Bab // 23

6.9K 680 106
                                    

Seruni membeku di tempatnya. Dia sama sekali tidak tahu jika Kenar akan menanyakan tentang mbah Rahmi secepat ini. Seruni bahkan berpikir, Kenar mungkin tidak akan pernah menanyakannya.

"Bu lek tahu, siapa mbah Rahmi?" tanya Kenar seolah ingin menyadarkan Seruni dari kebekuannya. Kenar menyadari perubahan yang terjadi pada Seruni begitu ia menanyakan hal ini.

"Bu.lek.ndhak tahu." jawab Seruni gugup dan singkat.

"Tapi, waktu itu, waktu aku memberitahu bu lek aku bersama mbah Rahmi, bu lek...terlihat terkejut." ucap Kenar.

"Hmm," Seruni berdehem. Mengontrol emosinya kembali. Ia sengaja memindahkan susunan piring di atas meja makan ke rak piring.

"Bu lek terkejut bukan karena tahu siapa mbah Rahmi yang kamu maksud. Bu lek terkejut karena, di rumah ini ndhak ada yang namanya mbah Rahmi." jelas Seruni membuat Kenar terkejut.

"Kalau tidak ada yang namanya mbah Rahmi, lalu yang aku lihat malam itu siapa bu lek?" tanya Kenar. Tubuh Kenar merinding. Pun dengan Seruni, tenggorokannya tercekat, bahkan kalau Kenar menyadari tangan Seruni sudah bergetar.

"Kamu salah lihat." ucap Seruni.

"Tidak hanya melihat, mbah Rahmi membuatkan kami teh. Dia bahkan berkata....." ucapan Kenar terhenti begitu tangan kanan Seruni mengayun ke atas, tanda bahwa Kenar harus diam.

"Jangan bahas ini lagi." Seruni meninggalkan Kenar dalam kebingungannya.

"Dia berkata....Kudune kowe ora bali neng kene. Opo sing wis kependem arep tangi. Opo sing wis kesegel arep kebukak. Sukmo sing wis digadekne arep njaluk tebusane.

Trisno Pati arep nuntut bukti ning salah sijining wengi karo loro Purnama. Saiki gerhana bulan abang lan gerhana bulan biru njedul neng dhuwur deso Kelawangin.

Nengdi kabeh nyowo lan awakmu keraket, nganti pati misahke."

(Seharusnya kau tidak kembali ke sini. Apa yang sudah terkubur akan bangkit. Apa yang sudah tersegel akan terbuka. Jiwa yang tergadaikan akan meminta penebusannya.

Cinta mati akan menuntut pembuktian di satu malam dengan dua purnama. Saat gerhana bulan merah dan gerhana bulan biru muncul di atas desa kelawangin.

Dimana seluruh jiwa ragamu terikat,sampai maut memisahkan)

Kenar bergidik ngeri. Bagaimana bisa ia mengingat setiap kata yang di ucapkan mbah Rahmi padanya. Kenar tidak bisa dan tidak mengerti bahasa jawa. Lalu apa artinya kata-kata itu?

Ayu...atau Dierja?

Apa ia harus bertanya pada salah satu dari mereka?

Apa mereka tidak akan menertawakannya?

Ketakutan melanda hati Kenar. Sesuatu yang tidak benar sedang terjadi. Kenar yakin itu, tapi apa?

Kenar menautkan kedua jemarinya, tanda bahwa ia sedang dalam keadaan panik. Kenar melangkah keluar, ia mendekati kamar kosong yang membuatnya sangat penasaran. Kamar yang di dalamnya sering terdengar nyanyian-nyanyian yang selalu menghantui Kenar.

Lama Kenar berdiri di depan kamar itu, jantungnya berdetak cepat. Keringat dingin mengalir di wajahnya. Menghembuskan napasnya pelan, Kenar mengulurkan tangan, meraih handle pintu besi yang terasa sangat dingin di tangannya.

NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang