Purple (As Locket) Pt. 1

35 2 0
                                    

(Y/n) P.O.V

Sebuah tangan melambai perlahan di hadapanku, membuatku yang sebelumnya sibuk menatap buliran air hujan yang mengalir di kaca cafe di sebelahku, pun akhirnya menoleh kearah pemilik tangan itu. Aku hanya tersenyum tipis kearahnya yang kemudian meletakkan secangkir Latte pesananku dan secangkir Americano pesanannya di atas meja yang berada di antara kami.

"Melamunkan apa?" tanyanya usai meletakkan minuman kami kemudian duduk di hadapanku.

"Bukan apa-apa," jawabku pendek lalu kembali tersenyum kecil.

Tanganku pun terulur untuk meraih gelas berisi Latte milikku lalu menyesapnya sedikit. Bisa kurasakan rasa hangat yang menyebar di kerongkonganku yang terasa agak kering ini. Sementara pria bernama Cha Hakyeon yang berada di hadapanku ini mengikutiku dengan mengambil cangkir miliknya dan meminum isinya.

Tak sampai sedetik, wajah pria bermarga Cha ini menunjukkan raut masam. Pahit, kira-kira itulah satu kata yang mewakili raut wajahnya kini. Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Sudah berapa kali kubilang untuk memesan minuman yang manis saja? Lihat kan, sekarang oppa seperti mau memuntahkan kopinya. Padahal oppa itu bukan seperti Taekwoon-ssi yang maniak kopi," omelku. Sementara Hakyeon oppa hanya menunjukkan cengirannya seperti anak kecil.

Kemudian aku pun berjalan kearah kasir untuk mengantri, mengingat ada banyak orang yang datang kemari untuk sekadar berteduh atau sekadar membeli minuman dan kue, lalu memesan segelas susu rasa vanilla. Butuh beberapa menit hingga akhirnya pesananku jadi dan aku pun membayarnya. Setelah itu aku kembali ke meja dimana pria itu kembali menunjukkan cengirannya.

"Ini," ujarku lalu meletakkan gelas berisi susu hangat yang kubawa ke hadapannya. Sedangkan Americano yang baru diminumnya seteguk itu sudah kupinggirkan.

"Hehe, terima kasih," ucap Hakyeon oppa sebelum meminum susu itu. "hm, seharusnya kau pesan yang rasa pisang," imbuhnya lalu menatapku.

"Sini biar aku saja yang meminumnya," sahutku kesal dan berniat merebut gelas yang dipegang pria yang lebih tua 3 tahun dariku itu. Namun dengan gesit ia menjauhkan gelas itu dari jangkauanku.

"Ampuni hamba, Yang Mulia (Y/n)," ujarnya cepat lalu tertawa kecil. Membuatku mau tak mau pun ikut tertawa kecil melihatnya.

Sambil menghela nafas pelan, aku pun mengalihkan pandanganku kembali ke kaca cafe yang ada tepat di sebelahku. Tak ada suatu hal menarik yang dapat kulihat, hanya ada buliran air hujan yang mengalir atau beberapa orang yang tampak berteduh di toko seberang. Jalanan tampak sepi, mengingat cafe tempatku berada ini berlokasi di salah satu jalan kecil, sehingga jarang muncul kendaraan apalagi di tengah hujan seperti ini.

"Kau bertengkar dengan Hongbin?" suara itu membuatku menoleh kearah pemiliknya. Kemudian aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Lalu kau memikirkan apa?"

"Entahlah, rasanya ada yang aneh."

"Apanya yang aneh? Apa kau masih tak terbiasa bersama pria tampan sepertiku?"

Dengan cepat aku memukul pelan tangannya yang ada di atas meja, membuatnya terburu-buru mengusap tangannya itu.

"Tampan apanya. Bodoh iya," ledekku.

"Lalu biasanya siapa yang mukanya memerah jika bersamaku? Hm?" goda pria di hadapanku. Mukaku serasa agak memanas.

"Diamlah."

"Hei aku lebih tua 3 tahun darimu,"

"Baiklah, tuan yang lebih tua 3 tahun dariku, tolong diam,"

Colors (VIXX) [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang