"Ini minumnya."
"Aah," Kenar setengah berteriak begitu Dierja menawarkan minuman padanya. Kenar memandang Dierja dengan tatapan kosong, ia kembali menoleh ke tengah aula.
Kosong.
Tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada apa-apa di sana.
Kenar kembali terkejut ketika Dierja memegang pundaknya.
"Kamu kenapa?" tanya Dierja panik. Wajah pias Kenar menjelaskan sesuatu telah terjadi.
Kenar kembali mengarahkan pandangannya ke tengah aula.
Kosong.
Kemana mereka?
Siapa mereka?
Kenapa wajah gadis itu mirip dengannya?
Lalu siapa pemuda yang bersamanya?
Begitu banyak pertanyaan dalam benak Kenar. Napasnya tersengal, tubuhnya terasa lemas.
"Kamu ndhak apa-apa? apa yang terjadi?" tanya Dierja panik.
"Gue...mau pulang...gue mau pulang." ucap Kenar takut. Ia bahkan tidak menggunakan bahasa aku lagi pada Dierja.
"Iya, minum dulu setelah itu kita..."
"Gue mau pulang, pokoknya gue mau pulang. Sekarang." teriak Kenar. Ketakutan itu nampak nyata di wajahnya. Kenar bangun dari duduknya kemudian berlari ke luar aula.
"Kenar tunggu aku." panggil Dierja sembari mengejar Kenar.
Kenar terus saja berlari ke luar aula. Ia ingat jalan menuju rumah Ayu, tanpa ragu ia terus berlari. Senja hampir berlalu namun masih ada sedikit cahaya matahari yang menjadi penerang jalannya.
"Kenar tunggu,"
"Aaaahhhh," pekik Kenar. Dierja menghentikan Kenar dengan menarik pergelangan tangan Kenar.
"Tunggu," kata Dierja dengan suara tinggi. Kenar menatap Dierja pias.
"Kalau kamu mau pulang, aku bisa antar, ini hampir gelap kalau kamu tersesat bagaimana?" kata Dierja.
Kenar masih terlihat bingung dan takut.
"Tarik napas pelan-pelan." ucap Dierja.
Kenar menarik napasnya pelan. Setelah mengulang beberapa kali ia merasa lebih tenang tapi pikirannya tentang apa yang di lihatnya tadi masih membuatnya takut dan...merinding.
"Aku antar pulang, ya?" ucap Dierja pelan namun tegas. Kenar mengangguk, ia kembali berjalan tanpa mengatakan apa-apa. Mereka berjalan beriringan dalam diam. Bahkan sesampainya di rumah Ayu, Kenar langsung masuk ke dalam rumah.
Dierja menghembuskan napas beratnya
"Nak Dierja?" Dierja menoleh begitu mendengar suara Seruni memanggilnya.
"Bu lek," ucap Dierja. Ia menyalami Seruni.
"Ada keperluan apa nak?" tanya Seruni.
"Ini bu lek, aku sudah mengantar Kenar." ucap Dierja.
"Oh begitu. Duduk dulu, bu lek buatkan kopi." ucap Seruni menawarkan Dierja kopi.
"Lain kali saja bu lek, sudah malam. Oh ya, pak lek ada?" tanya Dierja.
"Pak lek mu belum pulang. Tadi katanya pergi ke kota bareng mas Kusumo." ucap Seruni.
"Baiklah bu lek. Dierja pamit saja dulu. Besok Dierja main kemari, ada yang mau di bicarakan sama pak lek." ucap Dierja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)
Terror#3 03062018 #4 25052018 #8 08032018 #9 08032018 Setelah menginjak usia 20 tahun, Kenar selalui di hantui mimpi buruk setiap kali ia memejamkan mata. Bayangan seorang laki-laki yang selalu mengikuti dan mengejarnya membuat hari-harinya semaki...