8

44 2 0
                                    

Felix Steven, sedang melakukan kunjungan rutinnya. Felix membayangi saat Liona masih belum terkena amnesia. Wajahnya yang cantik, rambut hitam legam yang terurai lembut di bahunya. Itu dulu. Sekarang Liona harus terus berbaring di tempat tidur dan terpaksa kehilangan ingatannya. Salah siapa Liona harus kehilangan ingatannya? Itu salah Felix dan Satria, salah mereka berdua dalam menjaga perasaan. Dentingan lift pun membuyarkan semua lamunan Felix, ia pun keluar dari lift. Seketika semua berbau obat dan alkohol, koridor yang semua berwarna putih menjadi tempat yang paling buruk, menyeruak semua pikiran Felix. Ah mau ketemu Liona, gak boleh negative thinking. Iya, Felix berusaha menyingkirkan semua pikirannya. Tak lama ia berada di depan pintu yang bercorak mawar dengan nama yang terpampang, Liona Christian. Felix kemudian membuka pintu dengan pelan. Ia melihat Liona dalam posisi duduk di ranjang tidurnya yang sedang membaca novel. Perlahan Liona menengok ke arah ambang pintu dan tersenyum, "Felix, ya?" tanyanya polos sambil tersenyum, ingatan Liona memang masih belum sempurna, ia harus menjalani beberapa terapi lagi, "Iya, Lion, gimana kabar kamu? Udah mendingan?" tanya Felix sambil berjalan mendekat ranjang Liona, "jangan panggil aku Lion dong, serasa singa aja," tanggapnya sambil tertawa, "iya udah mendingan kok, kamu gak bawa apa-apa? Tumben nih," biasanya Felix selalu membawa sesuatu untuk Liona, apapun.

"Lagi gak mood buat beli."

"Dih, kok gitu sih."

" Emang gitu."

"Maunya apa sih?"

"Maunya kamu," iya memang, sejak Liona sebelum terkena amnesia Felix ingin Liona milik Felix. Andai lu ngerti apa yang barusan gua omongin, batin Felix. Yang Felix lihat adalah tawaan Liona yang manis, entah dianggapnya serius atau bercandaan, "Lix, kayaknya kmau masih ngimpi deh," tanggap Liona dengan terkekeh, "enggal, Li, aku enggak ngimpi."

1 jam menghabiskan canda tawaan dalam kamar Liona, suka dan duka, tukar cerita, dan lain-lain yang membuat mereka bahagia. Di tengah percakapan Liona merasa aneh dengan kepalanya, kemudian ia merasakannya

Srat...

Terasa ada goresan di kepala Liona yang membuat Liona merasa pusing berat, "Lix, aku pusing berat, Lix. Sakit," luruhnya sambil memegang kepalanya, dengan wajah yang terkejut Felix berusaha menanya, "kamu gak papa? Apa aku perlu tanyain suster atau dokter?" tanyanya dengan gugup, "Aw! Gak usah, Lix, gak papa. Aku bi--" tak ada suara dari Liona, dengan cepat Felix menoleh dan melihat Liona pingsan.

"LIONAAA!!!"

--N--

Satria yang melihat pesan dari Felix langsung ia bergegas ke kamar, ganti baju dan pergi ke rumah sakit, "eh, Lix, kamu mau kemana? Udah malam gini," tanya mama Satria dengan khawatir. "Mama tau Liona, kan? Dia penyakitnya kambuh lagi, Tria harus ke RS sekarang," jelas Satria--ada bohongnya dikit, "oh, Liona ya... tunggu bentar." Kemudian mamanya pergi ke taman belakang rumah mengambil beberapa bunga Lily, mamanya suka menanam bunga Lily karena kesan bunga Lily itu klasik tapi elegan. "Nih, bawa buat Liona," katanya sambil tersenyum penuh arti lalu menyerahkan bunga Lily itu ke anaknya, "makasih, ma." Satria langsung keluar dari rumah dan menaiki mobil Mini Cooper nya yang berwarna hitam legam. Selama dalam perjalanan Satria mencoba untuk menelepon Felix. Pada bunyian yang ketiga diangkat oleh Felix

"Halo Sat, kenapa?" tanyanya dengan santai. "Lu lagi dimana? Gua mau ke RS sekarang, lu ada disana kan?" balik tanya Satria.

"Iya, gua ada di RS. Emangnya kenapa?"

"Ya, gak papa, ketemuan di depan lobby ya?"

"Iya-iya, kenapa dulu?"

"Banyak nanya, serah gua lah hp gua ini juga. Dah gua tutup," lalu Satria meng-end call Felix. Ditaruh handphonenya di atas dashboard dan melihat bunga Lily pemberian ibunya untuk Liona disampingnya. Liona. Hanya nama itu yang terpikir oleh Satria sekarang. 30 menit akhirnya sampai di RS, saat sudah parkir Satria langsung menuju lobby dengan bunga Lily dan handphonenya. Dilihatnya Felix sedang menunggu sambil memainkan handphonenya, "Lix," sapa Satria saat sudah di lobby. Kemudian Felix menengadah ke arah sumber suara, "eh, Sat, udah gece. Liona nungguin soalnya." Tanpa aba-aba Satria langsung menuju lift dan ke arah ruangan Liona. Setelah sampai Felix buka pintunya dengan pelan. Ini adalah kunjungan Satria yang pertama kali setelah beberapa bulan, bagi Satria, Liona masih sama saja. "Lion, ini aku bawa teman kita, Satria namanya," jelas Felix dengan pelan, "umm, Satria? Aku gak kenal sih tapi gak papa deh, salam kenal! Aku Liona, Liona Christian!"

Menyakitkan, padahal sudah lama kenal tiba-tiba lupa.

"Iya aku tahu, Satria Putra Ravaldo, panggil aja Tria. Nih ada bunga dari mama aku buat kamu," jelas Satria sambil menyodorkan bunga Lily nya ke hadapan Liona, "wah! Bunga Lily! Kamu tau dari mana aku suka bunga ini?" tanyanya penuh girang, "Dari mana aja Lion." Sedari tadi Felix membiarkan mereka tenggelam dalam percakapan masing-masing, toh mereka bertiga juga teman dulunya. Dulu. Tak sangka mereka bertiga ngobrol sampai 2 jam dan sekarang sudah jam 10 malam, waktunya Liona istirahat. "Eh, udah jam 10, kita pamit dulu ya, Lion," pamit Satria yang disusul dengan Felix, "oh, oke! Dadah kalian semua!" seru Liona kepada Satria dan Felix. Saat mereka bedua sudah diluar ruangan Satria membuka percakapan "Lu naik motor apa mobil apa jalan kaki?" tanyanya berentet, "motor, Sat, napa emang?" "Gak papa."

"Yaudah gua duluan ya," pamit Felix kepada Satria sambil memakai jaket jeansnya. Satria kemudian duduk di depann ruangan Liona dan membuka Instagram. Dilihatnya quotes yang memikat perhatiannya, tulisannya

'Apa yang akan kamu lakukan, jika sesorang yang kamu sayang lupa ingatan?'

"Selalu setia menunggunya sampai dia ingat dan sadar bahwa aku sangat menyayanginya."

--N--

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang