1. ALSHA FADYA

98 7 4
                                    

"Alsha fadya" ucapan yang lebih terdengar seperti bentakan itu betasal dari seorang guru tambun dengan muka sangar saat menyebut nama tersebut.

Bukan hal yang tabuh memang, jika nama tersebut selalu membuat semua guru menjadi jengkel.

Alsha fadya narandra, gadis manis dengan raut wajah yang cantik namun selalu berdiam diri, meski banyak orang yang mencemooh dirinya.

"Kenapa nilai kamu selalu dibawah standar? Berapa kali saya harus bilang sama kamu untuk lebih giat belajar" Desi, nama guru itu.

Sementara gadis yang berdiri disampingnya hanya terdiam dengan wajah datar.

"Jika hal ini terus terjadi, say tidak yakin kamu masih bisa bersekolah disini" ucap Bu Desi lagi.

Alsha menganggukan kepalanya beberapa kali, lantas berjalan mendekati bangkunya yang ada dipojok belakang kelas sendiri tak adaa seorang pun yang mau duduk disampingnya.

"Andra Narandra"

"Maaf Al" ucapan tersebut terlontar dari pemuda tampan pujaan banyak gadis yang duduk tepat di depan Alsha.

"Basi" hanya satu kata, yang selalu diucapkan Alsha untuk kalimat tersebut.

Bu Desi, guru bertubuh tambun itu langsung melontarkan pujian pada Andra, memang pemuda tampan itu selalu menjadi kebanggaan kelas ini. Tampan, bertalenta dan juga memiliki prestasi yang cukup membanggakan, selalu jadi juara kelas, bahkan juara umum.

****

"Lama-lama gue makin muak tau ga, sekelas sama manusia ga beguna kaya dia"

"Apalagi gue, yang duduk dibangku sampingnya"

"Gue tuh heran ya, kenapa cewek aneh itu bisa masuk ke sekolah se-elit ini, jangan-jangan dia nyogok guru lagi"

"Mana mungkin kaya gitu, dia kan bukan anak orang kaya. Kesekolah aja naik sepedah"

Ya, seperti itulah beberapa obrolan cewek-cewek rumpi yang sedang asik bercermin di dalam toilet. Mereka bahkan tidak menyadari jika sedari tadi objek gosip mereka sedang berada disalah satu bilik kamar mandi.

Semua karna Guru Seni siang itu memberi tugas, untuk menunjukan bakat seni masing-masing anak dalam bentuk video, atau langsung maju kedepan kelas.

****

Alsha fadya narandra, gadis yang selalu berjalan dibelakang semua orang ini kembali memakai earphone nya. Tak ada yang tahu jika dalam earphone tersebut tidak ada alunan lagu satupun.

Seolah tegar, kuat dan sombong dengan semua hal yang tak pernah ia miliki. Gadis ini bahkan tidak pernah mau berbicara di depan teman-temanya.

"Al, maafin gue. Soal Bu Desi tadi pagi. Gue ga bermaksud buat lo malu atau apapun, gue cuma... "

"Basi, ga usah ngajak gue ngomong karna gue ga suka jadi penyebab pamor lo turun" ucap Alsha datar.

Pemuda itu tak lain adalah Andra Narandra, saudara kembar dari Alsha. Mereka lahir hanya berselang waktu 5 menit.

Tapi fakta ini tak diketahui banyak orang, hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui jika mereka adalah saudara kembar. Itu pula sebabnya Alsha tidak menulis lanjutan huruf 'N' pada namanya.

"Gue janji papa sama mama ga akan tau hal ini. Gue ga tega kalo lo harus..."

"Ga usah janji, kalo lo ga bisa nepatin janji itu"

****

Alsha berdiri dipinggir sebuah danau yang rutin didatangi setiap pulang sekolah. Gadis itu bukan menunggu atau menemui seseorang, dia hanya akan mengeluarkan segala perasaannya hari ini.

"Gue kangen lo Raf, bener kata lo gue pengecut"

" Gue takut raf, tapi gue ga bisa lakuin apapun selain berharap lo ada disini sama gue"

"Woy cewek pengamen" sebuah suara melengking terdengar dari balik pohon besar yang jadi tempat Alsha bersandar.

~bersambung~

Sayap PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang