Bab // 11

7.3K 698 42
                                    

Kenar tengah berbaring di ranjang sembari memainkan ponselnya. Ia sedang chating dengan Cantika dan Adam.

"Sorry ya, tadi gue ninggalin lo lama." ucap Ayu begitu masuk ke dalam kamar.

"Gak pa-pa. Pak lekmu gimana?" tanya Kenar.

"Alhamdulillah, pak lek sehat-sehat saja. Tadi beliau memberi nasihat seperti biasa. Kemana aja hari ini?" tanya Ayu, ia sudah berbaring di samping Kenar.

"Mas Dierja ngajak gue ke aula."

"Ngapain?"

"Liat anak-anak latihan menari dan bermain saron." jelas Kenar.

"Mas Dierja pandai bermain saron lo." ucap Ayu. Kenar mengangguk pelan, ia masih fokus pada ponselnya.

"Udah gue liat." ucap Kenar.

"Bagus kan?"

"Lumayanlah." ucap Kenar.

"Lo pasti tambah terpesona kan?" goda Ayu.

"Enggaklah," elak Kenar.

"Iya,"

"Enggak."

Ayu semakin mendekatkan diri pada Kenar.

"Apa?" tanya Kenar sinis melihat Ayu yang tengah menatapnya dengan seringai mencurigakan.

"Mas Dierja ketoke trisno karo kowe."

Kenar mengerutkan dahi. " ngomong apa sih?"

Ayu tertawa. "Mas Dierja kayaknya jatuh cinta sama lo." ucap Ayu.

Wajah Kenar memerah, ekspresi wajahnya terlihat gugup. "Gak lucu." ucapnya mengalihkan pandangan pada ponsel di tangannya.

"Ciyeee malu nih ceritanya?" goda Ayu lagi.

"Ayu, stop." ucap Kenar membuat tawa Ayu semakin meledak.

Kenar dan Ayu terlelap setelah capek mengobrol dan tertawa bersama. Kenar yang sebelum tertidur di liputi oleh rasa bahagia sangat berbanding terbalik dengan mimpinya.

Di dalam mimpinya, Kenar tengah berdiri di tepi sebuah danau. Airnya terlihat tenang dan jernih di tengah gelapnya hutan. Pancaran sinar rembulan memberi sedikit penerangan.

Dengan langkah pelan Kenar mendekati tepi danau. Kekaguman dan ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Sesekali ia menelah ludah serta meremas ujung bajunya. Matanya seakan di paku untuk terus menatap danau itu.

Air danau yang semula tenang terlihat beriak kecil kemudian berubah menjadi besar dan lebih besar lagi. Air danau menjulang tinggi membentuk tubuh seorang pria tinggi besar dengan mata merah.

Kenar tergugu di tempatnya. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya namun matanya terpaku pada mata merah yang menatapnya penuh kemarahan. Seringai mengerikan serta taring-taring tajam dan air liur yang menetes dari makhluk itu membuat Kenar sesak napas.

Kaki Kenar berusaha untuk mundur dan berlari tapi ia sama sekali tidak merasakan pergerakan pada tubuhnya.

Ssssssssshhhhhhhhhhhhh...

Gumaman mengerikan terdengar dari makhluk itu. Suara-suara burung serta binatang liarbdi hutan terdengar bersahutan membuat Kenar tersadar dan berlari menjauhi danau.

Napas terengah-engah Kenar terdengar di kegelapan malam. Ia terus berlari meski tidak tahu harus kemana, yang ia rasakan hanyalah sosok mengerikan di belakangnya semakin dekat.

Hah.

Hah.

Hah.

"Kenar, banguuunnn."

"Aaaaaaahhhhhhhh." Kenar terduduk. Dadanya naik turun, matanya nyalang ke depan. Keringat dingin membasahi wajahnya.

"Kenar, lo kenapa?" Ayu mengguncang-guncang tubuh Kenar. Tatapan kosong Kenar membuat Ayu semakin takut.

"Kenar, liat gue, please..." Ayu membalikkan tubuh Kenar hingga mereka berhadapan. Ayu ketakutan melihat keadaan Kenar yang kesulitan bernapas.

"Tarik napas lo pelan-pelan." ujar Ayu dengan suara lebih tinggi.

Napas Kenar berangsur stabil. Ia melihat Ayu dengan wajah ketakutan. Kemudian Kenar memeluk Ayu sangat erat.

"Gue takut Yu..." ucap Kenar dengan suara yang tidak bisa Ayu bayangkan ketakutan yang dialami Kenar.

"Semua baik-baik aja Ken. Lo baik-baik aja. Ada gue." Ayu mengelus punggung Kenar yang basah.

"Itu mimpi buruk."

"Gue udah sering mimpi yang sama. Dia...." Kenar tidak bisa menyelesaikan kata-katanya.

"Sudah. Sudah. Jangan takut lagi. Itu hanya mimpi buruk. Percaya sama gue." Kenar semakin mengerat pelukannya namun tidak menghentikan tangisnya.

***

Segini aja dulu lagi crowded 😂😂😂







NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAMEDIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang