4

63 4 0
                                    

Disebuah rumah yang bernuansa Eropa dan Inggris, bercat yang serba putih menandakan orang itu suka dengan kebersihan. Ada sebuah kamar seseorang yang terletak di lantai dua, di dalam kamarnya semua bernuansa hitam dan putih. Menurut dia itu menandakan aesthetic dan kesederhanaan. "Nandooo" teriakan ibunya dari ruang tamu. Ibunya yang paruh baya itu namanya Casey. "Apa ma?" tanyanya keluar dari kamarnya, Nando saat itu memakai baju hitam casual dengan tulisan di tengahnya 'we hate Monday'. Hari itu pukul 4 sore, sinar matahari hangat menusuk lembut badan Nando saat keluar dari kamarnya, dilihat ibunya yang memakai daster berwarna aqua dengan corak bunga melati itu menatap anaknya yang bungsu dengan hangat. "Itu, si Angel nunggu kamu di depan pintu. Mau main," katanya sambil menatapnya hangat. Mendengar nama Angel, tak sungkan Nando langsung berlari ke arah pintu utama dan membukanya, "Kyaa, Angel kuuu," pekik Nando sambil memeluk erat Angel, "ululu, Nando kangen Angel yakk??" Saat itu usia mereka masih kelas 4 sd, mereka benar-benarlah akrab layaknya sebuah surat dengan perangko. Di usia mereka, mereka belum mengenal yang namanya cinta, mereka sangatlah polos.

"Eh, yuk, kita main ke taman biasa," ajak Nando sambil memegang erat genggaman tangan mereka.

"Iya, yuk, aku juga kangen tempat," kata Angel dengan wajah yang sangatlah imut.

"Mamahh...kita mau ke taman dulu ya," teriak Nando kepada mamanya. "Yaudah, hati-hati ya. Nyebrang jalannya juga."

"Iya mama."

Mereka berdua pun langsung menuju ke taman. Nama tamannya adalah Greenive Park. Taman itu sebagian besar berisi bermacam bunga, mulai dari bunga yang langka hingga pasaran. Saat mereka sudah sampai, langsunglah mereka ke tempat lesehan di tengah bunga. "Ahh... Enak ya disini, ya kan Ngel?" tanya Nando sambil memainkan tangannya dengan bunga sambil menatap Angel dengan hangat. "Iya lah, enak, makanya suka kesini."

Terjadi hening sementara, Nando mempersiapkan hatinya untuk mengatakan sesuatu kepada Angel, yang sudah ia nantikan untuk diucapkan. "ANgel," bilang Nando kepada perempuan yang dikuncir tinggi itu. "Ya, kenapa?" ditatapnya lamat-lamat oleh Angel sambil menunggu jawaban dari Nando. "Aku ingin kita terus bersama kaya gini, Ngel. Nggak mau berpisah apalagi melupakan satu sama lain. Kamu bisa janji seperti ini?" tanyanya sambil mengacungkan kelingkingnya. Tanda janji. Angel pun yang masih kelas 4 sd tak menyangka, Nandonya ini sudah mulai bilang seperti itu. Tanpa pikir panjang Angel mengaitkan kelingkingnya sambil tersenyum miring dan menjawab "iya, Nando. Aku juga pengen kayak gini terus dan aku janji sampai kapan pun."

"Bener ya??"

"Iya bener, Nando."

"Makin sayang deh..." ujarnya sambil memeluk erat Angel. "Ehehe, iya, iya," jawab Angel sambil membalas pelukannya. Mereka menghabiskan waktu mereka sampai jam 5. "Eh, Ngel udah jam 5 nih. Pulang yuk," dan akhirnya mereka pulang ke rumah nando dan Angel beristirahat sementara.

1 November 2011

"Aku benar-benar harus melupakan kamu Angel, aku gak bisa kalau gini terus. Kita harus pisah," jawab Nando yang saat itu berumur 10 tahun Pemikiran Nando memang sudah lebih dewasa saat umur itu. Papanya memang memliki pemikiran yang sangatlah luas, jadi menurun ke anaknya. Angel pun juga memiliki kesamaan yaitu pemikiran juga.

"Trus apa janji kamu waktu kita di taman itu, hah? Apa? Sebuah janji palsu? Kamu pikir aku bisa lupa janji itu? Gak bakal, Nando, gak bakal. Janji adalah utang, Nan. Dan aku paling gak suka kalau utang tersebut gak dilunasin," penjelasan Angel dengan setengah marah tapi masih tidak bisa mengamuk. Nando benar-benar kehabisan kata atas penjelasan Angel tadi, ia memang ingat benar janji yang ia ucapkan saat di taman itu. Tapi siapa sangka ia mengingkari janjinya sendiri. Dengan putus asa Nando mengatakan "Maaf... Maafkan aku Angel, tapi aku harus--" "Sudah stop," potong Angel dengan tegas "aku enggak mau dengar lagi omongan maaf kamu lagi. Kamu terlalu banyak maaf, terlalu banyak sakit dan amarah yang kupendam. Selama ini." Angel langsung lari keluar rumah Nando. Saat itu hujan, yang sangat deras. Awalnya Nando berniat menahan tangan Angel tapi Angel berlari sekencang mungkin agar Nando tak menahannya dan menangis bersama hujan.

