Kenar terus berlari di tengah hutan yang begitu gelap, ia tidak yakin kemana kakinya berlari, ia tidak tahu apakah arah yang di tujunya membawanya keluar dari hutan terkutuk itu atau malah membawanya masuk jauh ke dalam hutan.
Yang Kenar tahu bahwa di belakang sana, ada sesuatu atau seseorang tengah mengejarnya. Ia merasa seperti hewan buruan yang akan di tangkap para pemburu ayam hutan atau bahkan babi hutan.
Kenar semakin ketakutan ketika auman serigala terdengar memecah malam, di tambah suara-suara penghuni hutan lainnya yang membuat jantung Kenar berdetak semakin kencang, ia ingin meminta tolong namun mulutnya seakan terkunci, hanya deru napasnya yang terdengar di antara pekikan hewan malam.
"Aaarrrgghh."
Kenar memekik ketika kakinya yang tanpa alas sama sekali menginjak ranting-ranting pohon kering yang tajam membuat kakinya berdarah. Kenar terus berlari, mengabaikan rasa sakit di kakinya. Di kejauhan sana, Kenar melihat sebuah cahaya lampu, sebuah harapan terbit di saat ia putus dan terlalu lelah untuk berlari. Kenar mempercepat larinya berusaha mencapai rumah yang kini bisa terlihat jelas olehnya.
Tok tok tok.
Kenar mengetuk pintu rumah itu dengan sangat kencang, tidak peduli si empunya rumah akan marah padanya.
Tok tok tok.
Kenar ingin berteriak mengatakan "buka pintunya." namun lagi-lagi mulut Kenar seakan terkunci rapat. Mata Kenar menoleh ke belakang dengan tangan yang terus mengetuk pintu .
Klek.
Kenar yang masih menoleh ke belakang tersenyum lega ketika suara pintu di belakangnya terbuka. Ia berhenti mengetuk pintu dan berbalik. Kenar terdiam, mulutnya menganga dan matanya melotot ketika melihat seorang pria dengan tatapan dingin berdiri di ambang pintu. Tatapan yang seakan menarik nyawa Kenar keluar dari tubuhnya. Kenar terpaku pada mata pria itu, mata yang berwarna merah semerah darah.
"Aaaaaarrgghhh."
Kenar terbangun dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Kenar kesulitan untuk mengatur napasnya yang memburu dengan cepat. Untuk waktu yang cukup lama Kenar masih duduk dengan nyalang di atas ranjangnya. Kedua tangannya memegang dadanya yang mulai berdetak dengan teratur.
Kenar turun dari ranjang, namun ketika kakinya menapaki lantai ia berjengit merasakan nyeri di telapak kakinya. Kenar yang belum turun sepenuhnya dari ranjang duduk dan menaikkan telapak kakinya.
Dahinya mengerut melihat sebuah luka yang cukup dalam dan ada bekas darah mengering di sana, sedetik kemudian Kenar menarik tubuhnya ke atas ranjang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Jantungnya yang sudah berdetak normal kembali berdentum dengan sangat keras.
***
Seminggu sudah Kenar mengalami mimpi yang sama. Ia selalu minum kopi di kantin kampusnya, karena setelah bermimpi buruk ia tidak akan bisa tidur lagi.
"Sejak kapan lo doyan ngopi?" tanya Ayu menatap Kenar tengah menyesap kopinya di kantin.
"Belakangan ini." jawab Kenar dengan lemah.
"Lo lagi banyak tugas?" tanya Ayu. Meski mereka berada di satu jurusan yang sama yaitu ekonomi, Ayu dan Kenar berada di kelas yang berbeda.
Kenar menggeleng pelan. "Gue kurang tidur belakangan, gak tau kenapa gie sering mimpi buruk."
"Mimpi buruk gimana?" tanya Ayu penasaran.
"Sudahlah, tidak perlu di bahas." ucap Kenar malas dan kembali menyesap kopinya.
"Nanti malam festival musik sebelum liburan panjang. Lo harus datang." ucap Ayu.
"Adam dan Cantika juga nonton kok. Nanti gue sama mereka." ucap Kenar.
"Oya, liburan panjang ini lo mau mudik?" tanya Ayu.
"Gak. Di kos aja." jawab Kenar. Liburan kali ini ia tidak mau mudik seperti liburannya yang lalu. Boy masih saja mencari dan mengganggu hidupnya.
"Gimana kalo lo ikut ke rumah gue? Kalo lo mau sih." ucap Ayu.
Kenar terdiam sebentar, daripada ia liburan di kos sendiri sedang yang lain mudik, Kenar lebih baik ikut Ayu ke desanya. "Baiklah, kalo gue gak ngerepotin lo." ucap Kenar.
"Ya enggaklah." ucap Ayu senang.
Malam harinya Kenar bersama Adam dan Cantika mendatangi acara festival musik. Mereka menuju stand minuman dan makanan kemudian mencari tempat yang bagus untuk menonton.
"Gue suka vokalisnya, wajah ama suara cakep banget." ucap Cantika.
"Gue juga cakep. Gue cuma gak suka nyanyi doang." ucap Adam tidak mau kalah.
Malam semakin beranjak naik. Berbagai aksi dari lagu, tari dan juga teater di tampilkan. Kenar hanya bisa menggigit bibir ketika melihat pentas tari tersaji di depannya.
Di tengah hiruk pikuk festival berlangsung, samar-samar Kenar menangkap sebuah suara memanggilnya dari kejauhan. Kenar merasa bahwa dirinyalah yang di panggil, tapi bukan dengan namanya. Suara itu memanggilnya dengan nama lain. Nama yang ia tahu sangat indah meski ia tidak bisa mendengar panggilan itu dengan jelas.
Kenar melangkah ke arah suara yang memanggilnya. Tatapannya lurus ke depan. Ia bahkan tidak meminta maaf ketika ia menabrak penonton lainnya saat ia menerobos kerumunan itu.
Langkah Kenar pelan namun pasti meninggalkan area festival menuju sebuah pohon besar yang ada di sisi fakultasnya.
"Kenar, Kenaaaar...mau kemana lo?"
Kenar bisa mendengar suara lain yang memanggilnya dengan suara yang cukup lantang di belakangnya namun ia tidak bisa berhenti melangkah.
"Lo mau kemana?"
Kenar terdiam ketika Adam berdiri tepat di depannya dan memegang kedua bahunya. Kenar nampak linglung.
"Gu...gue." Kenar tidak tahu apa yang di lakukannya.
"Ayo, balik sama gue. Gue kira lo mau ke toilet tadi." oceh Adam.
Kenar yang masih bingung hanya diam. Ia menoleh ke belakang, di sana...dibalik pohon besar itu, sepasang mata merah semerah darah tengah menatapnya tajam.
***
Hai hai....
Maafkan typo yah and menurut kalian gimana chap 2 ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)
Horror#3 03062018 #4 25052018 #8 08032018 #9 08032018 Setelah menginjak usia 20 tahun, Kenar selalui di hantui mimpi buruk setiap kali ia memejamkan mata. Bayangan seorang laki-laki yang selalu mengikuti dan mengejarnya membuat hari-harinya semaki...