chapter 20

1.6K 71 0
                                    

Friendzone itu udah saling suka, saling Cinta, tapi sayang cuma temenan.

Anonim

##

Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, tapi Rara masih Setia dengan pikirannya. Kanya dan Carla yang baru saja kembali dari kantin langsung menghampiri Rara.

"Aidan"

Baru saja Carla dan Kanya duduk di samping Rara, tapi Rara sudah menyebut nama seseorang yang menjadi pikirannya.

Rara masih setia melihat ke depan tanpa ekspresi apapun. Tiba-tiba Rara melihat ke arah Carla dan Kanya.

"Aidan kenapa ya?" matanya yang sendu membuat Carla dan Kanya hanya bisa menghela napas.

"Dia lagi ada masalah kali" Carla memegang pundak Rara. "Mungkin aja kan Ra" Kanya mengangguk saat Rara melihat ke arahnya.

Rara menghela napasnya.

"Tapi biasanya kalo dia ada masalah, pasti cerita ke gue" Rara kembali menatap papan tulis di depannya.

"Apapun itu" lanjut Rara.

"Dan apapun itu, pasti ada kalanya dia ga bisa bagi masalahnya ke elo. Bukan karena dia ga menghargai lo, tapi dia cuma ga mau lo ikut mikir akibat masalahnya. Dia pasti sayang lo kok" Ucapan Kanya membuat Rara semakin melemas.

"Tapi apa dia ga bisa cerita walaupun sedikit? Ga harus berubah kan?" tiba-tiba Rara menegakkan kepalanya dan melihat ke arah Kanya dan Carla.

"Gue harus cari dia" Rara segera bangkit dari tempat duduknya. Namun belum sampai melangkah, Kanya dan Carla sudah menariknya untuk duduk kembali.

"Lo ga bisa gitu!" Ucap Kanya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ga bisa gimana?!" ucap Rara tak terima.

"Kita belum tau masalahnya! Dan lo ga bisa bertindak sesuai mau lo Ra!" Carla memegang bahu Rara dan mengarahkannya untuk melihat mata Carla.

"Lagian Aidan baru sehari ini doang kan berubahnya? Siapa tau besok dia udah membaik lagi. Iya kan?" suara Carla melunak, bersamaan dengan Rara yang melemas kembali. Carla langsung memeluk Rara, membiarkannya menangis di bahunya. Sedangkan Kanya mengelus bahu Rara lembut.

**

"Bangsat"

"Lelaki kayak lo ga seharusnya hidup di dunia"

"Ga pantes!"

"Cocoknya lo hidup di neraka"

"An**ng"

Aidan terus melemparkan batu sekuat tenaganya ke arah danau. Hanya ini yang bisa Aidan lakukan untuk melampiaskan kemarahannya.

"Akhhhhhhhhhhhhh" Aidan berteriak sekuat tenaga. Untungnya, hanya ada dia sendiri di danau itu. Dan kebetulan danau itu juga jauh dari keramaian.

"Gue benci sama diri gue sendiri, gue benci!!" setitik air mata jatuh dari mata kanan Aidan, di susul makin banyak dari kedua matanya.

Aidan menangis dalam diam. Membiarkan emosi sedih dan marahnya meluap.

Bayangan tentang bagaimana ayahnya memperlakukan bundanya, bayangan tentang bagaimana harmonisnya keluarga mereka dulu, bayangan tentang bagaimana mulai retaknya Kasih sayang itu. Semuanya masih terekam jelas oleh Aidan. Ia hanya ingin semuanya kembali seperti dulu. Dimana saat dia pulang, dia menemukan 'rumah' untuk beristirahat.

Tiba-tiba hp Aidan berdering membuatnya mengalihkan perhatiannya pada hp. Setelah membaca user name nya, Aidan segera menormalkan kembali suaranya.

friendzone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang