17. Parent

20 5 0
                                    

"Berhenti disitu!!" perintah sebuah suara ketika Alsha mau menaiki tangga menuju kamarnya.

Alsha, tentu saja berdiam diri di tempat. Dengan wajah dan ekspresi yang masih saja datar. Ini bukan kali pertama sang ayah, memanggilnya seperti itu.

Kejadian selanjutnya bisa ditebak, jija bukan sumpah serapah pasti amukan membabi buta yang ditujukan padanya. Dan semua itu pasti berhubungan dengan Andra.

"kenapa nilai-nilai Andra turun drastis?"

Benar bukan?

"saya engga tau"

"Mau keluar kamu dari sini?" Ancam sang Ayah lagi.

"Jika itu mau anda, saya akan keluar saat ini juga" ucap Alsha yang sudah tak tahan lagi dengan sikap Orang tuanya.

Sang mama, ada disana, disamping Ayahnya. Meski tak mengeluarkan sepatah katapun, Alsha tau jika Mamanya, itu sudah pasti mengutuknya dalam hati.

Siapa yang akan bertahan dengan keadaan rumah yang seperti ini?

Siapa yang sanggup menjalani hidup seperti ini?

Alsha benar-benar ingin berubah. Menunjukan pada dunia jika ia bukanlah gadis lemah yang hanya bisa menunggu bantuan dari Andra.

"mulai kurang ajar ya kamu. Atau kamu sudah rindu dengan cambuk saya?"

Alsha masih diam ditempat, dia dapat melihat Ayahnya, mengambil cambuk yang tergantung didinding.
Gadis itu juga dapat melihat jika sang abang telah sampai dirumah dengan selamat.

"Dasar anak kurang ajar!!" ucap sang Ayah saat ingin melayangkan cambukan pada putrinya.

Alsha tak tinggal diam, gadis itu menangkis cambuk Ayahnya, lantas membuangnya jauh dari jangkauan sang ayah.

"Papa!" Andra berteriak keras, ia berpikir jika cambuk itu akan mengenai adiknya lagi, seperti sebelumnya.

"Al, kamu engga kenapa-napa kan? Ada yang luka?" Andra bukannya meredam kemarahan Papanya, namun pemuda itu Justru khawatir dengan keadaannya.

"ANDRA!!" ucap Sang Papa keras.

"CUKUP PA, CUKUP!!" Pemuda itu tak tahan lagi dengan semua perlakuan orangtuanya kepada Alsha.

Gadis manis yang notabennya putri keluarga ini, justru hidup sengsara, tak dirumah bahkan di sekolah.

Alsha mengorbankan segalannya demi dirinya. Kepercayaan orangtuanya, nilai dan predikat di sekolah.

Jujur saja, pemuda itu tak tertarik dengan akademik, dia lebih tertarik dengan olahraga. Jika ia mendapat nilai sempurna di semua pelajaran, itu semua hanya berkat Alsha, adiknya.

"Berapa kali Andra harus bilang Alsha ga salah dikejadian itu. Andra pa, andra yang salah"

"lo ngomong apa hah!" ucap Alsha sedikit membentak kakanya tersebut.

"jangan pernah bicara kasar pada anak saya, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini! PERGI!!" Ucap sang mama yang sejak tadi hanya berdiam diri.

***

Alsha menatap pantulan dirinya dari cermin, ia tak tahu lagi harus berapa kali ia menjelaskan pada orangtuanya jika bukan dia yang bertanggung jawab atas peristiwa beberapa tahun yang lalu.

"Apa gue harus mati dulu, baru kalian bakal sayang dan nangis buat gue?"

"gue mati aja kali ya?"

"mati lah tinggal mati kok" ucap sebuah suara yang tiba-tiba saja didengar oleh Alsha.

"Justin?"

"Ya sayang"

"ngapain lo disini?"

"hak gue dong, restoran ini kan memang punya gue, eh-kakek gua deng" ucap Justin

"Se-mer-de-ka LO!, JUSTIN FERNANDEZ"

Setelahnya, Alsha segera meninggalkan Justin yang masih bergeming ditempatnya.

"Alsha PMS?"

"Dia kan emang kaya gitu yaa, lupa gue"

"bos, sehat?" tanya fitri saat melihat Justin berbicara dengan dirinya sendiri.

"hah?"

"bos ngapain ngomong sendiri? Gila gara-gara ditolak sama Alsha?" celetuk  fitri.

"Sembarangan loh!"

****

Brandon yang awalnya menolak keras, kemo yang disarankan oleh mamanya. Kini pemuda itu justru pasrah dengan apa yang akan dokter lakukan.

"Brandon janji akan kemo, sesuai aturan. Dengan satu syarat"

"apa?"

"Alsha harus ada disamping Brandon"

"ga bisa nak, itu bahaya!"

"ya udah kalo gitu Alsha harus nemenin Brandon sampe selesai kemo, brandon ga mau tau ma!"

Dan disinilah Alsha sekarang, duduk dengan mama brandon di kursi tunggu. Sebenarnya dokter bisa saja mengijinkan orang lain masuk dalam ruangan, saat pasien sedang menjalani kemo.

Hanya saja, Brandon tak ingin orang selain Alsha disampingnya. Budadarinya, Sayap pelindung yang selalu ada untuknya dulu atau sekarang.

Tak banyak diketahui orang, jika sebenarnya Alsha sangat memperhatikan orang disekitarnya.

Entah karna apa, Brandon juga tak tahu kenapa gadis manis yang dulu selalu membelannya itu berubah 180 derajat. Menjadi pendiam, dan tak ingin berinteraksi dengan yang lain.

"Lo suka sama siapa?"

"maksudnya?"

"gue apa Andra?" ucap Justin terus terang. Pemuda itu baru saja datang beberapa menit yang lalu.

"Brandon" ucap Alsha asal.

"Ga mungkin!" teriak Justin dengan keras, hingga beberapa orang yang tak jauh dari mereka menatap Justin dengan tajam.

"Engga ada ya ga mungkin di dunia ini Jus-tin"

"gue tau banget kalau lo tuh suka kan sama-"

~bersambung~

10 November 2018
23.25

Sayap PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang