19

10 1 0
                                    

"Lantas apa yang terlintas dalam pikirku, seketika ku ingin memiliki mu, lagi."

"Liat nanti aja di mobil."

Perkataan yang membuat Angel mendadak benar-benar merah merona bak kepiting rebus, oh Angel pun diam seribu bahasa. Tak punya kuasa untuk membalas pernyataan Satria tadi. Yang dirasakan Angel saat ini adalah 'setengah kesal karena telah membuat dosa, dan setengah senang karena melihat tubuh Satria yang terkena hujan'.

"Heh! Diem bae, ada apa lo diem-diem muka merah gitu? Kesambet petir tadi?"

"NGGAK PAPA KOK!" entah dari mana tiba-tiba Angel berteriak seraya menutup matanya.

"Yaudah sih, gausah pake teriak-teriak segala. Gue ada di samping lo, gua juga ga budek kayak lo," Satria kembali melontarkan kata-kata yang akan menaikpitamkan Angel. Tetapi, ekspektasi terkadang tidak sesuai realita, yang didapati Satria hanya Angel yang diam dan tersenyum, tanpa mengomentari kejelekan Angel. Keanehan yang pertama kali didapati oleh Satria selama Angel menjadi rivalnya. Satria sangat bangga terhadap dirinya sendiri yang bisa menghibur Angel selama ini, walaupun kebanggaannya adalah mengejeknya. 

"Kok gak jalan-jalan mobilnya?" tanya polos Angel dengan bibir setengah dimajukan, jadi terlihat sedikit....imut.

Satria yang sedari tadi memerhatikan gerak gerik Angel, tersenyum sipu melihat Angel yang bisa segitu polosnya. Benar-benar orang yang sangat moody. Oh, lihatlah, sekarang Satria mulai tertarik dengannya. Lantas bagaimana ia harus bersikap? Jiwa Satria mulai bergerumul antara memiliki Lionna atau Angel yang belakangan ini menjadi lebih dekat? Tak akan pernah tau jika ia memilih salah satu dari mereka apa nasib yang akan terjadi?

"Sat, ayo jalan. Udah mulai deres hujannya." Pinta Angel tak sabar karena sudah hampir 15 menit Satria tak menjalankan mobilnya. Ia terkesiap lalu menyunggingkan senyum kikuk seraya menyalakan mesin mobil.

~*~

Jalanan terasa seperti cipratan memori yang mengenang kita akan sesuatu di masa lampau. Itu lah yang disimpulkan Angel ketika mobil hitam legam menyusuri Jalan Sudirman yang sedikit tergenang oleh air hujan yang semakin menggila. Lagu jazz tahun 80-an yang diputar oleh Satria membuat Angel berhasil menarik dirinya ke dalam masa lalu, yang ceria walaupun kelam.

Dimulai sejak Angel masih berusia belia, umur 9 tahun.

Rumah megah yang terletak di daerah Pondok Indah, bercat warna hitam dan coklat muda, dengan dihiasi pagar yang menjulang tinggi berwarna emas dan hitam. Taman-taman yang masih subur berwarna hijau dengan anak-anak usia 6-10 tahun yang bermain di taman tersebut. Walaupun nampak diluar sangat megah dan indah, nyatanya isi rumah tak sesuai dengan kata-kata tadi. Didalam, suasana sedang memerah dihiasi dengan urat yang menegang satu sama lain. Di ruang tamu, seorang anak gadis kecil berambut kuncir dua yang sambil memegang boneka panda mengintip ke arah kamar orang tuanya yang hanya disisakan sela pintu yang terbuka.

Gadis itu mendapati kedua orang tua nya sedang berbicara dengan sangat serius, bahkan hampir mau memukul satu sama lain. Gadis itu ingin sekali masuk ke dalam menanyakan ada apa yang terjadi antara mereka berdua, tetapi dengan usia yang baru 9 tahun membuatnya semakin takut untuk masuk ke dalam. Saat pria itu mendekati pintu, gadis tersebut terkesiap dan berlari kecil ke arah luar rumah dan memilih berpura-pura untuk tidak tahu dan tidak mengerti. Apa yang terjadi dengan dirinya saat ini? Hatinya berdegup sangat kencang dan merinding seketika, seolah akan ada yang terjadi.

Nyata nya benar, sang suami menampar pipi sang istri dengan sangat kencang sampai terdengar di seluruh ruang tamu. Alangkah melihat kejadian tersebut langsung lah sang gadis masuk ke dalam kamar.

Betapa murka wajah sang suami melihat anak tunggalnya berada di dalam kamar mereka, "Kamu mau cari mati, hah?" suaranya begitu menggelegar dalam dada dan pikir gadis itu, tangan dan bibirnya mulai bergetar ketakutan. Muka nya sudah pucat pasi, suatu kesalahan fatal ia masuk ke dalam kamar tersebut. 

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang