a. Realitas

249 47 30
                                    

A realization.


Aku duduk termenung di atas kasur, sesekali memperhatikan ponselku yang menyala karena notifikasi dari aplikasi chat.

Alih-alih mengulas kembali pelajaran-pelajaran yang akan diujikan di ujian akhir semester nanti, aku justru memikirkan hal sepele yang Renata tanyakan tadi di sekolah.

Senior-junior?

Itu sudah pasti, dia adalah salah satu kakak kelas yang dekat denganku. Jadi untuk pertanyaan itu jawabannya benar.

Tutor sebaya?

Jawaban ini juga benar, Kak Surya berpengaruh besar dengan kenaikkan nilai mata pelajaranku akhir-akhir ini.

Teman dekat?

Kalau menurutku, ya. Buktinya Kak Surya bisa dengan santai mengunjungi rumahku dan disambut dengan hangat oleh mama. Bahkan mama Kak Surya ternyata satu sekolah dengan mamaku waktu SMA.

Pendekatan?

Ini yang aku ragukan. Kalau ditanya oleh teman-temanku, aku bisa dengan bangga menjawab kalau aku suka Kak Surya. Tapi aku tidak mengharapkan Kak Surya akan menyukaiku juga.

Sejauh ini aku suka Kak Surya karena aku kagum dengan semua yang ia lakukan, well tidak semuanya sih, tapi sebagian besar!

Aku suka bagaimana ia bisa membagi waktu antara belajar dan teman-temannya. Ia bisa sibuk dengan acara OSIS, tapi ia tetap dapat ranking di kelasnya.

Bagaimana ia bisa mengantar mamanya ke arisan di rumahku terlebih dahulu sebelum pertandingan futsal antar sekolah.

Entah sejak kapan aku memperhatikan gerak-gerik Kak Surya yang sejujurnya tidak penting. Seperti bagaimana ia melipat seragamnya dengan rapih sedangkan anak laki-laki lain hanya akan memasukkan seragam mereka asal.

Aku juga ingat akan kebiasaan dan hobi aneh Kak Surya. Ia suka mencium bau hujan, dan ia tidak suka kopi.

Entahlah, semua informasi itu tercatat rapih di memori otakku.

Berada di sekitarnya saja sudah membuatku senang, sepertinya terlalu muluk kalau aku membayangkan Kak Surya membalas perasaanku.

Perasaanku kepada Kak Surya memang baru seumur jagung. Tapi itu bukan masalah besar.

Kini aku sadar, kalau perasaan ini hanya akan berhenti ditahap mengagumi.

Aku akan tetap menjadi salah satu suporter Kak Surya saat pertandingan futsal. Tentu saja, dengan Renata yang harus rela aku cubit tangannya kalau aku gemas kepada Kak Surya.

Aku akan tetap mengucapkan selamat jika foto Kak Surya terpampang di banner yang ada di lapangan karena memenangkan olimpiade biologi.

Aku akan tetap bertanya kepada Kak Surya jika ada materi pelajaran yang tidak aku mengerti, walau tidak sesering sekarang.

Aku akan tetap mengagumi Kak Surya!






End





**

Haloo!

Terima kasih sudah mau mengikuti euforia Viorel tentang Kak Surya selama 15 episode ini ya.

See you!

Salam,
Viorel dan Kak Surya.

Salam,Viorel dan Kak Surya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang