13

22 1 0
                                    

"Kita mau ngapain disini weh?"

"Udeh, percaya aja ama gue, udah sering juga gue kesini."

Hari pun sudah larut malam, semua orang sudah berada di ranjang mereka masing-masing bersiap untuk memasuki dunia mimpi mereka. Akan tetapi dua pemuda pemudi ini masih saja berkeliaran di daerah Bogor.

"Eh, lo udah minta ijin sama nyokap bokap gue kalo jam segini pulang?" tanya Angel kepada Satria tengah kegelapan yang nan indah, "lagi romatis gini lo nanya begituan? Selow aja sih, gue ada planning buat kita berdua doang."

Oh iya romantis sangat, kebanyakan laki-laki menuntun perempuannya untuk pergi ke puncak bukit, taman bunga, dan lain-lain yang romantis. Hanya Satria yang memperlakukan Angel untuk menutup mata Angel dan didorong-dorong. Mantap.

"Elo ngapain sih dorong-dorong gue?!" omel Angel yang sudah mulai naik pitam.

"Bawel amet sih! Gue emang begini, tapi akhirnya begitu."

"Apa sih! Gak jelas banget!"

Satria kembali teringat akan sesuatu lagi, kata yang diucapkan Angel sama persis dengan orang yang amat dicintainya. Semua yang ia kubur dalam-dalam kembali terangkat.

Sat, inget lo lagi sama Angel. Jangan inget dia!

Selama 30 menit mendorong karung beras alias Angel mereka pun sampai di puncaknya, helaan napas Satria membuktikan bahwa sudah capek. "Lo capek, Sat?" tanya Angel yang mengerti helaan nya, "iya lah capek, habis ngedorong karung beras." "Bangke lo."

Kemudian dibuka penutup mata yang dipakai Angel sedari tadi and tadaaa! Pemandangan indah di puncak bukit, terpampang di depan mata mereka berdua. Di sebelah kanan merek terdapat hutan nan rindang dan lebat, di sebelah kiri mereka terdapat arus sungai yang amat jelas dapat mereka dengar dengan jelas.

"Nggi?"

Suara itu? Mirip Nando.. Aku kangen

"Nggi~~ Hellow it's me Nando~"

--N--

Suara mesin pun masih berbunyi, tanda masih ada kehidupan di ruangan itu. Helaan napas masih tersisa, namun hanya bisa diam menutup mulut. Ia hanya berbicara lewat dunia mimpinya saja, ingin sekali ia keluar tetapi tidak bisa.

Deru napas Felix kini kian memburu selepas kejadian yang dialami Liona tadi, sekumpulan dokter dan suster mengahampiri mereka berdua dan segera membawa Liona ke ruang IGD. Setelah melakukan beberapa tindakan pertama di IGD dokter pun keluar dengan muka yang amat sedih. Apa Liona meninggal? Ah, jangan berpikir begitu, pasti dia gak papa. "Setelah kami melakukan percobaan tadi, ternyata dek Liona mengalami koma akibat pusing yang dideritanya." kata dokter tersebut dengan lembut khas Jawa.

"Tapi dia akan siuman kan, dok?" tanyanya dengan nada memelas.

"Kami tidak akan tahu, berdoa saja ya, dek, semoga adek Liona bisa siuman."

Pasrah. Hanya bisa menunggu jawaban. Felix paling tidak suka dengan yang namanya menunggu. Menunggu itu melelahkan hati, tapi mau bagaimana lagi? Sekarang ia hanya menunggu Liona keluar tadi ruang IGD dan membawanya ke kamar perawatan.

20 menit menunggu di luar akhirnya tubuh Liona yang terbaring dibawa oleh para suster menuju ke kamar perawatan melalui lift. Yang hanya bisa Felix tatap adalah wajahnya yang mulai memucat, sejam yang lalu ia terlihat cantik, tapi kenapa sekarang memucat? Itu semua hanya yang lalu. Selama di lift menuju ke lantai 3 suster memberitahu bahwa dokter akan memberikan informasi rinci tentang kejadian yang dialami Liona, mendengar itu sama sekali tidak membuat suasana hati Felix membaik. Apapun itu tetap tidak mengubahnya, kecuali kalau Liona segera siuman.

Lamunan Felix berhamburan akibat dentingan lift yang ia dan para suster tuju, mereka pun keluar dari lift dan memasukan Liona ke kamar Tulip nomor ranjang 10.

Tulip ya? Kesukaannya, gumam Felix. Tersadar di sakunya terasa getar ia pun merogoh sakunya dan menemukan handphonenya menerima Whatsapp. Dari Satria. Bajing satu ini mau apa..

"Woy kemana aja lo? Gak Whatsapp gue dari pagi, biasanya ngabarin Liona." isi pesan Satria kepada Felix. Melihat nama Liona terpampang di sana, Felix pun ingin meminta Satria untuk menemani Liona hanya sebentar saja. Saat Felix sedang menulis pesannya, ia mendapat pesan baru lagi dari Satria.

"Gue lagi mau jalan nih ama Angel, yang waktu itu gue ceritain ke lo. Masih inget kan? Yaudeh kalo mau kabarin gue via telepon aja."

Sesaat Felix mengurungkan niat untuk meminta Satria menemani Liona, sudah susah payah ia membuat isi pesannya agar tidak membuat Satria marah ia hapus semuanya. Mengapa? Karena Felix tidak mau membuat acara mereka berdua batal dengan kehadiran Liona yang belum diketahui oleh Angel. Itu akan membuat pertentangan yang amat sengit.

Suster pun akhirnya keluar hendak menemui Felix yang sedari tadi bersandar di dinding rumah sakit, "Dek Felix, silakan masuk ke dalam sudah kami siapkan semuanya," ucap salah satu suster dengan penadaan yang lembut, "siapkan? Maksudnya apa ya, Sus?" tak mengerti maksudnya sudah "dipersiapkan" maka dari itu suster tersebut menyuruhnya masuk.

Ahelah, disiapin infus ama makanan doang pake sikrit segala. Well gue harus jagain lo deh.

--N--

"Lo ngapain disini?!"

"Yaaa gue cuman lagi berkunjung aja ke tempat yang dulu sering kita kunjungi."

Perkataan tersebut membuat dia sedikit marah.

"Dia ini siapa, Ngel?"

Dan lagi membuatnya muak. Mengapa Nando tiba-tiba ada disini? Walaupun Angel sangat kangen sama Nando, ia tetap tidak enak dengan Satria yang sudah bersusah payah mengantarnya kesini. "Ngel, jawab pertanyaan gue dulu. Ini siapa?" Satria pun mengulang kembali pertanyaannya, namun kali ini yang menjawab Nando sendiri.

"Gue Nando. Fernando Herlambang," ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Satria," balasnya. Singkat, dingin, ketus.

Jujur, Satria disini melihat keakraban mereka berdua membuat ia cemburu. Entah dari mana cemburu itu berasal. Melihat mereka ngobrol saja membuatnya tak sudi untuk disini, apalagi sampai Angel memukul kecil lengan Nando, tak tahan lagi ingin segera membuat wajah Nando babak belur.

"Sat? Hello! Gue dibawa kesini buat ngapain?" tanya Angel menyadari sedari tadi Satria hanya ngelamun saja, seketika pikiran tentang cemburu itu berhamburan, "hm? Apaan?" jawabnya dengan senyuman. "Lo budek? Gue bilang, kita kesini mau ngapain?" kesal karena tidak diperhatikan. "Tuh," Satria menunjuk objek yang ada di belakang Angel. Angel pun menoleh ke belakang. Pemandangan tadi, masih memukau sih cuman dihancurkan oleh kedatangan Nando.

"Lo sebetulnya gak suka ya, gue ajak kesini?" tanya Satria yang masih dengan senyuman. Satria sebetulnya memancing Angel bahwa kehadiran Nando membuatnya tidak nyaman.

"Eh? Gue suka kok, suka banget malahan. Kan gue orangnya suka hutan," jelasnya dengan senyuman yang ala kadarnya.

"Eh gengs, gue dikacangin aja nih?" tanya Nando yang tidak mengerti situasi dan dengan gaya yang santai.

"Lo bisa diem gak? Ngertiin suasana kek." balas Satria dengan nada yang sedikit meninggi. Sementara Angel hanya bisa menenangkan Satria yang hampir naik pitam.

"Well, gaya gue emang gini sejak dulu. Mau dirubah kayak gimana, tetep aja kayak gini," jawabnya sambil tertawa. "Nando! Bisa lebih sopan dikit gak?" timpal Angel yang kesal atas perkataan Nando. "Enggak." sambil mejulurkan lidah.

"BISA GAK JAGA SOPAN SANTUN LO DI DEPAN CEWEK??!!"

Dan kemudian terjadilah.

--N--

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang