DUA PULUH

97 8 4
                                    

Holaa akhirnya aku updet lagi ❤
Maafkan kemoloran yang sangat-sangat gajelas :v

-

Oke, happy reading guys

-

Voment kuy

-

typo(s) everywhere.

Sandi
L dmn , gw udh dirumah l to kagak ada.

Gilbran
Kafe Deket sekolah. Sini!

Sandi
Etdah. L ngapain?

Gilbran
Neduh sama ngopi. Kesini bawa mobil gw

Sandi
Ck! Nyusahin

Gilbran
Ngmng apa l ?

Gilbran meletakkan ponselnya kembali ke meja. Ia menyesap kopi hangatnya seraya mengamati keadaan kafe yang lumayan sepi ini.

Kring!

Suara pintu terbuka membuat Gilbran menoleh dan menerka bahwa itu adalah Sandi.

Harapan itu pupus ketika seorang gadis, masih menggunakan seragam sekolah seperti dirinya, bedanya gadis itu menambahkan kardigan warna coklat tua di badannya.

Gilbran terdiam. Ia masih mengamati gadis tersebut hingga si gadis sadar dan melambaikan tangannya kearah Gilbran.

"Kamu ngapain?"

"Nunggu Sandi."

"Aku gabung ya?" Tanya gadis itu yang mau tak mau membuat Gilbran menoleh dan berharap sandi segera datang membebaskannya.

Gilbran mengernyit ketika memergoki gadis itu menatapnya intens.

"Apa?"

Gadis itu tersenyum, lalu memegang tangan Gilbran yang ada dimeja dan mengusapnya lembut.

"Aku kangen kamu. Udah lama kita nggak ngafe bareng."

Perkataan itu membuat Gilbran membatu. Lalu ikut tersenyum tipis membuat gadis itu makan mengeratkan pegangannya.

"Anjir ya lo! Malah enak-enakan disini."

Suara lengkingan membuat Gadis itu melepaskan genggamannya dan tersenyum kikuk.

Sandi memilih segera duduk dan memesan kopi panas kesukaannya tanpa memperdulikan tatapan membunuh dari Gilbran.

"Lo disini ngapain Jes? Kalian NGE-DATE?" ujar Sandi menekankan kata ngedate.

Gadis yang ternyata adalah Jesselyn itu menggeleng cepat.

"Gue nunggu jemputan. Terus lo ngapain kesini? Nongkrong kok cuma berdua. Eh btw Gilbran bajunya basah juga kenapa?" Tanya Jesselyn membuat Sandi menghela napas.

"Yaiya basah. Orang milih mobilnya dipakai buat nganterin cewek yang jelas-jelas udah nolak dia."

Perkataan Sandi membuat suasana meja menjadi hening. Gilbran menatap Sandi dengan tatapan tajam dan membunuh.

"AW! Anjir jangan diinjek kaki gue," ringis Sandi mengusap kakinya dibawah meja.

Menghiraukan Sandi, Jesselyn menatap Gilbran meminta penjelasan.

"Rea?"

Gilbran tidak mengangguk tidak juga menggeleng. Ia hanya diam menatap jendela datar.

Jesselyn menghela napas lelah. Lalu menatap Gilbran dalam. "Mau sampai kapan? Kamu tau dari awal dia suka siapa cinta siapa dan milih siapa kan?"

AreannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang