DUABELAS

203 9 0
                                    

Budayakan voment :)
_
Happy reading <3
_

typo(s) dimana-mana

Sekarang hari Kamis, jadi sudah tiga hari Rea tidak bersekolah. Gaby yang paling semangat siang ini karena akan menengok sahabatnya dan otomatis bertemu kakak-kakak ganteng Rea.

"Wah! Ini kompleks apa gila? Meikarto ya?" Kagum Gaby saat Gilbran menyetir mobilnya masuk kesebuah komplek perumahan.

"Eh ya bukanlah dodol," sanggah Reza yang membuat Gaby mengangguk-angguk lalu tersenyum geli.

Suasana mobil dipenuhi suara gelak tawa tujuh orang remaja. Reza yang memang orang paling konyol selalu mengeluarkan kata-kata jenaka dan dibalas sindiran oleh Sandi. Deo pun sebagai pemisah jika adu mulut sudah terjadi. Sehingga Gilbran, Gilbert, Naya dan Gaby pun menjadi penonton setia yang seringkali menimpali.

Sampailah mereka didepan pintu gerbang warna hitam yang tinggi menjulang. Gilbran turun dari mobil dan berjalan sedikit kearah pos satpam. Setelah berbincang sedikit Gilbran kembali bersamaan dengan gerbang yang dibuka.

Tampaklah sebuah rumah berlantai dua yang sangat besar dengan halaman yang sangat luas membuat Gaby ataupun Naya berdecak kagum.

Mobil diberhentikan didepan garasi. Gilbran keluar diikuti yang lainnya dan pastinya masih dengan suasana berisik.

Bel sudah berbunyi tinggal menunggu seseorang membukakan pintu untuk mereka. Oh ya satu lagi mereka belum memberi kabar kepada Rea bahwa akan kesini jadi istilahnya kejutan yang tiba-tiba.

Ceklek

Suara pintu yang dibuka pun menyita perhatian mereka yang sedari tadi asyik mengamati lingkungan sekitar.

Seorang laki-laki dengan kaos putih polos dan celana selutut warna hitam tak lupa kacamata baca bertengger dihidungnya yang mancung membuat Naya dan Gaby pun menjatuhkan rahangnya.

"Eh kak Aldo. Kita kesini mau nengok Rea yang udah tiga hari nggak masuk." suara Gilbran mengembalikan dunia Gaby dan Naya membuat mereka tersenyum kaku.

Aldo tersenyum "Oh ayo masuk kalo gitu."

Gaby sedikit kecewa ketika melihat Aldo yang seperti tidak mengenalnya padahal waktu itu Aldo pernah ingin minta nomernya saat jogging pagi hari.

Mereka bertujuh pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu selagi menunggu Rea yang turun kebawah, karena tadi Aldo bilang bahwa Rea masih tidur.

Suara derap kaki yang mendekat membuat mereka semua menoleh dan munculah sosok wanita berumur empat puluhan dengan wajah bulenya.

"Halo?" sapa wanita tersebut yang merupakan Atika, ibu dari Rea.

"Halo Tante." Jawab mereka serentak membuat Atika tersenyum hangat.

"Kalian mau minum apa? Mau ngemil apa?" tawar Atika yang membuat semuanya tersenyum canggung.

Gilbran yang selalu mengerti suasana pun menjawab dengan sopan "Apa aja deh Tante yang seger kalo bisa hawanya panas."

Atika tertawa singkat lalu berpamitan untuk membuatkan minum. Melihat Ibu Rea yang sudah jauh Gaby dengan heran pun bertanya "Ini rumah segede istana kagak ada pembokat?"

"Adalah." Sahut Reza cepat.

"Kok malah tante Tika yang buatin minum?"

"Ya emang gitu. Emang harus ya pakek pembokat buatin minum?" samber Sandi yang membuat Gaby mengatupkan bibirnya rapat.

"Ibunya masih muda banget. Bule ya kayaknya?" ucap Naya yang seperti pertanyaan.

Gilbran yang mengerti pun harus menjawab beberapa pertanyaan dari kedua gadis itu nantinya.

AreannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang