Di area belakang sekolah SMA Harvest yang sepi dan hijau, semua peralatan sekolah tertata rapih justru itu bukan sebagai keindahan. Melainkan kekejaman dan pertengkaran. Tepat pada jam 3 sore Angel diajak oleh seorang cewek yang sewot e belakang sekolah dan sekarang dia sudah dihadapkan oleh cewek yang menurutnya alay abis, lebih tepatnya cabe-cabean. "Cewek katak gini disukain ama Satria? Ewww," jawabnya dengan tangan melambai jijik. "Penampilan macam apaan coba nih bocah, rambut dikuncir tinggi. Gak gaul banget. Baju pake dimasukin segala lagi, sok sopan," jelasnya dengan ketus dan dengki. Saat Layla diam, Angel pun ingin menanyakan sesuatu selama ia diolok-olok oleh Layla, "kak... Sebetulnya kakak manggil saya karena apa ya? Mau nanya saya apa?" "Lo pasti tau kenapa gue nyuruh lo kesini," jawabnya sambil tersenyum kejam. Ah, kayaknya gua tau. Dia sempat nyebut nama Satria. "Satria ya kak?" tanya nya pura-pura tidak tahu, dia punya firasat buruk lagi tentang ini dan lagi-lagi firasat itu terjadi. Layla pun menampar pipi Angel sebelah kanan sekencang mungkin sampai ia hampir mau jatuh. Angel mengernyit kesakitan. "Nah itu tau, kayaknya lo deket banget gitu sama Satria sampe gue cemburu abis ama lo. Lo bisa gak jangan deketin Satria lagi? Dia itu milik gue!" sontak Layla sambil menjitak Angel.
Aw. Sakit bangsat.
Kerap Angel langsung mengeluarkan ultimatum yang mungkin bisa lebih menyakiti Angel lagi, tapi justru disitu kesenangannya. "Ahh, bukannya Satria udah ada yang punya ya? Namanya siapa tuh, emm, oh ya! Lu--" "BACOT LO BANGSAT!!!" teriak Layla yang naik pitam sambil mendorong keras Angel hingga terjatuh ke konblok bata. Ia tidak suka dengan ultimatum Angel tadi, maka dari itu cewek rambut ombre itu mendorong Angel sekuat tenaga. Angel pun masih tersungkur, ia merasakan sakit di bagian lengannya, kemungkinan besar berdarah. Angel pun mengernyit kesakitan, ditatapnya lamat konblok itu agar pengeliatannya terlihat jelas. Sesekali ia merasa senang telah membuat cewek itu kesal atas perkataannya. "Ha.. lo itu bisaan aja deket ama Satria, padahalkan dia itu milik gue."
Suara itu... Mirip Nando, ah! Iya! Kan mau ketemuan di depan perpus.
"Kak, maaf ya. Saya harus pergi," tuntas Angel sambil berdiri menahan sakit.
--N--
Satria pun yang dengan senang masih berada di ruang BK bel pulang sekolah pun berbunyi, "eh bel PULANG sudah berbunyi, saya boleh pergi kan bu?" sengaja ia menekankan kata 'pulang' agar Bu Erna mengijinkan ia pergi dari ruang pengadilan ini. "Hah.. kamu ini memang pinter strategi, ya sudah kamu boleh keluar dari ruangan ini." "Ehehe, makasih, Bu." Setelah keluar dari ruang BK ia langusng lari secepat kilat ke arah kelasnya yang tak jauh dari ruang BK. Setelah sampai nyatanya kelas sudah kosong tinggal tas Satria yang masih ada di kursinya. "Pen ketemu rival gua nih..." bicara Satria sendirian, ia pun merapihkan bukunya dan memasukkan ke tasnya, membenarkan posisi kursi dan tasnya siap menemui Angel. Saat ia ingin membalikkan badannya seseorang memanggil Satria.
"Satria..."
Ia pun segera membalikkan badannya, didapati sosok Felix yang sedang menyender di ambang pintu kelas Satria.
"Eh, abang Felix. Apa kabs nih?" jawabnya sok gaul sambil jalan selengean ke arah ambang pintu, "hah, ini anak kena sakit saraf lagi atau apaan ya.." balas Felix sambil menepakkan telapak tangannya ke jidatnya. "Gua mau bicara serius ama lu, Sat," jawab Felix dengan tatapan super serius. "Oke, apa?"
"Lu gantian kunjungan rutin dong, jangan gua mulu yang kesana. Liona udah bosen kali ngeliat gua mulu," keluh Felix, padahal dia sadar bahwa terkadang Liona masih suka lupa wajah Felix yang hampir setiap hari Liona lihat. "Yaudah gak papa, jadi kita gantian kunjungan gimana?" tanya Satria yang membubarkan lamunan Felix yang melayang buana, "serah lu, maunya gimana."
"Yaudah lu aja."
"Dih kan udah gua bilang, jangan gua mulu."
"Lah kan, katanya terserah gua."
"Yang adil, cubluk," jitak Felix ke jidat Satria yang mulus
"Aw! Yaudah gini, setiap minggu dalam satu bulan gantian. Jadi misal bulan januari nanti gua dan setiap minggu kunjungan 2 kali, gimana? jelas Satria kepada Felix yang masih memikirkan penjelasan Satria tadi.Penjelasan tadi cukup bagus untuk diterima cuman, apakah Satria sanggup menjalankan apa yang sudah ia katakan tadi? Itu resikonya atas apa yang telah Satria katakan, "lu yang bilang ini, lu sanggup gak nanti buat kedepannya?" tanya Felix sambil membenarkan rambutnya. "Lix, kita kan udah janji harus buat dia bahagia, masa mau ngingkarin janji sih..." "Iya, Sat, gua tau yang gua pertanyain lu sanggup ngejalaninnya gak?" tanyanya sekali lagi. Satria menghela nafas yang susah untuk diramal, dalam pikirannya juga memikirkan resiko lain. "Ya oke, gua bakal sanggup," jawabnya dengan mantab dan serius, "dah kan? Gua pengen pulang dulu," jawabnya yang ingin segera bertemu dengan kasur, "ehh..tunggu dulu, gua pengen ngomong lagi," cegat Satria dengan cepat menghalang di ambang pintu. "Mau ngomong apa lagi, cubluk," kesal.
"Kemaren penyakit lama Liona kambuh lagi, kata dokternya penyait langka. Gua gak tau namanya apa, kemungkinan besar nyawanya terancam," jelasnya dengan nada yang cukup takut. Seketika sekujur kilat menyambar tubuh Satria dengan cepat, keringat dingin mulai berhamburan jatuh dari pelipisnya, "lu... lu serius itu?" jawabnya gemetar.
Tolong Tuhan, jangan ambil Liona dulu
Doanya dalam hati sambil menunggu Felix menjawab pertanyaannya, "iya, Sat, gua serius soal Liona," Jangan dulu Tuhan, saya masih belum sanggup kehilangan dia. "Itu doang kan, Lix? Gua cabut dulu ya," jawabnya seolah-olah tidak terjadi apapun. Satria langsung pergi dari ambang pintu kelasnya, meninggalkan Felix sendirian. Sesampainya di koridor bawah kelas, dan hendak melewati perpus, ia melihat Angel, rivalnya menangis. Tangisan yang tak terkontrol emosinya. Satria pun berhenti. Angel kenapa nangis?
--N--
KAMU SEDANG MEMBACA
I Loved You
RomanceDiceritakan seorang cowok yang terkenal di SMA Harvest, si cowok player, dan anehnya banyak yang menyukainya. Karna dia ketua OSIS. Satria Putra Ravaldo Cowok yang 'segalanya' bisa ia dapat dengan mudah, tetapi kasih dari seorang kekasih bisa dikata...