~ Bab 17~

18 1 0
                                    

Beberapa menit kemudian setelah Rayn minum obat, ada sedikit perbincangan di antara mereka. Dan tak lama Rayn merasa ngantuk, dia butuh istirahat. Afra pun menyuruh Rayn untuk tidur dan menunggu Rayn sampai benar-benar terlelap.

Setelah Rayn terlelap dalam tidurnya, Afra menarik sedikit selimutnya dan menutupi bahu Rayn. Setelah itu dia mengeluarkan hoodie coklat milik Rayn yang dipinjamnya dari tas. Dia mencium harum minyak wangi miliknya yang sudah melekat di hoodie coklat kesayangan Rayn. Dia pun menaruhnya dengan rapih di samping tempat tidur Rayn. Dan meninggalkan Rayn lalu pamit pulang.

Esoknya di sekolah...
Afra berjalan di koridor lantai dasar, tak di sadari Rayn ada di belakangnya. Rayn menjaili Afra dengan menoel telinga kiri Afra. Saat Afra menoleh ke kiri, tidak ada satu pun orang di sebelahnya. Lalu ia menoleh ke samping kanan, di dapatinya wajah Rayn yang sudah tersenyum lebar tepat di depan wajahnya.

Afra pun kaget, tak lama ia tersenyum, dan menepuk lengan kiri Rayn.
"Jail benget sih lu."
"Biarin." Rayn pun menjulurkan lidahnya dan Afra hanya memutar bola matanya. Mereka menjalutkan langkahnya.

"Lu udah sembuh?" Tanya Afra
"Belum, masih demam."
"Masasih."
"Pegang aja dahi gua, pasti hangat."
Dengan polosnya Afra langsung menyentuh dahi Rayn dengan punggung telapak tangannya.

"Mana engga hangat."
"Gue boongin mau aja." Rayn menjulurkan lidahnya yang ke dua kali, lalu lari untuk beranjak pergi.
Afra pun kesal dan berteriak
"RAYN..!!" Dan mengejarnya

Di kejauhan ada kakel yang dari tadi memperhatikan tingkah mereka berdua. Dia merasa kesal dan tak suka melihat mereka berdua bercanda. Kakel itu terlihat sangat marah dan menyimpan rasa dendam.

****
"Rayn, nanti kita ngambil nilai piano. Lu masih ingetkan notnya?"
"Entah." Rayn mengankat kedua bahunya.
"Ih...Gara-gara lu gak masuk jadi tinggal kita doang yang belum ambil nilai. Pokoknya lu harus inget." Afra pun pergi.

Di jam istirahat pertama Rayn berlatih piano sendiri di ruang musik. Tak sengaja April yang lewat di depan ruang musik mendengar suara piano yang indah. Hingga membuatnya penasaran dan dia memutuskan untuk melihatnya. Dilihatnya Rayn lah sedang bermain piano itu, dia tersenyum dan mendengarkannya hingga selesai.

Di kelas Afra yang sedang makan berdua dengan Fia, terkejut dengan kedatangan April yang menggebu-gebu.
"April, April.. pril."
"Ada apa sih bikin panik orang aja."
"Eh ada Afra juga, kalian dengerin ya."

"Hmm" jawab singkat April
"Tadi gak sengaja gua lewat depan ruang musik, eh gua denger suara piano. Karena gua penasaran gua liat siapa yang main, dan ternyata itu Rayn." Fia menceritakan semuanya dengan semangat

"Ya ampun Fi, gua kira ada hal penting apa gitu."
"Ih tapi pasti kalian gak pernah berpikir kalo dia bisa main pianokan? Pasti kita menebak anak laki bisa main gitar doang."
"Engga juga si." Jawab ketus April
Fia pun bungkam dengan jawaban April yang seperti itu.

Afra yang melihat mencoa mencairkan suasana.
"Fi, emang menurut luh Rayn main pianonya gimana?"
"Bagus banget Ra, alunan nada yang dimainkannya tuh. Bikin terhanyut dalam lagunya, rasanya kaya mau nari-nari gitu."
"Oh... hebat doang berarti?"
"Iya. Ya udah Ra gua mau makan dulu ya."
"Iya Fi."
Fia pergi meninggalkan Afra dan April.

"Lebay banget si Fia. Emang sebagus itukah?"
"Bisa jadi Pril, kan kita gak tau."
"Iya sih, tapi gua perhatiin. Kayanya dia suka deh sama Rayn. Menurut luh gimana Ra?"
Afra yang mendengar hanya terdiam bungkam.

"Ra." Panggil April untuk Afra yang terdiam dengan tatapan kosong.
"Ha, entah Pril. Udah mending lanjut makan." April hanya menganggukan kepalanya.

****
Jam istirahat ke dua berakhir, kini memasuki jam pelajaran. Tepatnya jam pelajara seni musik. Ibu Nara datang dengan membawa map biru. Dia membuka map itu dan melihat bahwa ada dua orang yang belum mengambil nilai.

Be Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang