Jungkook doang pengen ditemenin makan.
Bukan modus sebenarnya, tadi ada insiden kecil.
Lima belas menit yang lalu Jungkook pinggirin motor secara tiba-tiba dipinggir jalan. Buka helm, lalu menunduk tumpu wajah di stang motor pakai tangannya.
Eunha bingung, jelas. Dia turun dari motor, dan berdiri disamping Jungkook, "Kamu ngapain?"
Pertanyaan salah. Eunha liat satu tangan Jungkook pegang perut.
"Jungkook, kenapa?"
Jungkook menggeleng pelan, "Bentar lima menit." ucapnya masih dengan posisi sama.
Eunha liat tangan Jungkook sedikit gemetaran, hanya sedikit. Rasanya mau pegang pundak dan nanya kenapa lagi, tapi Eunha gak berani.
"Kita cari makan dulu, ya. Maag ku kambuh."
Gak tepat banget anjing.
Eunha sedikit terkejut, ternyata dari tadi Jungkook tahan sakit perut. Astaga.
"Kamu maag? Ya udah ayo kita cari makan dulu." Eunha panikan orangnya.
Jungkook cuma mengangguk, sebenarnya udah gak kuat buat jalan. Kebiasaan buruk yang selalu nyepelein waktu makan berujung penyakit yang udah nempel dibadan.
Dan berakhir di cafe akhirnya. Mau gak mau Eunha temenin Jungkook makan.
Jungkook tengsin banget kalo boleh ngomong, takut Eunha abis ini nilai kalau dia cowok lemah yang kalah cuma sama maag. Tapi gimana, sakitnya emang gak bisa dibohongin, bro.
"Kamu belum makan siang? Ini bahkan udah mau petang,"
"Dari pagi."
Eunha mencebik, "Kamu tau kalo kamu punya maag?"
"Tau."
"Terus kenapa?"
"Gak sempat. Males. Tadi pagi udah kenyang diisi rokok, kopi, rokok, cola."
"Rokok apa yang dimakan?"
"Gak ada, dihisap."
Eunha mendengus sebal, dalam hati mencelos. Menggerutu serah deh, lagian siapa dia juga. Kurang lebih seperti itu batinnya.
Kalo difikir-fikir, kenapa juga sekarang Eunha banyak ngomong sama Jungkook. Dia orang asing bagi Eunha, dan bukan style Eunha banget banyak omong sama orang yang baru dikenal.
Sedangkan Jungkook kesenengan sekarang, perlahan sikap jutek Eunha terkikis sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu.
"Sorry, ya. Emang suka nyebelin kalo kambuh,"
"Lain kali bawa obat maag, biar kalo kambuh langsung diobatin,"
"Jangan perhatian, nanti aku tambah sayang."
••
Gblog.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla ㅡ jjk x jeh ✔
FanfictionHighest rank #1 in bangchin. Semoga isinya semanis judulnya. And beware, this is adult fiction. Beberapa chapter mengandung mature content 18+ 1 Jan, 2018.