Shila kini berada di rumah Jesica, ia sedang menemani Jesica menonton tv di kamar Jesica. Shila menoleh ke arah samping nya, ternyata Jesica sudah tertidur. Shila mematikan tv dan menyelimuti tubuh sahabat sejak kecilnya itu. Lalu ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar setelah mengambil tas nya yang tergeletak dilantai.
Shila menutup pintu kamar Jesica dengan perlahan. Lalu ia berjalan menuruni tangga, di ujung tangga ia melihat Bi Ida-asisten rumah tangga dirumah Jesica yang sedang menatap Shila.
"Non Jesica udah tidur, Neng?" Tanya Bi Ida cemas.
"Udah, Bi. Oh iya, Jesica udah terapi hari ini?" Ucap Shila.
Bu Ida menggeleng. "Belum, Neng. Gara-gara kejadian semalam jadi non Jesica jadi gak mau terapi." Ucap Bi Ida sedih.
Shila menghela nafas berat. "Nanti kalau Jesica udah bangun langsung diajakin aja kerumah-Nya sakit ya, bi." Ucap Shila yang dibalas anggukan oleh Bi Ida. "Kalau gitu saya pulang dulu ya, bi." Lanjut Shila.
"Iya Neng, makasih ya udah mau nenangin non Jesica." Bi Ida tersenyum tulus.
Shila tersenyum. "Iya, sama-sama bi." Ucap Shila sambil keluar dari rumah mewah itu.
Shila berjalan melewati gerbang rumah itu sambil menyapa Pak Mimin, Security rumah Jesica. Shila berhenti dipinggir jalan dan menengok ke kanan-kiri berharap ada angkutan umum yang lewat.
Setelah 10 menit, tidak ada satupun angkutan umum yang lewat. Akhirnya Shila memutuskan untuk berjalan kaki sampai menemukan angkutan umum. Shila tidak meminta dijemput oleh anak asuhannya karena dia tidak mau merepotkan mereka. Lagipula jarak antara rumah Jesica dengan rumah keluarga Aditama tidak terlalu jauh.
Shila menggosokkan kedua telapak tangannya karena suhu yang dingin. Ia menyesal tidak membawa jaket. Lalu ia merasakan sesuatu membasahi tangannya. Shila mendongak, ternyata hujan mulai turun. Dengan cepat Shila berteduh di bangunan ruko yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Jederr
Sesaat setelah Shila sampai di ruko itu tiba-tiba terdengar suara petir yang sangat besar, dan hujan pun turun semakin deras.
Shila menghela nafas. "Kenapa harus hujan sih?" Ucapnya kesal. Shila lalu menoleh kesekitar nya. Ia menemukan sebuah tempat duduk yang panjang dari kayu tepat didepan ruko kosong itu.
Tanpa menunggu lama Shila bergegas duduk di bangku tersebut, ia memutuskan untuk menunggu hujan reda.
Jederr Jederr
Suara petir lagi lagi terdengar dan sekarang semakin banyak. Shila menggosokkan kedua telapak tangan nya. Lalu ia memperhatikan kilat dan petir yang menyambar. Ia merasa seperti melupakan sesuatu.
Setelah berapa lama tiba-tiba Shila berteriak sambil bangkit. Ia lupa bahwa hampir semua anak asuhannya kecuali Rheza dan Edo sangat sangat takut pada petir. Shila khawatir akan keadaan anak-anak asuhannya itu.
Lalu tanpa berpikir panjang, Shila berlari menerobos hujan dan menuju ke rumah. Ia tidak peduli jika tubuhnya basah, karena menurutnya yang terpenting sekarang adalah keadaan anak-anak asuhannya.
♠♠♠
Sementara itu, keadaan dirumah keluarga Aditama hening. Bukan karena penghuni nya cuek dengan hujan dan petir yang menyambar diluar rumah.
Tapi semua penghuni rumah sekarang sedang berada di kamar Rheza. Saat petir pertama kali menyambar tadi semua orang langsung berlari ke kamar Rheza dengan wajah ketakutan seolah-olah baru saja melihat hantu, kecuali Edo yang hanya mengikuti kemana kakak-kakaknya pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Sitter?
Novela Juvenil➡Update setiap hari Senin!⬅ Ashila Lynda Everlyn , gadis berusia 17 tahun yang terkenal cepat akrab dengan anak kecil dan selalu ramah dengan siapapun ini harus bekerja menjadi seorang baby sister demi membantu perekonomian keluarganya yang hanya te...