LAPAN

275 7 1
                                    



Usapan halus di kepalanya membuat Rea membuka mata indahnya. Sejenak ia diam berusaha memfokuskan apa yang ia lihat dihadapannya saat ini. Lelaki tampan dengan senyum menawan berada dihadapannya membuat tubuh Rea membatu seketika.

"Hai? Bangunlah. Sudah pagi."

Rea mengerjakan mata bingung. Ini seperti nyata tapi ia tak percaya apa yang ia lihat.
Tangan mungilnya terangkat berusaha menyentuh wajah si lelaki tapi semakin tangannya mendekat semakin jauh wajah tersebut. Pandangan Rea mengabur ketika wajah silelaki tiba-tiba mendekat dan mengecup keningnya singkat sebelum pandangan Rea menggelap.


'Anjir mimpi nyata banget sii! Sebel gue.' gumam Rea saat berada dikamar mandi. Saat ini ia sedang membasuh wajahnya. Bersiap untuk jogging dan mengingat mimpi singkat tapi memiliki arti tersendiri bagi Rea.

Karena malas berlama-lama, ia memilih keluar kamar mandi dan berganti pakaian celana training pendek selutut bewarna abu-abu dan baju lengan panjang bewarna hitam , handuk kecil ia sampirkan di sekitar leher setelah menguncir rambut panjangnya keatas.

Setelah merasa siap, ia turun ke ruang tamu menunggu yang lainnya.

Sepuluh menit menunggu semua anggota keluarga sudah siap. Mereka akan jogging di sekitar bundaran HI sekalian mencari sarapan pagi.

Butuh perjalanan lima belas menit dengan mobil agar sampai sana. Sesampainya mereka langsung berlari terpisah sesuai kemampuan masing-masing.

Rea berlari dengan kakak keduanya yang berbeda satu tahun dengannya. Jika dilihat mereka seperti sepasang kekasih .

"Kak." Rea memecah keheningan dengan memanggil kakaknya.

Kakaknya diam dan menoleh pada Rea dengan maksud agar Rea melanjutkan ucapannya.

"Gue mimpi tadi malem." Ujar Rea membuat kakaknya mengernyitkan dahi bingung.

"Seperti yang lalu." Lanjut Rea setelah mengerti kebingungan kakaknya.

"Kata mama kemarin lo ketemu?" Tanya kakak Rea yang bernama Mike.

Rea mengangguk pelan lalu berlari mendahului kakaknya. Ia sedang malas membahas hal itu sekarang.

Satu jam kemudian, Rea sudah selesai tinggal mencari orang tuanya. Setelah berjalan cukup lama Rea akhirnya menemukan mereka sedang berbincang dengan pasangan paruh baya yang Rea taksir seumuran dengan orang tuannya.

Rea berjalan mendekat dan berdiri disamping ayahnya. Ayahnya yang menyadari bahwa Rea sudah datang menoleh dan mengenalkan Rea pada teman beliau tadi.

"Rea, kenalin ini Om Jati sama Tante Anis." Ujar Ayah dengan senyum menawannya.

"Rea, Tante, om." Rea mengulurkan tangan nya kepada pasangan paruh baya yang tersenyum memandangnya.

"Oh sayang. Lama kita tidak bertemu." Wanita paruh baya yang bernama Anis tersebut memeluk Rea tiba-tiba. Pelukan hangat yang pernah Rea rasakan sebelumnya.

Rea hanya tersenyum dan membalas pelukan Tante Anis. Hingga Tante Anis melepaskan pelukannya dan mencium pipi Rea sekilas.

"Mike sama Aldo mana?" Tanya Ibu Rea kemudian.

Rea mengedikan bahu dan memberikan kode pada ibunya bahwa ia akan mencari dua kakaknya.

"Baiklah, nanti temui kamu di warung bubur sana ya." Ujar ibunya dengan menunjuk warung yang dimaksud membuat Rea mengangguk mengerti.

Setelah berpamitan pada empat orang paruh baya tadi, Rea bergegas melangkah menjauh untuk mencari kedua kakaknya yang sering ilang-ilangan itu.

AreannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang