12

24 1 0
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu, selain itu ini adalah hari kebanggaan Angel. Hanya karena dijemput dengan Satria dan jalan-jalan dengannya saja bisa sebangga ini. Angel pun bangun dari ranjangnya dan segera mandi.

"WHERE THE SKIES ARE BLUE, TO SEE YOU ONCE AGAIN, MY LOVEEE!!"

Yap, kebiasaan Angel saat di kamar mandi, menyanyi cempreng. Band Westlife nya lah yang membuat Angel kehilangan akal sehatnya. Tak lama kemudian Angel keluar dari studionya, jam menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh, sebentar lagi Satria menjemputnya. Angel pun langsung buru-buru memilih baju yang akan dia pakai.

10 menit kemudian Angel masih bingung untuk memilih baju yang mana, sikap ini langka sekali dimiliki oleh Angel. Sibuk memilih baju untuk jalan-jalan dengan rival terburuknya. "Ngel, Satria udah di bawah nih mau jemput kamu.." teriak mamanya dari ruang tamu. Semakin frustasi lah Angel. Dan pada akhirnya dia memilih untuk memakai jeans biru dipadu dengan atasan kaus oblong dengan tulisan 'SUPREME' berlatar belakang warna putih, lalu berlari dari kamarnya ke arah ruang tamu.

"Kamu ini yah, kebiasaan kalo milih baju lama banget," omel mamanya saat Angel sudah sampai di ruang tamu. Dilihat Satria yang memakai baju yang serupa dengan Angel, hanya beda warna belakangnya, Satria memakai warna hitam. "Loh, baju kalian samaan? Kalian janjian?" tanya mamanya yang masih linglung, "enggak kok, mah, kita gak--" "Kita janjian kok, tan, makanya sama."

Ikan bawel asem emang si Satria

"Idihh, anak mama sekarang janjian kausnya sama cowok nih. Dah sana kalian pergi, tolong jaga Angel ya, Satria," pinta mama Angel kepada Satria, merasa Satria diberi tanggung jawab yang berat ia pun janji dalam hatinya akan menjaga Angel dengan penuh. Setelah mereka berpamitan langsunglah menaiki mobil jeep hitamnya Satria. Dengan kecepatan standar mobil jeep Satria membelah jalan di kota Jakarta.

"Napa sih para cewek kalo diajak jalan ama cowok milih bajunya lama?" tanya Satria saat mereka sudah berada di jalan tol. Karena yang ditanya tidak menjawab maka Satria menoleh dan memastikan bahwa yang ditanya masih hidup.

"Woiyyy, masih hidup mbak nya?" ucap Satria dekat kuping Angel.

"EH!! Iyaa, gue masih hidup kokk. Kenapa?" tanya Angel dengan muka polos. Capek, Satria harus mengulangi pertanyaannya dua kali.

"Napa sih para cewek kalo diajak jalan ama cowok milih bajunya lama?" tanya Satria lagi saat Angel sudah sadar dan kembali fokus ke jalanan. Tanpa pikir panjang Angel langsung menjawab, "ya karena dihadapan cowok itu harus sopan, ya kali gak sopan. Harga diri turun," jelas Angel seolah mengerti alur hidup seperti apa. "Berarti tadi lo lama karena mau sopan dong dihadapan gue?" tanya Satria dengan senyum penuh arti dan menatap Angel, "dih apaan, sejak kapan gue sopan dihadapan lo?" "Yang lo bilang tadi apaan?"

BOOM. Angel terjebak perkataannya sendiri. Tak bisa berkutik, Angel terkena skak dari Satria.

"Kita sampe malam ya, jaga mata lo."

--N--

Matahari menusuk lembut pori-pori Liona yang terbaring lembut di ranjangnya, sebuah selimut doraemon pemberian Felix masih menutupi badannya yang kurus. Sabtu pagi yang cerah membuat Liona terpaksa bangun dari dunia mimpinya, dilihatnya seperti biasa ruangan bernuansa nan putih selalu menyambutnya setiap pagi. Setelah sepenuhnya sadar, ia pun meregangkan badannya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.

20 menit bermandi ria, tak disangka Felix sudah menunggu di depan ranjangnya 10 menit yang lalu. Menyadari kedatangan seseorang dari kamar mandi Felix pun menoleh dan mendapati Liona yang sedang bersanggul handuk. Tak tahan melihat kocaknya Felix pun tertawa sekencang mungkin, "HAHAHAHA!!! Lo bersanggul, Li? AHAHAHA!!" ejek Felix sampai menangis dan meringis geli melihat Liona yang masih terpaku di ambang pintu kamar mandi. "Ihhh! Jangan gitu deh, gue kan udah biasa kayak gini."

"Tapi sama aja, gimanapun penampilan lo, lo itu tetep cantik."

Felix bangsat nih, pagi-pagi udah ngegombal aja.

"Hahh, emang gue cantik dari dulu kan?" tanya Liona dengan jari membentuk senjata ditaruh di dagunya. Bukannya senang melihat aksi Liona justru itu membuat Felix teringat akan masa lalu mereka. Masa lalu yang sangat...ah tak baik mengingat yang sudah lalu, maka dari itu Felix berusaha menghindari apapun yang dipikirkannya.

"Lo udah makan?" tanya Felix sambil membantu Liona menaiki ranjangnya.

"Belum, beliin snack dong di Alfamart bawah."

"Emang gua babu lo?"

"Sadis, dasar."

"Satria hari ini gak bisa nemenin lo, dia ada urusan soalnya. Jadi seharian ini lo sama gue ya."

Mendengar kata Felix itu sempat ada semburat kecewa dalam benaknya, karena ia ingat bahwa hari ini adalah hari Liona harus mempersiapkan hati untuk mendengarkan curhatan Satria. "Napa cemberut? Gak seneng kalo Satria gak disini? Kalo gak gue pulang," ucap Felix saat membaca raut muka Liona yang berubah cemberut, niat ingin meninggalkan tetapi satu kata yang membuat Felix terdiam.

"Jangan," ucap Liona seraya nada memohon, "jangan tinggalin gue sendirian disini, gue takut."

Lirih, pedih, sedih. Itu yang dirasakan Felix saat mendengar suara Liona.

"Iyaa, gue gak bakal ninggalin lo kok. Canda doang. Mau ngapain sekarang?"

"MAENNN!! KEBAWAH!!"

Kayaknya gue perlu ke dokter telinga sekarang deh, ucap Felix di hati.

"Setiap hari lo teriak, kuping gue udah budek, Li," ejek Felix sambil terkekeh, sementara itu Liona hanya menatap Felix polos, tak mengerti apa yang dikatakan Felix tadi. 30 menit kemudian mereka sampai di taman belakang rumah sakit. Disana banyak sekali ayunan, perosotan, bangku kayu, dan pohon cendana. Pantas saja Liona suka sekali bermain disini dengan Satria.

"Ingat ya, Li, lo gak boleh capek-capek."

"Selow pak bos, gue udah sehat kok. Gue udah bisa lari-larian kayak anak tk baru brojol."

Ngakak..

2 jam mereka habiskan bermain di taman, sampai pada saat pukul 10 mereka beristirahat di bangku kayu yang diatasnya pohon cendana. "Gimana? Seru?" tanya Felix setelah menenangkan nafasnya, "seru dongg! Tadi kita lari-larian gue aja mau jatoh," "Makanya hati-hati kalo lari."

Lama kelamaan mereka berdua terlarut dalam pikiran masing-masing, menuju ke pikiran batin masing-masing. Entah apa yang dipikirkan. Tak mau berlama disini, Liona memutuskan untuk kembali ke kamar. "Lix, yuk ke kamar. Badan gue udah rasanya mau panas," "ohh, yaudah yuk." Baru 10 detik berdiri dari bangku kayu Liona tersungkur ke tanah taman, tak sadarkan diri.

"LIONAAA!!!"

--N--

Beribu kilometer dari rumah sakit, di daerah Bogor, hari sudah malam. Seorang pemudi menangis karena seorang pemuda yang bertingkah tak mengenakkan hati bagi si pemudi, sang pemuda berniat untuk menenangkannya di mobil jeep hitamnya yang terparkir tak jauh dari pandangan mereka, tetapi sang pemudi itu menolaknya secara mentah-mentah. Karena sudah tak tahan, maka pemudi itu lari kemana pun ia bisa jangkau untuk menghindar dari pemuda itu.

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang