Chapter 9b

81 16 2
                                    


"Ayolah, kawan," kata Jason. "Jujur saja, kau tidak diajari dasar tinju yang benar. Kau seperti tak punya apa-apa."

Apa? Donghae menoleh kepada Jason lagi.

"Kemari," kata Jason. "Letakkan tanganmu di depan wajah sambil mendekat ke arahku. Kau tidak ingin lawanmu menyerang di awal."

Donghae bisa mendengar Dara yang memanggil-manggil dari belakang sambil menyemangati tapi itu justru membuatnya semakin kesal. Donghae keringatan parah, setelah ini dia ada rapat dan kemungkinan akan telat, dan saat sedang dihajar habis-habisan begini Dara malah duduk di sana sambil makan es potong!

Emosi Donghae langsung memuncak dan itu memberikannya energi baru. Dia langsung bertarung tanpa berpikir, yang diinginkannya hanyalah untuk memberikan satu pukulan di wajah Jason. Hanya satu. Tapi saat Donghae berlari, dia malah tersandung kakinya sendiri dan berjingkat beberapa kali berusaha agar tetap berdiri dan mencoba meraih apapun untuk pegangan. Tapi Jason malah melangkah menjauhinya dan Donghae pun tersungkur di sisi sasana karena tangannya yang mengenakan sarung tinju itu tidak dapat meraih tali untuk berpegangan.

Donghae bisa merasakan sakit di tulang ekornya saat mendarat di lantai sambil menatap cahaya lampu putih di atasnya.

Kemudian wajah Dara muncul, menutupi lampu.

"Oh sial, apa kau baik-baik saja?" tanyanya nampak khawatir.

Jason berjongkok dari ring tinju. "Kurasa Donghaemu ini perlu mengambil kelas tinju dari dasar."

Dara melepas penutup kepala Donghae dan mengusap rambut dari wajah Donghae yang sudah sangat berkeringat.

"Donghae?"

"Pantatku sakit," ujar Donghae dengan suara tercekik.

Dara terkikik sedikit sebelum membantu Donghae untuk bangun. Donghae menggumamkan umpatan karena bergerak malah membuatnya semakin fokus pada rasa sakitnya. Dara menuntun Donghae ke arah bangku dan Donghae duduk dengan hati-hati. Dara merasa kasihan saat melihat ekspresi kesakitan Donghae tapi kemudian dia harus menggigit bibir, menahan tawa. Melihat Donghae yang tersandung kakinya sendiri, kemudian jatuh dari ring... Dara berharap dia tadi mendokumentasikan kejadian itu. Dara mendengus kecil, dan Donghae langsung menyipitkan mata menatap Dara. Dara balas menatapnya dengan mata yang lugu dan lebar, kemudian kembali mengelap keringat Donghae dengan handuk.

"Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Donghae saat ia mengambil handuk dari tangan Dara. Handuknya bau sekali.

Tapi sebelum Dara menjawab, seorang pria kekar dengan potongan rambut militer mengambil handuk itu dari tangan Donghae. "Ini milikku," ujarnya mengancam. "Ambil handukmu sendiri."

Pria kekar itu lalu berjalan menjauh sambil menggunakan handuk itu untuk mengelap ketiaknya. Donghae langsung melongo kemudian menggunakan tangannya untuk mengelap bau yang ditinggalkan handuk itu di wajahnya.

Dara menutup mulut dengan tangan dan berusaha untuk tidak tertawa, tapi tetap saja ia kelepasan dan Donghae langsung menatapnya tajam.

"Maaf," ujar Dara sebelum meledak tertawa. Dia sudah tidak kuat lagi menahannya.

Donghae menatap Dara yang tertawa kencang, masih sambil menatapnya tajam, tapi ujung bibir Donghae terangkat. Dan kemudian, Donghae sudah ikut tertawa bersama Dara.

"Berhenti," ujar Donghae. "Pantatku sudah cukup sakit. Tertawa membuatnya semakin parah."

"Kau seharusnya melihat wajahmu sendiri," kata Dara sambil tertawa.

Jason berjalan mendekati mereka dan melempar handuk ke arah Donghae yang langsung ditangkapnya. Donghae mengelap keringat dari wajah dan lehernya. Kaos polonya basah oleh keringat, sama seperti kaus dalam yang digunakannya. Donghae melepas kancing kaos polonya dan melepasnya, hanya mengenakan kaos singlet, merasa lega saat udara terasa segar menyentuh kulitnya. Donghae tidak sadar Dara yang tiba-tiba diam sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain.

All Bets Are Off (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang