Alsha menatap anak-anak didepannya sambil tersenyum manis. Sungguh, penderitaan Alsha tak sebanding dengan apa yang dirasakan anak-anak ini.
Diusia sedini ini mereka harus merasakan rasa sakit yang teramat sangat, juga kondisi tubuh yang tak lagi bugar seperti teman sebayanya.
"Ya Allah" Alsha bergumam saat menyaksikan sendiri bagaimana sakitnya proses kemoterapi.
Gadis itu memejamkan matanya, lantas menarik napas dengan dalam.
"ka Alsha takut ya?" tanya anak di sampingnya.
Alsha tak menjawab, gadis itu justru tersenyum hangat pada gadis kecil yang baru dikenalnya beberapa menit lalu.
"sakit?"
"ga seperti yang kaka bayangin kok. Meskipun kelihatan sakit, tapi ini jalan yg bisa buat aku bertahan"
"kamu pasti sembuh kok"
"Ah kaka jangan ngaco deh, kemo ga bakal bikin aku sembuh. Ini cuma cara yang dilakuin dokter buat memperpanjang hidupku, meski sehari"
Alsha masih setiap berada di sebelah gadis kecil itu. Sampai ia mendengar suara yang cukup familiar ditelinganya.
"pokoknya aku ga mau ma!"
"kamu harus kemo sayang, ini ga akan lama"
"mama tega ngeliat aku kesakitan kaya gitu?"
"bukan begitu sayang, mama cuma ingin kamu punya harapan"
"engga ma, pokoknya aku ga mau"
Ya seperti itulah pertengkaran ibu dan anak yang dilihat oleh Alsha. Gadis itu awalnya ragu untuk mendekat, namun setelah memastikan penglihatanya tak salah ia pun berani untuk mendekat.
"Brandon? Tante?"
Ibu dan anak yang merasa terpanggil itu lantas menoleh ke arah Alsha. Gadis itu nampak tersenyum meski wajahnya diliputi keraguan.
"Alsha, apa kabara sayang?"
"Baik tante. Tante sendiri gimana kabarnya?"
"seperti yang kamu liat, tante baik-baik saja tapi brandon dia..."
"MA CUKUP!!" Brandon tak suka. Pemuda itu sangat tak suka jika sang mama sudah mulai menceritakan semua hal pada orang lain. Ia hanya tak ingin orang lain merasa iba pada dirinya, itu saja.
"Brandon! Jaga mulut lo jangan bentak nyokap lo sendiri"
"Terserah" Brandon pemuda itu memilih pergi tanpa memperdulikan dan mendengar apa yang Alsha ucapkan.
Alsha mengalihkan pandangannya pada Mama Brandon yang sudah dudul dikursi tunggu. Gadis itu mengambil sesuatu dari ranselnya dan memberikannya pada Mama Brandon.
"Tante engga kenapa-napa kan? Mungkin Brandon lagi capek makanya..."
"ini semua salah tante sayang, kalau saja tante tidak memaksa Brandon untuk kemo, dia tidak akan seperti itu"
"Brandon sakit?" ucap Alsha lirih
"leukimia stadium akhir" jelas Mama Brandon.
"Ya Allah" Alsha memegang dadanya yang bergemuruh tak jelas. Pemuda seceria Brandon memiliki penyakit seperti itu?
***
"Gimana rasanya di kemo kaya gitu ya?"
"sakit" ucap Alsha seadanya.
"eh sayang"
"sayang?"
"iya" Brandon menunjukkan senyum manisnya, yang justru membuat Alsha kesal.
"nyesel gue nyusulin lo kesini"
"dengan lo kesini aja, gue udah tau kalau lo suka kan sama gue?"
"najis, jijik"
"setidaknya lo perduli sama gue ya kan?" Brandon menaik-turunkan sebelah alisnya.
"nyokap lo ngerasa berasalah karna maksa lo buat kemo"
"sebenernya gue sih ga masalah kalo harus kemo"
"trus?"
"gue cuma ga mau rambut kesayangan gue ini rontok begitu aja gara-gara kemo"
"terserah, jangan nyesel kalo sampe lo ga bisa liat nyokap lo senyum lagi" ancam Alsha.
"lah?"
"asal lo tau setiap orang tua pasti mau anak nya hidup lebih lama meskipun cuma semenit"
"termasuk nyokap bokap lo?"
***
Alsha berhasil membujuk Brandon agar mau melakukan pengobatannya. Pada akhirnya Brandon menyetujuinya saat melihat wajah mama nya yang sangat sedih setelah berbicara dengan dokter.
"lo tau alasan gue selalu ngejar lo?"
"engga, ga penting juga buat gue sih"
"aihh lo bisa ga sih ga cuek sama semua orang"
"suka-suka dong, hid.."
"Al, gue tau gimana lo sebenernya. Sikap lo yang sok ga peduli itu cuma kamuflase dari sikap lo yang sebenernya"
"sok tau"
"lo tuh buka siapa-siapa gue. Lo cuma adik kelas yang selalu ngikutin gue jadi jangan asal nyimpulin sesuatu tentang gue. Ngerti!" ucap Alsha dengan kesal.
"cacha"
Alsha yang tadinya membuang muka kini kembali menatap Brandon. Hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu, ya hanya satu.
"dari mana lo tau panggilan itu?"
"karna gue yang selalu manggil lo dengan nama cacha"
Alsha mencoba mengingat sesuatu, yq benar hanya ada satu orang yang memanggilnya 'cacha'.
"jadi lo..."
"iya ka cacha, ini aku. Anak kecil yang dulu kaka tolongin"
"lo ga lagi ngibulin gue kan?"
"buat apa? Ga guna amat. Lagian gue juga beneran sayang sama lo"
"hah?"
"ya awalnya gue cuma mau balas budi sama lo, tapi nyatanya gue malah suka beneran sama lo"
~bersambung~
Angela
Selasa,5 Juni 2018
90.25

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung
Teen FictionBagaimana bisa seorang manusia hidup menyendiri layaknya Malaikat? selalu menerima kesalahan dan keburukan yang diperbuat oleh orang lain. Mengasingkan diri demi saudara kembarnya. Bahkan setelah begitu banyak hal yang dilakukannya ia masih saja ta...