Seruni terlihat tergopoh-gopoh menghampiri suaminya yang baru saja tiba di teras rumah.
"Ada apa bu?" Prastomo keheranan melihat istrinya yang nampak sangat panik.
"Pak, ini aneh pak. Sangat aneh." ucap Seruni berulang kali.
"Apanya yang aneh tho bu." ucap Prastomo duduk di kursi panjang di teras.
"Kenar. Temennya Ayu pak."
"Kenar kenapa bu?"
"Kenar, ini aneh pak sangat aneh." Lagi Seruni mengulang kata-kata yang sama.
"Tarik napas dulu bu." Seruni berusaha menarik napasnya perlahan hingga ia bisa merasakan kepanikannya sedikit berkurang.
"Sekarang ibu ceritakan yang bener."
"Tadi Kenar melihat nenek-nenek masuk ke rumah belakang pak."
Prastomo mengerutkan dahi, "Di belakang sudah ndhak ada rumah ataupun gubuk bu."
Seruni mengangguk mengiyakan ucapan suaminya. "Kenar menunjuk ke arah bekas rumah tua itu pak."
Wajah Prastomo menegang seketika. Seruni semakin menganggukkan kepala.
"Kenar bahkan mengatakan...."
"Mengatakan apa tho bu, jangan bikin saya tambah penasaran." ucap Prastomo tidak sabar mendengar ucapan istrinya.
"Kenar mengatakan...semalam dia bertemu dengan nenek itu."
Prastomo menjatuhkan topinya ke lantai. Ia bahkan tidak sadar kalau sekarang dia sudah berdiri tegak. Pandangannya beralih jauh ke arah hutan blangian. Hutan yang di percaya warga desa sebagai hutan terkutuk.
"Tidak mungkin," gumamnya.
***
"Bagaimana?" tanya Dierja sesampainya mereka di tempat yang di janjikan Dierja kemarin.
"Bagus. Aku ndhak tahu kalau ada tempat seperti ini di desaku." ucap Ayu.
"Ini di buat belum lama ini Yu. Kamu kan sekolah di kota, jarang pulang lagi jadi ya wajar tho kamu ndhak tahu." ucap Dierja.
"Ini bagus banget. Bisa tolong ambilkan gambarku?" tanya Kenar pada Dierja.
"Tentu saja." Dierja meraih ponsel dan Kenar." Ayu langsung saja mengambil alih ponsel Kenar di tangan Dierja.
"Eh...tapi," Dierja dan Kenar nampak sama-sama canggung.
"Sudah cepetan. View_nya lagi bagus sekali ini." ucap Ayu tak sabar.
Dierja akhirnya berdiri di samping Kenar, mereka saling menatap dengan tatapan canggung namun ada ketertarikan yang sama yang mereka rasakan. Kenar mengalihkan pandangannya sedang Dierja masih melihat ke arah Kenar.
"Sudah." ucap Ayu senang.
"Eh," Kenar dan Dierja sama-sama tersadar. Mereka bahkan belum menatap kamera sama sekali.
"Kok sudah?" tanya Kenar.
"Emang sudah, kalian pasti suka." ucap Ayu.
"Boleh aku melihatnya?" tanya Dierja.
"Ini," Ayu memperlihatkan hasil jepretannya pada Dierja diikuti oleh Kenar di sampingnya.
"Bagus ya. Aku ndhak tahu bisa seganteng ini di foto, apa karena aku di samping gadis cantik ya." ucap Dierja menoleh ke arah Kenar yang sudah memerah oleh gombalan Dierja.
Ayu tertawa. "Kalian lucu sekali." ucap Ayu.
"Apa sih?" ucap Kenar malu kemudian mengambil ponselnya dari tangan Dierja.
"Apa aku boleh memiliki gambar itu?" tanya Dierja menyusul langkah Kenar.
"Buat apa?" tanya Kenar.
"Buat kenangan-kenangan. Aku tumben lho bisa ganteng seperti itu." Kenar tertaw mendengar ucapan Dierja.
"Iya nanti aku kasi." ucap Kenar.
"Nomernya berapa?"
Kenar menghentikan langkahnya. Menatap Dierja yang sudah siap menekan angka-angka yang akan di sebutkan Kenar.
Ayu menggelengkan kepala, ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan dua orangbyang sepertinya sama-sama tertarik dan bertingkah seperti abg.
"Nomernya?" Kenar menghembuskan napas pelan, ia mulai menyebutkan nomernya. Setelah itu setengah berlari ia menyusul Ayu yang sudah jauh darinya.
"Akhirnya," ucap Dierja senang. Ia menautkan kedua tangannya di balik punggung kemudian bersiul ringan. Ia melangkah pelan sembari memperhatikan kedua gadis yang sepertinya tengah mendebatkan sesuatu.
***
Okey....
Thanks udah voment guys
Luph u phul 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)
Terror#3 03062018 #4 25052018 #8 08032018 #9 08032018 Setelah menginjak usia 20 tahun, Kenar selalui di hantui mimpi buruk setiap kali ia memejamkan mata. Bayangan seorang laki-laki yang selalu mengikuti dan mengejarnya membuat hari-harinya semaki...