~ Bab 13 ~

41 3 0
                                    

Ada yang memegang tangan Afra dari belakang. Sontak Afra menoleh ke belakang. Saat di lihat ternyata...
"Ya ampun... Risma, lo pagi-pagi udah bikin gua kaget aja. Gak ada kerjaan lain apa?" Afra sedikit memarahi Risma
"Ya maaf ra." Risma meminta maaf dan menarik nafas dalam-dalam.

"Eh ra, itu cowo siapa?" Risma berbisik ke afra.
"Yang mana?" Afra bingung.
"Yang tadi ngacakin rambut lo." Risma memberi penjelasan. Afra memutarkan bola matanya dengan malas.
"Abang gue, kenapa emangnya?" Kata Afra malas.

"Yah gak papa. Tapi lumayan juga." Risma tersenyum.
"Apanya yang lumayan?" Afra mengangkat sebelah alisnya.
"Lumayan Ganteng." Afra tidak menggubris perkataan Risma. Afra pun langsung melanjutkan jalannya.

"Sejak kapan dia kaya gitu? Liat yang bening lansung di hajar. Jangan-jangan.... keseringan gua kasih tau cogan, jadi nular liat yang cogan-cogan." Pikir Afra dengan menggelengkan kepala.

****
Afra sudah sampai di kelasnya. Ketika Afra mengecek kolong mejanya, Afra mememukan coklat yang sama seperti yang kemarin. Afra hanya mengangkat sebelah alisnya.

Afra membalik coklat tersebut, di belakangnya tertera tulisan yang sama seperti kemarin. Afra pun hanya tersenyum.

"Ra." April memanggil Afra. Afra pun menoleh.
"Lo bawa baju Olah Raga gak?" Tanya April.
"Bawa." Afra menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"Ganti yuk." Ajak April. Merekapun mengganti pakaiannya.

Di lapangan sudah banyak yang berkumpul. Mereka mulai merapihkan barisan dan mendengarkan perintah guru. Hari ini hanya ada pengambilan nilai lari keliling lapangan, perempuan 10 putaran dan laki-laki 20 putaran. Lapangannya cukup luas, semuanya merasa keberatan. Tapi mau gimana lagi, demi nilai.

Semuanya sudah siap untuk berlari, saat di mulai mereka saling mengejar. Karena yang selesai duluan nilainya lebih bagus. Afra berlari hanya sekedarnya tidak terlalu terburu-buru, karena dia cepat lelah. Bisa saja dia hanya berlari tiga putaran.

Di putaran ke lima Afra mulai ke lelahan, dia berlari sangat perlahan. Teman-temannya meninggalkan Afra, karena Afra berlari sangat pelan. Temannya sudah ada yang tujuh putaran bahkan lebih. Afra berlari sendirian, sesekali dia menyelah keningnya yang penuh keringat.

Afra tidak menyadari bahwa dirinya sedang di perhatikan oleh Rayn di belakangnya. Akhirnya Rayn menyamakan dirinya untuk sejajar di samping kanan dengan Afra. Afra yang menyadari langsung menoleh. Saat di lihat bahwa di sampingnya adalah Rayn, Afra hanya memutar bola matanya dan beralih ke depan.

"Ngapain loh?" Afra bertanya dengan jutek.
"Lari." Rayn menjawab dengan singkat tanpa menoleh ke arah Afra. Afra yang mendengar hanya menghelakan nafasnya dan jawabannya memang benar. Tapi bukan itu yang Afra maksud.

"Maksud gua, lo ngapain lari di sebelah gua?" Afra memperjelas pertannyaanya.
"Emang gak boleh? Ini kan lapangan dan jalur larinya di sinikan?" Rayn menjawab dengan santai.

Afra yang mendengarnya merasa kesal, tapi dia menahan diri untuk tidak berdebat dengannya. Karena percuma saja berdebat dengannya Afra akan tetap kalah dengan Rayn.
Mereka hanya saling beradu kebisuan, tak ada yang mengeluarkan kata apapun di antara mereka.

Sebenarnya Afra merasa bosan dengan keheningan itu. Sesekali Afra melirik untuk melihat wajah Rayn yang di basahi oleh keringat. Tapi Rayn tidak menghiraukan keringat yang meluncur di wajahnya.

"Ya ampunn Keringatnya banyak banget. Gua sih sebenernya iba kalo ngelitnya, tapi orangnya ngeselin banget. Coba dia murah senyum pasti banyak yang suka." Pikir Afra dalam hati. Afra masih memperhatikan aliran keringat yang mengalir di wajah Rayn.

Rayn yang menyadari bahwa dirinya sedang di perhatikan dia pun menoleh. Dia mengerutkan keningnya dan menatap Afra bingung. Rayn pun menyentuh kening Afra dengan telunjuknya dan mendorongnya dengan perlahan.

Be Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang