Our Little Secret

7K 791 25
                                    

Sore itu kedai makan milik nenek Jimin ramai pengunjung. Maklum weekend, orang-orang banyak yang pergi ke pantai. Jimin semangat melayani para pengunjungnya, mengelap meja dan kursi, mencatat menu yang dipesan, mengantar makanan yang sudah siap

"Jiminie..." panggil seorang wanita cantik

"Eoh...eomma, ada apa?" jawab Jimin. Ia membersihkan tangannya pada celemek yang ia pakai

"Kau sibuk ya saat ini?" suara Nyonya Kim sangat pelan

Jimin menautkan kedua alisnya, perasaannya tidak enak

"Aah..aku..tt-tidak juga eomma, ada apa memangmya?" tanya Jimin takut

"Setelah selesai kerja bisakah Jiminie datang kerumah?" Nyonya Kim menampilkan senyum tipisnya, matanya sudah berkaca-kaca

"Bis-

"AAAAARRRRGGGGHHHHHHH"

Terdengar suara teriakan yang sangat-sangat kencang dari rumah Keluarga Kim. Rumah itu tidak terlalu dekat juga walaupun berada di seberang kedai nenek Jimin. Namun teriakan kesakitan itu mampu menghentikan beberapa detik kegiatan para pengunjung kedai makan itu. Nyonya Kim tertunduk, ia sudah menangis

Jimin tanpa melepas apronnya dan tanpa berpikir dua kali langsung berlari meninggalkan kedai makan neneknya. Nenek Park tergopoh-gopoh menghampiri Nyonya Kim yang sudah terisak pelan di depan kedainya. Masa bodoh jika semua pengunjung melihat wanita cantik itu menangis, dia tidak peduli

"Kenapa dengan Taehyungie?" tanya Nenek Park lembut

"Aa-ayahnya kelepasan bicara, ss-ssuamiku menyinggung kematian keluarga Jeon lagi..hikss..."

Nenek Park merengkuh tubuh ideal wanita itu, Nyonya Kim sudah dianggapnya sebagai anak sendiri, begitu pun dengan Tuan Kim. Nenek Park mengusap pelan punggung Nyonya Kim yang masih bergetar karna menangis

"Tahyungie anak yang kuat.." bisiknya

Nyonya Kim hanya mengangguk pelan

Jimin langsung berlari masuk kerumah sahabatnya itu. Ia langsung menuju ke kamar Taehyung di lantai dua, sudah tidak ada teriakan lagi

"Tae-

Jimin terdiam, kamar Taehyung berantakan, sangat berantakan seprei yang sudah acak-acakan semua komik-komiknya berjatuhan di lantai, action figure koleksinya tercecer dimana-mana. