a. book

350 75 11
                                    

book scent.

Sejak pagi hingga sore di hari sabtu ini aku tidak melakukan aktivitas sama sekali. Mama bahkan sudah menyuruhku untuk membantunya merapihkan tumpukan buku yang hendak disumbangkan, namun aku terlalu malas, aku hanya duduk di samping mama menemaninya di ruang tamu.

Berbagai jenis buku sudah berserakan, ada yang sudah ditumpuk dan diikat, ada yang masih mama baca, dan ada yang sudah masuk ke dalam kardus.

Aku yang sedang asik memainkan ponselku, terheran membaca pesan yang baru saja masuk.

Vio, kamu ada ensiklopedia tentang anatomi gak? —begitu isi pesan yang dikirim oleh Kak Surya 5 menit yang lalu.

Seperti sebuah kebetulan antara apa yang sedang mama lakukan dan apa yang sedang Kak Surya cari.

"Ma." Panggilku.

"Hm?"

"Ada ensiklopedia tentang anatomi gak ma?" Tanyaku, mama menatapku bingung. "Temen Vio mau pinjem."

"Ada itu yang dulu dipake kakak." Ujar mama menunjuk tumpukan buku di atas sofa. Aku pun mencari buku yang dimaksud mama.

Ada kak. —balasku

Aku pinjem ya? Buat senin aja kok, nanti langsung aku balikin.

Senin aku bawa ya kak.

Gak usah! Hari ini aku ambil aja di rumah. Boleh kan?

Boleh kak. —tanpa sadar aku ikut menganggukkan kepalaku.

Sore ini aku berdiri di beranda rumah-ku menyambut Kak Surya dengan motor hitamnya yang sudah memasuki garasi.

"Maaf ngerepotin ya Vi." Ujar Kak Surya.

"Eh santai aja kak!" Balasku lalu mempersilahkan Kak Surya duduk di kursi kayu yang membelakangi pintu rumah. "Nih kak."

Aku memberikan buku yang Kak Surya minta, ia mengambil buku itu dan menatapnya sejenak. Aku menatap Kak Surya heran.

Namun hal yang ia lakukan selanjutnya justru semakin membuatku kebingungan. Kak Surya membuka buku itu dan mengendusnya.

Apa Kak Surya sebegitu senang mendapatkan buku yang ia cari? —aku bertanya-tanya dalam hati.

"Kak Surya ngapain?"

Kak Surya menoleh lalu tertawa canggung. "Kebiasaan Vi, maaf ya."

"Kamu coba cium juga deh." Kak Surya menyodorkan buku yang baru saja aku berikan kepadanya. "Bau buku itu unik dan somehow addicting."

"Yang kamu kasih ke aku ini buku lama ya? Baunya sedikit kayak coklat." Kini ia memperhatikan aku yang sedang mengikuti hal yang dia lakukan beberapa saat yang lalu. "Kalo buku baru, baunya gak strong kayak gini."

"Hm, iya sih dikit." Aku memberikan buku itu kepada Kak Surya.

"Aneh ya?" Tanya Kak Surya lalu menggaruk tengkuknya. "Tapi serius deh, sekali-kali kamu perhatiin bau buku-buku kayak novel atau komik gitu."

Aku menanggapi kalimatnya barusan dengan anggukan kecil dan senyuman simpul.

Kak Surya menganggap bau buku itu unik, sedangkan aku menganggap tingkah laku Kak Surya itu jauh lebih unik. Entah itu karena aku yang apatis atau Kak Surya yang terlalu kritis.

Surya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang