SEHEBAT APA TULISANMU?

220 32 5
                                    

SEHEBAT APA TULISANMU?

Sepakat ga sih kalau tulisan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi?

Apalagi penyuka karya fiksi. Pikiran bisa berimajinasi seluas dan sebebasnya, sesuai dengan cerita yang dihantarkan oleh karya itu.

Menurut Bang Sayf M Isa, penulis pentalogi Ghazi, menulis adalah sebuah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Jika amal seseorang terputus setelah kematian, maka dengan menulis kita bisa memanjangkan catatan amal kita, selama kita menuliskan kebaikan.

Nah, catet, JIKA KITA MENULIS KEBAIKAN.

Lantas bagaimana jika yang kita tulis adalah hal-hal yang mengarah pada kemesuman atau mengarah pada hubungan seksual?

Ahh, kalau saya aman. Saya kan penulis genre reliji.

Yakin ga ada adegan nyerempet-nyerempet?

Ya, iyalah yakin. Tulisan saya itu menginspirasi buat yang mau hijrah. Lagian sekalipun ada adegan nyerempet-nyerempet saya balut pakai bahasa kiasan yang indah, kok, kan sudah jadi couple halal juga, ga masalah dong.

Ukhtii sholihah, ada perbedaan antara masyarakat Islam dengan masyarakat Barat. Betapa pengaruh pandangan hubungan laki-laki dan wanita akan mempengaruhi life style suatu masyarakat.

Dalam kitab An-Nidzomul ijtima' karya ustadz Taqiyuddin Annabahani, dikupas tuntas bagaimana pergaulan dalam islam itu seharusnya. Salah satunya dijelaskan jika pandangan mengenai hubungan pria-wanita akan mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya.

Pada masyarakat Barat, hubungan pria-wanita didominasi oleh pandangan yang bersifat seksual semata (sebatas hubungan biologis antara lelaki dan perempuan). Maka adanya tontonan dan bacaan-bacaan yang mengundang birahi adalah suatu keharusan. Terbukti dari lagu, film holywood, sampai novel-novel sangat membangkitkan naluri seks.

Sedangkan pada masyarakat Islam. Hubungan pria-wanita dipandang sebagai hubungan suci untuk meneruskan keturunan dalam bingkai pernikahan. Segala hal yang bisa membangkitkan naluri seks akan dijauhkan dari masyarakat, termasuk tontonan dan bacaan.

Jadi jika tulisan kita belum sesuai dengan tata pergaulan terlebih dari sisi pemahaman nasab, pemahaman kholwat, pacaran, tabarruj. Yukk kita perbaiki lagi tulisannya.

Kalau kita masih menganggap sepupu adalah mahrom. Yang bukan mahrom boleh boncengan, foto bareng, ngobrol berduaan, cipika-cipiki. Nah ini berarti kita belum paham tata pergaulan dalam Islam.

Emang sepupu bukan mahrom kita?
Foto bareng, boncengan ga boleh?
Trus kholwat, tabarruj apaan?

Uhm ... kalau begitu yuk ngaji, biar paham. Islami itu tidak sebatas tokoh-tokohnya mesantren, rajin sholat, kalau ketemu bilang Assalamu'alaikum, dll. Islami itu jika dalam cerita digambarkan seperti apa keterikatan pada seluruh aturan Allah itu, tanpa tapi tanpa nanti.

Dialog dan adegan nyerempet-nyerempet ke aktivitas seksual a.k.a mesum, dibalut bahasa seindah apapun, sekalipun diceritakan sebagai suami istri itu bisa membangkitkan naluri seks/jinsi, tetap haram digambarkan dalam bacaan.

Pasangan halal bukan dalih, karena mengumbar kemesraan dilarang dalam Islam. Jika kemesraan intim diumbar, apa bedanya dengan masyarakat barat yang mengagungkan aktivitas seksual?

Menulis bisa memanjangkan catatan amal, lalu apa yang sudah kita tulis? Apa yang kita panjangkan? Jangan sampai kita menginspirasi keburukan lalu membuahkan dosa jariyah.

Na'udzu billahi min dzalik
Wallahu a'lam bish-showab.

Ashaima Va

#PenulisBelaIslam

INI COPASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang