Prince Moonlight

1.8K 192 24
                                    

HunKai




Happy Reading^^





















Enjoy for flashback 😊






Kau tahu, kematian bukan akhir dari segalanya ?.





Detik-detik peperangan yang menegang, kini berakhir sudah. Bau anyir menguar mencemari udara. Beberapa prajurit tergeletak sudah tak bernyawa.

Sang Panglima memerintahkan pasukannya untuk mengurus mayat-mayat itu. Setidaknya mereka harus dikubur secara layak.

" bagaimana, kau bisa menemukannya ?". Tanya sang Panglima saat salah satu kaki tangannya menghadap.

" hamba tidak berhasil membawanya. Ia hanyut di sungai. Kemungkinan besar dia sudah mati karena arus sungai yang terlalu deras ". Lapornya.

" hmm.. Kau boleh pergi. Bergabunglah dengan yang lain. Jika sudah selesai kita langsung kembali ke istana ". Suruh sang Panglima.

Sang Panglima menatap percikan darah yang masih tersisa disamurainya. Darah seorang yang akhirnya terbunuh ditangannya.

" jika kau tidak keras kepala, pasti kau masih hidup. Dasar anak muda ". Gumam sang Panglima prihatin.




Tap

Tap

Tap

" permisi, Nyonya. Bisa saya bertemu dengan Pangeran Jongin ?". Ijin salah seorang dayang kepada bibi Song, selaku kepala dayang di Paviliun sang Pangeran.

" ada perlu apa ?"

" ada titipan surat untuk Yang Mulia Pangeran "

" berikan padaku. Biar aku yang menyampaikannya ". Sang dayang menyerahkan surat tersebut.

" kau bisa pergi ". Sang dayang membungkuk hormat sebelum pergi.

Setelahnya bibi Song segera menghadap sang Pangeran. " Yang Mulia, bolehkan hamba masuk !?".

" masuk saja bibi Song ". Sahut sang Pangeran dengan suara lembutnya. Setelah mendapat ijin bibi Song segera memasuki paviliun sang Pangeran.

" duduklah ". Suruh sang Pangeran. " ada perlu apa ?". Tanya sang Pangeran. " hamba hanya ingin menyampaikan surat ini pada Yang Mulia ". Bibi Song meletakkan suratnya dimeja. " surat ?, dari siapa ?". Tanya sang Pangeran penasaran.

" hamba mendapatkannya dari dayang pemula bagian farmasi ". Jawab bibi Song. " ahh apa mungkin surat dari tabib Park ?". Sang Pangeran mengira-ngira. " mohon ampun Yang Mulia, hamba tidak tahu ". Ucapnya.

" ah tak apa, bibi Song. Terimakasih sudah menyampaikannya padaku. Jika tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan, kau boleh melanjutkan tugasmu kembali ". Ucap sang Pangeran dengan senyum manisnya. Walaupun terlihat raut lelah diwajahnya.

" baik, Yang Mulia. Hamba permisi ". Bibi Song memberi hormat sebelum keluar dari Paviliun sang Pangeran. Sedangkan sang Pangeran meraih surat yang tergeletak dimejanya.

Ia mulai membukanya. Ia mencari nama siapa pengirimnya.

" Sehun ?". Gumamnya. Hatinya menghangat, ternyata yang mengirimi surat adalah sang pujaan hati. Ia mengelus perutnya, memberitahu babynya jika ia merasa senang.

" baby, ayahmu mengirimi ibunda surat ". Pekiknya girang. Dan ia mulai membacanya.

Senyum yang sebelumnya mengembang kini menghilang digantikan oleh awan mendung yang siap menurunkan hujan. Jongin meremas dadanya yang terasa berat. Seperti terhantam sesuatu yang berat.

Prince Moonlight (HunKai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang