9

34 2 0
                                    

"Eh, lu tau kalo temennya si Felix, Roid, suka sama Angel?" tanya Mike kepada Satria yang sekarang berada di luar kelas. Free class. Satria memang ketua OSIS tapi ia bandel saat free class, "nggak tuh, kenapa?" tanyanya santai, "gua gak peduli Angel mau ama siapa, ada yang suka sama dia lah, gua juga bukan siapa-siapanya dia." jelasnya, Mike yang disampingnya hanya mengangguk mengerti. Satria tahu bahwa ada seseorang yang menyukai Angel secara diam-diam, tapi apa hubungannya dengan Satria? Gak ada sama sekali, ia hanya menganggap Angel sebagai rivalnya, mungkin Angel juga begitu. "You know what? Gua rasa lu bakal ada rasa buat dia," kata Mike memecah keheningan dan balik ke kelas. Satria perlu mencerna lebih dalam lagi perkataan Mike barusan, rasanya ada yang mengganjal di hati Satria. Ia menjadi tidak mood untuk berada di luar kelas dan hendak untuk jalan-jalan menelusuri sekolah.

"Weh, Sat! Lu mau kemana?" tanya salah satu teman kelasnya yang berada di luar kelas, "gua? Mau ke bawah..jalan-jalan," jawabnya santai. "Ikut dong, gua bosen di kelas," "ngapain..dah sana hush, hush." Usir Satria. Lalu ia menuruni anak tangga, dan sempat berpapasan dengan beberapa guru. Tapi ia tampak santai walaupun guru menatapnya dingin. Yang ia tuju sekarang adalah kelas Angel, entah mengapa belakangan ini ia ingin sekali bertemu Angel. Apakah ini benih cinta? Bacot lu, Thor, mana mungkin Satria jatuh cinta dengan yang namanya Angel. Anak bringasan.

Oww, sadis sekali, bung.

Sesampainya di kelas Angel ia melihat bahwa kelas Angel juga free class. Hanya kebetulan. Dilihat Angel sedang sendirian menatap lapangan sekolah, duduk di depan kursi kelas. Tatapan yang kosong, tetap manis di hadapan Satria. "Jangan bengong, berat, nanti kesambet cinta Roid," omong Satria saat sudah duduk di sebelah Angel. Korban Dilan emang. Angel yang sedari tadi bengong, tersontak kaget melihat setan yang duduk di sebelahnya. "Eh! Bangsul lu, Sat. Bikin serangan jantung aja lu," omel Angel dengan mata melotot. Satria yang mendengar omelan Angel dengan sontak tertawa terpingkal, "bhahaha!! Ngakak gua. Ngel! AHAHAHA! Sa ae lu ngelawak," jawab Satria yang masih tertawa. Tanpa sadar mereka pun saling tertawa satu sama lain. Romantisnya. "Eh, btw lu lagi free?" tanya Angel saat tawanya mulai mereda.

"Iya, lu juga kan?" tanya balik Satria.

"Iya sih, by the way, tadi lu garing."

"Hah? Maksudnya?"

"Garing, omongannya."

"Apa sih?! Lu yang garing," timpal Satria dengan kesal. Mendengar omongan Satria, Angel langsung membuat muka masam dan cemberut. Ia memang sengaja agar Satria merasa berslaah kepada Angel, tetapi ekspektasi tidak sesuai dengan realita, "ah elah, gitu doang cemberut. Anak kecil," padat, jelas, dan menusuk hati. Di tengah bercandaan mereka ada sesorang yang "mengganggu" candaan mereka.

"Wahaa... seneng banget tuh kayaknya, Sat, Ngel. Gua dikemanain?"

--N--

Semua memang butuh proses untuk meperjuangkan sesuatu, bahkan cinta pun perlu. Angel sedang menulis buku hariannya saat pelajaran SBK nya free, 3 jam, sampai pulang. Sekarang jam menunjukkan jam 11 dan ia gabut. Mending keluar kelas aja deh, menikmati udara segar. Sesuai dengan hatinya ia pun keluar. Angel pun duduk di kursi depan kelasnya dan menutup kedua matanya, merasakan angin lembut menyentuh pipi Angel yang tirus. Sesaat ia terpikir Nando, belakangan ini mulai jarang terlihat batang hidungnya.

Huft, dia kemana sih, kangen tau.... gerutu Angel dengan mata tertutup. "Heh ngapain nutupin mata gitu, cantiknya gak ada," dengan cepat Angel langsung membuka matanya dan didapati Nando sedang berdiri tak jauh dari kursi yang diduduki Angel. Nando, yang memakai rompi abu-abu polos, rambut belah samping, wajah fresh. Ganteng banget bilang Angel dalam hati, karena kangen maka Angel tatap lamat Nando dengan teliti. Gak ada perubahan sama sekali. "Lu kemana aja, Nan? Belakangan ini lu sering gak masuk," tanya Angel setelah puas melihat Nando dengan lama, "kan udah gua bilang, masalah keluarga," jawabnya santai. Memang sih dia udah bilang ke Angel kalau dia ada masalah keluarga, cuman, Angel rasa ada yang disembunyikan dari Nando. "Don't take it seriously, okay? I'm okay, you don't have to worry," jawabnya lembut.

"But, I'm worry about you, Nan."

"Don't worry, berat, let me do it."

"Dasar korban Dilan."

"Hahaha. Dilanda kesepian."

Entah Angel menganggap itu sebagai kode atau apa tapi ia punya feeling tidak enak. Awkward. "Lu kode, Nan?" Goblok banget sih, Ngel, ngapain terang-terangan nanya gitu ke Nando.. batin Angel memarah, lalu Nando pun tertawa akan pertanyaan Angel tadi lalu ia langsung menjawab, "iya tuh, gua kode," jawab Nando santai, "kode ke seseorang yang sedang berada di samping gua ini nih..."

EIIIITSSS, jangan terlalu berharap, Ngel.

"Wahaa, sayangnya kalo lu mau bikin gua nge-fly gak bakal mempan, Nan, dah kebal gua akan hal yang kayak gituan," jelas Angel terang-terangan tanpa memikirkan bahwa ia keceplosan. "Gua serius, Ngel. Kalo soal gini gua gak pernah yang namanya bercanda," nadanya berubah menjadi serius, sangat. Angel pun merasakan debaran jantungnya melebihi ritmenya lagi, pipinya berubah merah merona. "Pipinya merah tuh, malu atau nge-fly nih? Hahaha," ejek Nando saat melihat pipi Angel merah, dengan kesal ditambah senang, Angel menabok punggung Nando, "ihhh! Gua gak nge-fly tau, lu aja yang kegeeran." "Ahaha, iya deh iya," lalu Nando menarik tenguk Angel hingga mendekati Nando dan ia mencium jidat Angel.

Eh? Eh? EHHHHH??? teriak batin Angel saat Nando sudah melepaskan ciumannya dari jidatnya. Dan ternyata Nando langsung memeluk Angel dengan kencang, seolah pertemuan terkakhirnya dengan Angel. "Ngel," kata Nando lembut, "selama gua gak masuk sekolah gua bener-bener kangen ama lu. Kangen ama muka lu, kangen sifat lu, kangen semuanya tentang lu. Gua harap dengan pelukan ini lu ngerti apa maksud gua lakuin ini semua buat lu," jelas Nando dengan berat hati. Lalu Angel pun membalas pelukan Nando yang gak kalah kencang dengannya, "kalau misalkan lu mau pergi karna sesuatu bilang aja gak papa, kalau lu mau ninggalin gua karna seseorang bilang aja, Nan. Gua gak papa kok."

"Bukan gitu, Ngel."

"Trus apa?"

"Gua lakuin ini semua karna gua sayang sama lu, Ngel. Gua gak mau kehilangan lu, gua mau lu bahagia di depan di belakang gua. Please, Ngel," jelas Nando yang mungkin dengan wajah dan hati yang sedih sangat. Angel yang sedang dalam pelukan Nando, tak disangka ia menitihkan air matanya. Entah mengapa ia merasa bahwa Nando ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Angel, ia paling tidak suka dengan selamat tinggal dadakan. "Lu nangis, Ngel?" tanya Nando yang mulai sadar bahwa Angel menangis. "Gak kok, dah sana balik ke kelas," usir Angel halus. "Bener nih gak papa? Yaudah gua ke kelas dulu ya.." "iya,"

"Hari ini lu harus cepet pulang yaa! Temuin mama lu dan tanya tentang surat."

--N--


I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang