Chapter 4

180 26 5
                                    


Sadar kalau dia mempunyai kemampuan untuk benar-benar menyukai seseorang dari lawan jenis, Dara merasa energi yang dimilikinya menguap, dan jiwanya hilang. Dara meringis ketika menyadari perasaan yang baru ini mulai keluar dari pori-porinya dan membasahi kulitnya. Selama bertahun-tahun hidup dengan pemikiran kalau ia tidak bisa tergerak dengan hal bernama perasaan, Dara sekarang menyerah. Dan dia sedikit tak menyukainya.

Keluarganya adalah satu-satunya yang bisa dikatakan berada dalam jangkauan kasih sayangnya dan orang-orang diluar keluarganya hanyalah orang berlalu lalang, jadi perkembangan baru dalam hidupnya ini cukup mengejutkan.

Dara bangkit dari kasur, merasa muram, lalu membuka membuka pintu kamar mandi.

Dara tidak bisa menerka bagaimana dirinya bisa benar-benar menyukai seorang pria yang mungkin saja seperti baru keluar dari ring tinju, tidak peduli betapa berototnya dia atau betapa tubuhnya— Dara menghantamkan kepalanya pelan ke pintu untuk mengembalikan otaknya ke tempat semula. Ya ampun, kenapa dirinya harus menyukai seorang pria? Kenapa dirinya harus menyukai pria itu? Kenapa???

"Tahu tidak, kau kelihatan seperti seorang idiot."

Dara menoleh ke arah Suzy yang masih berbaring di kasurnya, tenggelam di bawah selimut sambil manatap Dara terhibur dengan apa yang barusan dilihatnya. Suzy terkekeh melihat ekspresi Dara. "Apakah pria itu terlihat seperti mutan atau apa? Karena, kau tau aku bisa sepenuhnya memahami kenapa kau bertingkah seperti itu. Apakah pria itu terlihat seperti alien atau sesuatu yang berasal dari dunia lain?"

"Dia terlihat seperti seorang pangeran tampan sialan yang mempesona!" jawab Dara hampir seperti mengajak berkelahi. "Matanya menghipnotis, senyumnya mempesona, tawanya sangat manis, seluruh fisiknya seperti semua pria dari novel yang suka kau baca. Dia juga lembut. Seorang pria yang sangat baik. Aku hanya tidak bisa mengerti kenapa aku bisa menyukainya!"

Suzy merasa mulutnya gatal. "Baiklah," ujarnya. "Aku tidak paham kenapa juga kau bisa menyukainya. Dia terdengar seperti tipikal pria yang biasa kau lihat dari setiap sudut kota."

Dara memutar matanya mendengar kalimat sarkastik yang dilontarkan Suzy. Dia tidak akan pernah paham. Dara masuk ke dalam kamar mandi, bersiap untuk mandi dan pergi kerja lagi. Dia tak bisa mengingat kapan dirinya benar-benar menyukai seseorang. Mungkin ketika masih SMP saat ayahnya ngotot agar Dara belajar bela diri dengan mengambil kelas tinju dan Dara selalu menunggu-nunggu saat itu karena dia suka melihat gurunya yang masih berusia 20 tahun. Saat masuk SMA, ibunya mengeluarkan Dara dari kelas tinju karena gadis itu sering terlibat perkelahian dan ibunya selalu dipanggil ke kantor sekolah setiap hari. Saat itulah Dara merasa patah hati karena tidak bisa pergi ke kelas tinju lagi daripada tidak bisa melihat gurunya lagi. Dan itulah akhir dari usahanya menjadi perempuan mengenaskan.

Mungkin, saat ini juga seperti itu. Dara hanya perlu menemukan apa yang dia sukai yang kebetulan ada pada Donghae. Makan gratis, mungkin? Tumpangan gratis? Dara mengangguk pada dirinya sendiri. Baiklah, mungkin itu. Seperti yang ayahnya katakan, selalu ada alasan dibalik semua hal. Jangan pernah menerima kata kata seseorang begitu saja. Jadi, jika Dara berkata kalau dia menyukai Donghae, itu berarti dia menyukai semua hal-hal gratis yang juga ada dengannya.

Merasakan moodnya sedikit cerah, Dara menyelesaikan mandi dan bersiap untuk bekerja. Suzy sekarang sedang duduk di kasurnya, ponsel berada di tangannya tapi dia terus menatap Dara bahkan saat Dara sedang mengenakan celana dan kemeja kebesarannya dengan gambar beruang di depan.

"Kau terlihat ceria," komen Suzy.

"Kurasa aku sudah menyelesaikan semuanya," ujar Dara sambil tersenyum saat ia menyisir rambutnya. "Tanpa keringat."

All Bets Are Off (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang