chapter 21

1.6K 70 8
                                    

Taksi yang Rara tumpangi langsung memasuki pelataran rumah sakit. Setelah membayar ongkos, Rara segera mengambil tas dan keluar dari taksi. Dibiarkannya taksi itu pergi hingga hilang dari pandangannya. Tanpa menunggu lagi, Rara langsung memasuki rumah sakit dan menuju ruangan yang alamatnya sudah dikirimkan Aidan tadi.

Rara terus memerhatikan layar ponselnya dan sesekali melihat ke atas kusen pintu untuk melihat nama kamar yang dia lewati, hingga tiba-tiba langkahnya terhenti. Dengan sedikit ragu, Rara mengetuk pintu itu dengan pelan. Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan menampilkan Aidan.

"Hai"

"Hai, ke sini sama siapa?" tanya Aidan saat melihat Rara sendiri. Rara mengangkat bahu "sendiri doang" ucapnya yang membuat Aidan mengangguk mengerti.

"Yuk masuk, mama di dalam" Aidan merangkul pundak Rara dan membawanya hingga tubuh mereka sempurna tenggelam di dalam ruangan itu.

Hal pertama yang Rara lihat adalah ruangan itu lengang. Tidak ada siapa-siapa selain mama Aidan dan Aidan itu sendiri, yang sekarang juga ada Rara di dalamnya. Tidak ada barang yang menandakan ruangan ini pernah diisi dengan keramaian -- yang artinya belum ada yang menjenguk mama Aidan --.

Aidan membawa Rara mendekat ke arah mamanya. Yang Rara lihat hanya wajah tenang dari mama Aidan, sedangkan infus terpasang sempurna dipunggung tangannya, serta mata yang tertutup menandakan bahwa mama Aidan sedang tertidur. Rara mengulurkan tangannya pelan hingga menyentuh lengan dan mengusapnya pelan.

"Tante baru tidur ya?" tanya Rara dengan suara pelan dan melihat ke arah Aidan.

Aidan menggeleng "Enggak. Bentar lagi juga bangun, soalnya nanti suster mau cek keadaan mama" setelah mengucapkan itu, Aidan berjalan menjauhi ranjang mamanya dan duduk di atas sofa, yang kemudian juga diikuti Rara.

Setelah duduk, Rara kembali menatap Aidan dan menatapnya "tante sakit apa?" tanya Rara.

"Kecapean doang" tanya Aidan sambil mengalihkan tatapannya.

Entah hanya prasangka saja, atau memang seperti itu kejadiannya. Rara merasa Aidan berbohong. Bukan karena apa-apa, tapi yang dilihat Rara tadi ada memar di balik leher mama Aidan yang sepertinya sengaja ditutupi oleh rambut. Namun, seperti tau keadaanya, Rara hanya mengangguk paham. Ia tidak akan memaksa Aidan untuk bercerita tentang sesuatu yang telah terjadi.

Hening sejenak. Rara menunduk memerhatikan kukunya. Lalu mendongak menatap Aidan meminta penjelasan.

"Tadi kemana?" Aidan yang sedang menatap mamanya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Rara. Pertanyaan tanpa basa-basi yang dilontarkan padanya membuatnya langsung menoleh.

"Danau" jawab Aidan singkat. Lalu menoleh kembali ke arah mamanya.

Rara menghela napasnya mendengar jawaban singkat Aidan. Bukan jawaban itu yang diharapkan oleh Rara.

"Trus, tadi kenapa keluar kelas?" Rara bertanya sambil menatap Aidan dengan intens.

Aidan yang ditanya pun hanya menghela napasnya. "Tadi kan emang di suruh keluar" jawabnya acuh sambil melihat sekilas ke arah Rara. Seperti memang sengaja menghindari tatapan Rara.

"Ya maksud gue, kenapa---"

"Udahlah ga usah dibahas"

friendzone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang