chapter 26

1.6K 93 4
                                    

Entahlah, dari semua banyak masalah yang sudah mereka hadapi, Rara mulai lelah. Selalu seperti ini jika ada orang lain di antaranya dan Aidan. Tapi biasanya respon Aidan tidak seperti ini. Aidan biasanya tidak akan terlalu memperdulikan orang-orang yang berusaha masuk ke dalam hubungannya. Hal yang paling parah yang pernah dilakukan Aidan hanya saat ia cemburu melihat Rara makan siang dengan Rio sewaktu Aidan belum mengenal Rio sama sekali.

Rara tau kalau Aidan sangat sayang padanya. Rara bisa merasakan itu. Rara juga tau kalau Aidan sering merasa cemburu saat Rara mengobrol dan tertawa dengan lelaki manapun, termasuk dengan Rio. Walau setelah insiden di restoran waktu itu, Aidan tak lagi memperlihatkan rasa cemburunya pada Rio yang berlebihan.

Tapi Rara tetaplah seorang perempuan. Memang banyak perempuan yang berkata lebih membutuhkan tindakan dari pada ucapan. Tapi yang namanya hati, tidak bisa berbohong. Kalau Rara juga ingin pengakuan dari Aidan.

Hingga saat ini. Sudah hampir dua tahun mereka dekat dan sudah setahun Rara menunggu moment itu yang nyatanya tak pernah terjadi. Rara hanya ingin tau alasan mengapa saat ini Aidan tak mau memperjelas hubungan mereka. Rara juga sama dengan perempuan umumnya yang butuh kepastian akan sebuah hubungan.

Rooftop sekolah menjadi pelariannya kali ini. Sekarang ia sendiri, menatap keramaian di bawah sana. Bel pulang sudah berbunyi hingga tampak siswa dan siswi berlarian menuju gerbang.

Tadinya Rara sedang di UKS saat jam pelajaran terakhir. Namun karena bosan dan kebetulan tidak ada yang menjaga di ruang UKS, Rara memutuskan untuk pergi ke rooftop sambil menunggu jam pulang. Tasnya juga sengaja ia bawa saat ia izin ke UKS tadi. Entahlah, rasanya badannya sedang tidak enak.

Bunyi suara notifikasi dari hp nya membuyarkan tatapannya dari keramaian. Diambilnya hp yang berada di saku bajunya. Sebuah pesan singkat dari Aidan.

To : Aidan
Ra, gue pulang duluan ya? Maaf ga bisa pulang bareng. Ada janji soalnya :v

Rara tersenyum miris. Bahkan Aidan tidak menanyakan bagaimana kesehatannya. Padahal Aidan pasti tau kalau Rara ke UKS karena kelas mereka sama. Ini yang menjadi pikirannya saat ini. Apa rasa sayang Aidan padanya sudah mulai luntur? Apa ada seseorang baru yang mampu membuat Aidan merasa lebih nyaman? Kalau memang iya pun, Rara rasanya tak berhak marah. Memangnya siapa dia bagi Aidan? Hanya seorang sahabat yang terlalu baper. Friendzone. Miris sekali.

Rara sungguh tak berniat membalas pesan Aidan. Ia hanya menatapnya lagi sebelum mematikan layar hp nya. Matanya tiba-tiba menangkap Aidan yang sedang berbincang dengan seorang perempuan. Perempuan itu tidak mengenakan seragam, yang artinya ia bukan siswi di sini. Mata Rara terlihat sendu saat melihat Aidan yang mengusap kepala perempuan itu, sementara perempuan itu tertawa sambil menatap Aidan. Rara tidak suka. Sungguh tidak suka saat ada yang menatap Aidan seperti itu.

Matanya memanas seiring melihat perlakuan spesial Aidan pada perempuan itu. Aidan terlihat merangkul perempuan itu. Lalu membukakan pintu mobil. Aidan memutari mobilnya dan masuk di tempat kemudi. Lalu dengan cepat, mobil Aidan meninggalkan pelataran sekolah.

"Ra?"

Rara tersentak kaget saat mendengar ada orang yang memanggilnya. Dengan cepat Rara merubah ekspresi wajahnya. Untung saja air matanya tak sempat terjatuh hingga ia tak perlu repot memberi alasan jika orang itu memergokinya sedang menangis.

Rara menoleh ke belakang dan mendapati Rio dengan Kanya sedang menatap heran ke arahnya.

"Eh kalian. Kenapa?" tanya Rara yang membuat kerutan di dahi Rio dan Kanya semakin jelas.

Kanya berjalan mendekati Rara, disusul Rio di belakang nya.

"Kok malah nanya sih Ra?" tanya Kanya yang membuat Rara bingung.

friendzone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang