~ Bab 4 ~

54 11 0
                                    

Afra sudah menemukan letak barisan kelasnya, kini dia berada di depan barisan. Dia bingung untuk bertanya pada siapa karena dia belum kenal dengan yang lainnya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Eh ini Mipa 2 kan?" Tanya Afra dengan menoel pundak seorang perempuan yang baris di depan.
"Iya." Perempuan itu menjawab

"Gua baris di depan ya." Kata Afra to the point.
"Iya boleh ko." Perempuan itu mundur satu langkah dan Afra masuk ke barisan.

"5... ok apa semuanya sudah baris." Tanya ketua osis.
"Sudah kak.." jawab serentak.
"Bagus."

"Bagus. Gua cape kali lari-lari." Kata Afra dalam hati. Dia mengeluh dan mengusap keningnya dengan tangannya.
"Ok akan ada pengarahan dan pemberitahuan sebentar." kata ketua  osis dia turun dari mimbar dan di gantikan oleh pembina.

Selama pembina memberikan pengarahan, semua siswa sudah banyak yang mengeluh. Kalian taukan gimana rasanya saat baris  mendengarkan pengarahan dari pembina, dan pengarahan itu panjang kali lebar. Itu melelahkan sekali, dan membosankan.

Sudah banyak siswa yang melakukan gerakan. Seperti menguap, mengucak mata, menunduk, mengganti kaki untuk menambah kekuakatan berdiri.

Kalian tau, apa yang di tunggu semua murid saat upacara. Saat upacara selesai. Dan itu akhirnya terjadi.
"Akhirnya selesai." Kata Afra.
Afra berbalik ke belakang. Dengan memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri hingga mengeluarkan suara.

"Eh nama lo siapa." Tanya Afra ke teman di belakang barisnya dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Fia."katanya dengan berjabat tangan dengan Afra. "Kalo lo?" Tanyanya.
"Oh.. gua Afra Arkana." Dengan tersenyum.
"Oh.. yuk ke kelas." Ajak Fia.

"Kelas kita dimana.?" Tanya Afra bingung.
"Tuh lantai 4" kata Fia dan menunjuk ke atas. Afra mengangkat kepalanya dan melihat ke lantai 4

"4?" Afra kaget.
"Hmm. Yuk" ajak Fia dengan mengandeng tangan Afra. Tapi Afra tetap diam di tempat.

"Tas gua di sono." Afra menujuk tempat tasnya.
"Oh.. ok gua duluan ya." Fia melepaskan gandengan itu dan pergi meninggalkan Afra duluan.
"Ok." Afra pun pergi juga.

Afra mencari tasnya di tumpukkan beberapa tas. Tapi tak kunjung di temukan, dia bingung sendiri. Dia pun beralih ke samping tumpukan sebelah. Hasilnya dia tetap tidak menemukannya. Dia melihat lagi ke tumpukkan awal, karena dia yakin bahwa tasnya di taruh di situ. Tapi masih belum di temukan.
"Mana sih tas gua.." katanya dengan kesal.

Risma menghampiri Afra, tapi Afra tidak menyadarinya dari tadi. Karena dia terlalu sibuk dengan urusannya mencari tas.
"Nih." Kata Risma dengan menunjukkan tas Afra. Afra menoleh dan dia melihat tasnya yang ada di genggaman Risma.

"Lo yang ngambil?"
"Deh, udah mending gua ambilin dari pada di injek sama orang." Risma kesal karena merasa di tuduh.

"Hehehe. Makasih ya Risma." Afra mengambil tasnya dan menggendong tas itu.
"Iya sama-sama. Yuk ke atas." Jawab Risma malas. Risma mengajak Afra dengan mengenggam tangan Afra

"Duh gila cape banget gua. Ke lantai 4." Keluh Afra
"Lebay loh." Kata Risma yang melepaskan genggamannya dan meninggalkan Afra.
"Tuhkan kebiasaan di tinggal. Risma tunggu." Afra mengejar Risma.

****

Afra merasa lelah dengan kelasnya yang ada di lantai 4. Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari papan nama kelasnya. Akhirnya Afra menemukan dan masuk ke dalam kelas.
"Permisi." Kata Afra dengan mengedarkan mata untuk mencari bangku yang kosong. Semua pasang mata yang ada di kelas langsung tertuju padanya, semua mengira bahwa kakak kelas atau guru yang datang ternyata bukan. Mereka melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

Be Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang