7

53 3 0
                                    

Angel pun sampai di rumahnya dengan mata sembab, tak peduli ia masih memakai seragam sekolah langsung ia menerjunkan badannya ke kasur. Melanjutkan tangisannya. Ia pun semakin menangis kala mengingat percakapannya tadi dengan Nando

Di depan perpus

Angel masih berjalan menahan sakit di lengannya, mengingat bahwa ia ada janji dengan Nando, sesampainya di depan perpus dilihatnya Nando sedang menunggu Angel. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Angel memanggil Nando. "Nan..." panggil Angel halus. Yang sedari tadi menundukkan kepala, kemudian tersadar ada yang memanggil reflek mendongak ke sumber suara, "ah, Angel, kirain siapa. Kok rada lama kesini?" tanya nya lembut. Angel selalu kangen akan suara Nando yang seperti tadi, lembut dan melumerkan hati. "Tadi ada urusan kelas dulu kok, Nan," bohong Angel kepada Nando, ia tidak mau Nando mengetahui masalahnya dengan kakak kelas tersebut.

"Ohh, gini, gua pengen bilang ke lu," sebelum melanjutkan omongannya ia membenarkan tataan rambutnya yang sedari tadi ia acak-acak sebelum menemui Angel. "Apa, Nan?" Gece, gua pengen pulang." "Aku mau kamu menghilangkan semua rasa yang kamu miliki selama 6 tahun ini, aku mohon," jelasnya dengan mata yang kecewa dan sedih. Jujur Nando sebetulnya tidak ingin mengatakan ini tapi ia harus. Mau tak mau.

Angel pun merasa semua badannya terasa kaku dan dengan mata yang berkaca-kaca, ia bertanya "memangnya kenapa, Nan?" masih dengan mata yang berkaca ia berusaha untuk tersenyum. Sakit rasanya. "Aku ada urusan tertentu, Ngel,"  jawab Nando sambil memegang tangan Angel, tetesan air mata Angel akhirnya jatuh untuk pertama kalinya. "Angel, maaf. Maafkan aku." "Sudah stop. Aku tidak mau dengar lagi omongan maaf kamu lagi. Sekarang kamu pulang, tolong." Nando kembali merasakannya saat itu hujan dan Angel mengatakan hal dan perkataan yang sama persis, kemudian Nando langsung memeluk Angel dengan erat seperti hari ini adalah terakhir kali mereka bertemu, lalu ia berkata "yaudah, I'm sorry, okay?" Sama aja Nando gerutu Angel dalam hati. Dengan hati yang masih sakit sangat dan mata yang menahan air mata, Angel menjawab "Iyaudah, gak papa kok," jawabnya sambil membalas pelukan Nando, walaupun ia sadar itu sangat menyakitkan tapi ia harus tetap tersenyum. Sakit hati tapi harus tersenyum itu menyakitkan. "Udah sana, ini udah mau malem," katanya seraya melepas pelukan Nando, "nanti dicarrin mama, kan kamu anak mama," lawakan Angel cukup membuat Satria tertawa dan akhirnya Satria pulang. Melihat Satria sudah tidak ada, Angel menangis. Ia pun menyender ke tembok perpus dan menduduki lantai koridor. Ia rela menahan sakit di tangannya dan menahan sakit hatinya. Luar biasa sudah. Ia masih ingin tenggelam dalam tangisannya, tapi waktu sudah hampir malam. Angel harus segera pulang.

--N--

Dalam ruang chat Satria.

Satria: Guys, tadi gua liat Angel nangis di depan perpus. Kayaknya ada sesuatu deh

Mike: Gaya lu, nak, kayak detektif profesional aja. Mending cariin anjing gua kemana

Robi: Weh, Mike, anjing lu kan si June

June: Weitss, nyebut nama gua tuh

Satria: Menurut lo pada, Angel belakangan ini lagi deket ama siapa?"

Alvaro: Kok lu jadi peduli gitu ama Angel?

Mike: Tau nih

Robi: Tau nih (2)

June: Tau nih (3)

Valdo: Haee, gaeess!!

June: Nah kan

Mike: Nah kan (2)

Robi: Nah kan (3)

Satria: Nah kan (4)

Alvaro Nah kan (5)

Satria: Weh, back to the topic. Gua masih penasaran kenapa Angel nangis.

June: Disakitin cowok kali

Robi: Emang Angel udah punya, Sat?"

Satria: Gak tau lah, ngapain gua nanya gituan ke Angel

Valdo: Eh, Sat, gua liat sebelum Angel nangis dia bicara ama cowok. Tapi gua gak tau cowok itu                 siapa.

Alvaro: Seriusan lu, Val?

Mike: Seriusan lu, Val? (2)

Valdo: Iye, gua serius

Cowok ya. Sekarang Satria berada di tempat paling favoritnya. Kasur. Sekarang pikiran Satria terpecah belah antara Liona dengan Angel, apaan sih kok jadi mikirin Angel. Angel itu bukan siapa-siapanya Satria, tapi otak dan hati saling memberontak. Ia melihat ke layar hp nya, dilihat temannya sudah mulai menyinting semua ia pun langsung menaruh hpnya di meja kecil sebelah kasurnya. Jam menunjukkan pukul 7 malam, mamanya pasti sudah menyuruh Satria turun dalam 5, 4, 3, 2, 1.

"Satri, ayo turun, kita makan!"

Sudah kuduga 

"Iya, ma," serunya dari kamar dan keluar menuju ke ruang makan. Satria keluarganya bisa dibilang cukup berada, papanya, Ronny bekerja di bagian kementrian penting di Indonesia, mamanya, Laura bekerja di bagian manajemen sebuah perusaan ternama. Cukup wajar kalau anaknya pintar. "Hari ini kita makan apa, ma?" tanya papanya dengan suara berat dan berwibawa, "kita hari ini makan sop iga ya," jawab mamanya sambil tersenyum ke anaknya dan papanya, "ini kan kesukaan kamu, Tria," mamanya memang tahu kesukaan anaknya apa. Makan malam pun berjalan dengan hikmat, Satria mengembalikan piring ke washtafel. Saat hendak ke kamarnya, handphone Satria berbunyi--sedari tadi makan Satria membawanya. Itu dari Felix.

Felix: Sat, tadi Liona sempat meninggal.

I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang