~ Bab 12 ~

30 1 0
                                    

"Lo?" Kata afra, dia berdiri dan mengampiri laki-laki itu. Afra memeluk laki-laki itu.

Mereka terlihat begitu bahagia. Apa lagi laki-laki itu, sesekali dia mencium pucuk kepala afra. Sedangkan rayn yang melihat kejadian itu langsung kaget dan bingung.
"Siapa dia? Kenapa dia berani seperti itu?" Batin rayn

"Ini siapa?" Tanya laki-laki itu.
"Ini temen. Oiya, rayn kenalin ini abang gue."

Mereka berjabat tangan.
"Rayn." Rayn mengenalkan diri terlebih dahulu.
"Gue Alvian. Abangnya afra." Alvian tersenyum.

Alvian, benama lengkap Alvian Quantavius Arkana. Dia adalah kakak afra, jarak umur mereka hanya 1 tahun. Mereka berdua melepaskan jabatan.

"Oiya, tadi nyanyinya bagus. Kalo lomba pasti menang." Alvian memberikan komen.
"Ah apa sih bang, itu buat tugas bukan lomba." Kata afra untuk memperjelas.

"Bro, lo jago juga main pianonya." Alvian menepuk pundak rayn
"Biasa aja bang, gak jago." Rayn tersenyum

"Bang, papa ada gak?" Tanya afra
"Ada, tuh di bawah sama mamah." Alvia merangkul afra

"Rayn, gua mau kebawah. Lo disini aja." Afra hendak pergi, tapi di tahan oleh alvian.
"Gua ikut. Bro gua tinggal." Alvian beranjak dengan afra. Rayn hanya tersenyum.

Mereka berjalan menuju papahnya di ruang keluarga. Mamah dan papahnya sedang membicarakan suatu hal. Dengan kedatangan afra dan alvian, mereka di ajak berbicara satu hal itu.
"Mah, pah." Panggil afra.

Mamah dan papah menoleh. Afra menghampiri papahnya, karena dia sudah terlalu kangen sama papahnya.
"Pah akhirnya pulang juga. Afra kengen tau pah." Kata afra dengan memeluk papahnya untuk melepaskan kerinduannya.

Papahnya hanya tersenyum.
"Pah, papah pergi ke Bali?" Tanya afra ke papahnya dan di jawab dengan anggukan.

"Pah, ko malah bawa abang bukan oleh-oleh?" Afra menyindir kedatanga kakaknya.
"Maksud lo? Lo nyindir abang lo? Gue gak boleh ada disini nih?" Ketus alvian. Afra hanya tersenyum nakal.

"Sudah. Karena di Bali ada adiknya papah yang jagain nenek kamu. Nah jadi papah ajak kakak kamu buat jagain kamu sekolah dan mamah kamu." Papah afra menjelaskan maksud kedatangan alvian.

"Ok. Ok." Afra menjawab malas.
"Eh temen loh di tinggal?" Tanya alvian

"Oh iya. Mah pah aku tinggal ya." Afra langsung bergegas ke rayn. Afra melihat rayn yang sedang bermain gitar. "Keren." Batin Afra

"Hmm." Afra berdehem untuk memberi tanda kedatangannya. Rayn pun berhenti memaikan gitarnya dan menoleh.

"Ko main gitar? Mau ganti alat musik?" Tanya Afra.
"Engga, mau main gitar aja. Gak boleh?" Rayn berbalik tanya
"Boleh ko." Jawab afra merasa kalah.

"Latihannya udah kan? Gue mau balik udah sore." Rayn melihat jam tanannya menunjukkan jam 4:30.

"Iya. Tapi di rumah latihan lagi." Jawab Afra malas. Rayn langsung mengambil tasnya dan menaruh gitarnya.

Mereka berjalan keluar rumah. Di tangga akhir afra dan rayn berhenti, karena di ruang tamu ada papah dan mamah afra juga alvian. Mereka sedang berkumpul. Rayn pun gugup saat semua mata menatapnya.

"Afra. Siapa itu." Tanya papah afra. Afra pun mengampiri papahnya. Rayn pun mengikuti afra dari belakang.
"Ini temen afra pah." Afra mengenalkan rayn.

"Rayn om. Teman afra." Rayn mengulurukan tangannya.
"Oh.. ini papahnya afra. Sini duduk dulu." Papah afra menjawab dan menjabat tangan rayn.

Tak lupa mengajak rayn untuk duduk. Afra duduk di sebelah papahnya dan rayn duduk di samping alvian.

"Udah selesai?" Tanya mamah afra.
"Udah." Jawab berbarengan afra dan rayn. Seketika mereka langsung menatap.

"Memang abis ngapain?" Tanya papahnya lagi.
"Kerja kelompok pah. Di ruang musik. Ini temen afra mau pulang pah." Jawab afra.

"Oh.. cepet banget?" Papah afra bertannya
"Dari tadi pah. Tapi papah yang baru dateng." Jawab afra
"Ya sudah, silahkan. Hati-hati nak." Papah afra menepuk pundak  rayn.

"Misi om, tante, bang balik ya." Rayn berdiri dan bersalaman tangan dengan mamah dan papah afra, juga alvian.
"Iya bro, kapan-kapan main lagi bro."
Jawab alvian. Rayn hanya mangacungkan jempol.

Afra mengantar Rayn sampai di depan gerbang rumahnya.
"Gue balik." Pamit rayn sedikit ketus.
Dan afra hanya menganggukan keplanya.

Rayn pun pergi, dan menghilang di hadapan afra.
"Terkadang aku kesal dengan sikap cueknya, dan terkadang aku suka dengan sikapnya yang manis" batin afra dengan tersenyum.

Afra masuk ke dalam rumah, ia mendengar pembicaraan antara papah, mamah dan kakaknya. Mereka sedang membicarakan kepindahan sekolah alvian ke sekolah afra, dan mulai besok alvian mulai masuk sekolah.

Afra mendengar langsung kaget.
"Apa-apaan, pindah sekolah. Dan mulai besok satu sekolah?" Afra merasa tidak terima dengan pindahnya alvian ke sekolah afra. Karena menurut afra, satu sekolah dengan kakaknya itu tidak asik.

Afra langsung masuk, mereka yang sedang berbincang lansung terhenti dengan kedatangan afra.
"Pah, abang pindah ke sekolah aku?" Afra langsung bertanya.
"Iya afra." Papahnya menjawab

"Pah, kenapa harus satu sekolah? Kan masih banyak sekolah lain." Afra mencari jawaban itu papahnya.
"Papah sudah bilang tadi. Buat jagain kamu di sekolah." Jawab papah
"Pah, afra sudah besar." Afra mengelak.

"Udah, intinya besok pagi lo berangkat bareng gue." Alvian menjawab dengan senang hati.
"Naik apa?" Afra bertanya
"Naik motor." Afra tidak menjawab, dia mulai pasrah dan meninggalkan ruang tamu itu. Ia teringat bahwa dia harus bilang risma untuk tidak menjemputnya.

Afra : "risma, besok loh gak usah jemput gua."

Risma : "kenapa?"

Afra : "besok gua ceritainnya."

Risma : "ok."

****
"Ra ayo berangkat." Alvian mengendong tasnya.
"Sabar ke. Papah aja belom." Ketus afra.

Alvian mengajak afra untuk cepat-cepat berangkat. Karena dia tidak sabar untuk sekolah di jakarta. Dan hari ini papah mengantar alvian untuk pertama kali masuk dan mengenalkan ke gurunya.

"Ayo papah sudah siap." Papahnya langsung menuju mobilnya. Afra pun ikut dengan kakaknya naik motor. Mungkin mulai hari ini dan seterusnya mereka berangkat dan pulang bareng.

Sesampainya di sekolah. Afra tidak menyangka, bahwa kedatangan kakaknya di sekolah. Membuat para perempuan selalu tersenyum manis di depan alvian.
"Lo gak usah tebar pesona." Afra berkomentar.
"Siapa yang tebar pesona." Alvian menjawab dengan mengankat sebelah alisnya.

"Tuh pah ruang gurunya." Afra memberitahu papahnya.
"Oh. Ayo masuk." Papah afra mengajak anaknya untuk masuk.
"Aku engga. Ka alvian aja sama papah. Aku mau langsung ke kelas."
Afra pamit duluan. Papahnya hanya tersenyum, begitu pula dengan alvian. Dia tersenyum dan mengacaj rambut afra.

"Rese, liat tuh rambutnya acak-acakan." Afra kesal.
"Sini gua beresin lagi." Kata alvian lembut.
"Gak usah makasih." Afra pun pergi. Ternyata dari tadi mereka di perhatikan oleh perempuan yang sedang duduk di depan ruang guru.
Afra semakin kesal, dia langsung melanjutkan jalannya ke kelas.

Tangan afra di pegang oleh seseorang dari belakang. Spontan afra kaget dan menoleh ke arah belakang.

Makasih yang udah mampir baca. Jangan lupa votenya.
Maaf kalo ada typo. 😊

Be Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang