17.00
"Kak beneran lagi nungguin temennya gak sih?" Tanyaku bingung, sudah setengah jam kami terjebak hujan tapi daritadi tidak ada yang datang menghampiri halte ini.
"Eh itu yang jemput kamu bukan?"
Alih-alih menjawab pertanyaanku Kak Surya malah mengalihkan topik. Tapi mataku tetap mengikuti arah tangan Kak Surya, dimana ada mobil innova hitam berjalan ke arah halte tempat aku dan Kak Surya berdiri.
Aku melihat layar ponselku lalu menyamakan plat yang tertera dan plat mobil itu.
"Iya nih." Jawabku sedikit kecewa, karena aku tidak bisa melihat siapa yang Kak Surya tunggu.
"Temen kakak mana?" Tanyaku terakhir kali sebelum menaiki mobil hitam itu.
Kak Surya tampak melirik ke langit sebentar lalu tersenyum, menampakkan deretan giginya yang rapih.
"Tuh temen aku baru muncul." Ujarnya menunjuk langit, tangan kanannya mengeluarkan kunci yang ada di saku jaketnya. "Kalo gak ada dia, bisa-bisa aku makin kuyup."
"Pulang ya Vio, hati-hati sama driver-nya!" Kak Surya tersenyum jenaka lalu memainkan kunci motor yang ada di tangannya.
Aku yang heran dengan kata-kata Kak Surya tetap diam, otakku masih berusaha mencerna apa yang Kak Surya maksud.
Temannya?
Aku menatap ke atas langit dan melihat matahari yang mulai muncul dari balik awan.
Jadi teman yang Kak Surya maksud daritadi itu matahari ini?
"Vio!"
Kak Surya yang berjarak kurang lebih 10 langkah dari tempat aku berada menoleh lalu terkekeh.
"Cepet masuk, jangan bikin drivernya nunggu."
Aku langsung membuka pintu belakang mobil itu, tak lupa menurunkan kaca ketika mobil itu mulai meninggalkan halte tempat aku berteduh.
"Pulang dulu ya kak!"
Kak Surya mengangguk lalu melambai, setelah itu aku bisa melihat punggungnya perlahan menghilang, ia sudah berlari menjauh menuju parkiran belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya.
Short StoryNamanya berarti matahari Senyumnya seperti embun pagi Kedatangannya selalu kunanti +lokal +au [ completed ]