Saat itu hujan yang Nando selalu dambakan menjadi hujan yang Nando benci.

--N--

"Ngel!" teriak Nando do tengah kantin memanggil Angel, "eh, Nando, lu ternyata sekolah disini toh," jawab Angel yang padahal masih memiliki perasaan yang sama sejal dulu.

"Nanti bisa ketemuan kan?" tanya Nando tanpa menjawab pernyataan Angel.

"Dimana dulu?"

"Di hati lu aja," jawabnya asal sambil tersenyum miring. Sesaat wajah merah padam mengerumuni wajah Angel, hatinya berdebar kencang tak teratur ritmenya. Dan seketika terpikir perasaanya saat 6 tahun yang lalu. dan dia masih suka dan...suka.

"Jangan di hati gua lah, nanti gua nya mati lagi," jawab Angel sambil besuara gemetaran, tapi samar.

"Yaudah lah ya, di depan perpus aja ya..." sambil mengibaskan tangannya. Angel tidak menjawab, cuman menganggukan kepalanya saja sudah menyenangkan hati Nando. Nando sebetulnya ingin meyakinkan apakah Angel masih memiliki perasaan yang sama seperti 6 tahun yang lalu. Angel masih punya perasaan gak ya ama gua? Kayaknya iya deh. Geer banget dah, eh siapa tau enggak. Eh iya deng kayaknya. Yap, bimbanglah Nando. Tetapi karena perutnya sudah mengaung-ngaung, cepatlah dia jajan dan duduk sama teman tongkrongannya.

Angel dan Lauren duduk di depan kelas 9H, sambil chit-chat tentang cewek, cowok, kuncing, rambut, makeup, baju, dan lain-lain. Seketika Angel teringat Nando yang mengajaknya ketemuan di depan perpus. Dia mau ngapain ya? Jangan-jangan mau nyulik gua lagi. Geer dah palingan mau nanya pr doang atau enggak kabar. Atau perasaan gua sama dia? Dengan cepat ia singkirkan pikiran itu dan memikirkan hal yang lain yaitu rapat tadi, yah ia tidak mau peduli apa yang Lauren omongkan sekarang. "Angeel!" teriak Lauren memekik telinga Angel, "lu dengerin gua gak sih?" tanyanya sambil kesal dan melotot ke arah ANgel "kalo gak dengerin gua pengen ke kelas ngerjain tugas."

"Ok, tadi gua gak dengerin," kata Angel sambil tersenyum, tulus.

"Deh, ngeselin nih anak. Yaudah gua ke kelas dulu lah."

"Seep"

Balik lagi ke rapat yang tadi

"Oke, kita lanju rapatnya," kata Satria seraya mengambil buku OSIS nya. "Dress code kita mau warna apa nih?" tanya Satria kepada semua OSIS sambil menautkan alisnya. Sebetulnya kalau dinner party menurut pengalaman Satria apa aja sih, cuman dia mau membuatnya lebih beda aja.

"Gimana kalau hitam putih? Biar keliatan casual?" kata Angel sambil menatap Satria santai "oke itu boleh, yang lain ada lagi?"

Krik... Krik... Krik...

"Gak ada yang lain nih?"

"Gak ada, udah lanjut aja..." jawab Angel dengan malas yang ingin segera keluar dari ruangan ini. "Yaudah sabar gua mau duduk dulu," jawab Satria yang langsung ke kursi gutu. Dia pun duduk dan membaca buku OSIS nya, kemudia mengedarkan pandangan ke sudut kelas. Ketika ia merasa di depan mejanya ada yang bergerak, dengan reflek ia lihat dan...

"ANJEEER!! KAMPREET! KECOAKK! GUA TAKUT WOYY!!!" teriak Satria sampai ke Arab pun terdengar, dan sontak semua kelas melihatnya lari keluar kelas dan tertawa terbahak-bahak, ada yang nangis ketawa, sakit jantung, kelainan janin.. termasuk Angel yang tertawa dan menyampar Satria diluar.

Dilihat punggung Satria yang gagah, yang sebetulnya masih ketakutan, Angel pun menghampirinya. "BAAA!" teriak Angel sambil memegang pundak  Satria, "HAA!! ANJER! Ternyata lu..." kaget menuju kalem. Amazing. Tiba-tiba Satria merasakan dadanya berdetak kencang mukanya mulai memerah. Gua kenapa dah. Tanya Satria sendiri dalam hati ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. "Sorry, Ngel, gua mau ke kelas dulu," jawabnya sambil menutup mulutnya.

Apa gua jatuh cinta ama si Angel? Gak mungkin lahh...

--N--

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang