~ Bab 2 ~

84 11 0
                                    

"Risma tunggu... lo mau kemana?" Panggil Afra dengan mengejar Risma yang sudah meninggalkannya. Afra pun menyamakan langakah Risma.

"Ke kantin lah laper gua belum makan." Risma tetap berjalan.
"Oh... yuk gua traktir. Itung-itung gua minta maaf karena telat." Risma langsung menoleh ke Afra dan diam sejenak.

"yuk." Lalu menarik tangan Afra.
"Dasar kalo traktiran aja langsung."
"Berisik laper nih."
"Iya iya."

Ketika sampai di kantin Risma langsung memilih tempat duduk.
"Eh mau apa?" Tanya Afra yang ingin memesan.
"Hmm.. bakso 1 mangkok gak pake saus, sambelnya dikit."

"Ok. Bu baksonya 1 mangkok gak pake saus, sambelnya dikit. Saya somai 1 porsi." Afra memesan ke ibu yang berjualan, namanya ibu Siti.
"Siap neng. Silahkan tunggu." Ibu Siti meminta Afra untuk menunggu.
"Iya bu". Afra pun meninggalkan ibu Siti dan menghampiri meja yang sudah di tempati Risma.

Afra menunggu di meja yang sudah tempati Risma. Tepatnya duduk di hadapan Risma.
"Ris ko gua anaknya pelor ya" tanya Afra untuk mengobrok.

"Ah lo mah gebluk. Tiduran juga langsung merem tuh mata."
"Ini bakso dan somainya." Ibu Siti.
"Makasih bu." Katanya berbarengan. Dengn mengambil pesannya.

"Ris.." panggil Afra dengan menusuk somai yang akan di santap.
"Sut..... diam jangan ganggu gua makan." Risma mengaduk baksonya.
"Iya iya." Afra hanya menurutinya.

Beberapa menit kemudian. Mereka sudah mengbabiskan makannya.

"Akhirnya kenyang juga nih perut. Eh makasih Afra." Kata Risma dengan mengambil tisu di hadapannya.
"Iya sama-sama." Kata Afra yang mengelap bibirnya dengan tisu.

Saat itu juga bayak siswa siswi yang berlarian di koridor. Mereka berdua menatap bingung siswa siswi yang berlarian. Risma yang penasaran langsung menghampiri keramaian.
"Eh ada apa tuh rame-rame di sono?"
Risma berjalan meninggalkan Afra.

"Eh Ris ko di tinggal sih." Kata Afra dan mengejar Risma.
"Risma..aduh.." Afra terjatuh dan meringis ke sakitan karena bertabrakan dengan seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Sakit..." rintih Afra dengan memegang kakinya yang sedikit terbentur oleh lantai. Afra melihat laki-laki yang menabraknya.

Laki-laki itu hanya menoleh dan memandangi Afra yang kesakitan setelah itu dia meninggalkan Afra.
"Dasar cowo." Afra bangkit dari jatuhnya dan mengejar Risma.

Di keramaian Afra mencari Risma, dan akhirnya dia menemukan Risma. Dia menepuk pundak Risma.
"Ris ada apa?" Afra bertanya atas keramaian ini

"Pembagian kelas." Risma menoleh
"Kelas? Terus kita kelas berapa? Bareng gak?" Afra melontarkan banyak pertanyaan.

"Berisik, tunggu agak sepi baru liat." Risma yang mendengar merasa kesal.
"Eh Risma sini, agak kosong." Afra menunjukkan luang kosong.

Mereka langsung mencari nama mereka berdua. Mereka memperhatikan satu persatu nama yang tertera. Tak lama Afra menemukan namanya di Mipa 2.

"Gua Mipa 2 Ris. Ko nama lu gak ada di Mipa 2?" Afra bertanya kelas Risma karena dia tidak menemukan nama Risma.
"Ada. Tapi di Mipa 4." Risma pun menemukan namanya.

"Yah... gak sekelas dong." Wajah Afra berubah kecewa
"Iya." Begitu pula Risma. Tapi menurut Risma itu tidak masalah. Karena dari SMP dia berdua tidak pernah satu kelas.

Setelah menemukan namnya, mereka keluar dari kerubunan banyak orang.
"Ris ya elah gak 1 kelas." Afra masih membahas soal kelasnya.

"Udah sih gak papa kali." Risma menjawab dengan santai
"Iya dah gak papa." Afra memajukan bibirnya, karena masih kecewa.

Di mimbar upacara, sudah ada seseorang yang berdiri. Laki-laki yang tadi pagi menghukum mereka. Dia adalah Rafly, si ketua osis. Dia memegang mik yang ada di hadapannya dan mengetuk-ketuk mik tersebut untuk memastikan mik menyala.

"Dengar-dengar tolong perhatiannya. Semuanya sudah pada tau kelasnya masing-masing, jadi mulai besok kalo baris sesuai kalas. Dan sekarang sudah selesai cukup sekian. Kalian boleh pulang. Terimakasih." Kata ka Rafly yang memberikan pengumuman.

Semua yang mendengar sontak gembira dan bersorak.
"Yey... pulang" sorak-sorak gembira.
"Yuk balik" Afra ingin berjalan dan tangan Afra langsung di tahan oleh Risma

"Eh tas lo di sono." Kata Risma dengan menunjuk arah tas yang ada di arah berlawanan dari Afra.
"Oh iya." Afra pun berbalik badan dan mereka pergi meninggal sekolah.

Waktunya pulang, mereka berboncengan dan Risma yang mengendarai. Perjalanan pulang Afra memulai percakapan. Karena Afra sudah merasa jenuh dengan keheningan yang ada.

"Ris gua mau cerita."
"Hmm." Risma menjawab singkat.

"Tadi pas gua mau ngejar lu Ris. Gua tabrakan sama cowo. Sumpah ngeselin banget, dia udah nabrak bukannya minta maaf atau bantuin gua bangun tapi dia malah liatin doang terus pergi." Afra bercerita dengan antusiasnya. Karena dia masih kesal dengan laki-laki itu.

"Lo kali yang nabrak." Risma merasa tidak percaya.
"Yang bener sih sama-sama nabrak. Tapikan dia cowo masa gak minta maaf." Akhirnya Afra menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tapi dia masih kesal dengan laki-laki itu.

"Terus kenapa gak lu yang minta maaf." Risma memberikan saran, tapi Afra tidak menerima saran itu.
"Ris ko lu belain dia." Afra kesal dengan saran Risma. Dia merasa bahaa Risma membela laki-laki itu.

"Afra...bukan gitu. Ya udah emang dasar tuh cowo gede gengsi." Karena Afra sudah ingin marah, akhirnya Risma membela Afra.

"Nah gitu dong belain gue. Awas aja sih tuh cowo gua cari besok di sekolah." Afra merasa dendam dengan laki-laki itu. Tapi dendamnya bukan dendam untuk melakukan kejahatan, hanya pearsaannya yang terlalu kesal.

"Iya. Eh besok lo bawa motor gak?" Risma bertanya
"Belum boleh." Wajah Afra menjadi murung. Setiap Risma bertanya prihal itu Afra merasa sedih karena tidak pernah di perbolehkan oleh papanya.

"Yah.. yaudah gua jemput lagi. Tapi, jangan kesingan. Kalo kesiangan gua tinggal." Risma mengancam Afra, suapaya dia tidak kesiangan lagi.

"Iya iya Risma." Afra turun dari motor Risma
"Ok. Eh Ris makasih tumpangannya." Lanjutnya

Risma tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Tenang aja" dengan mangacungkan jempolnya. Risma pun pergi meninggalkan Afra.

Be Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang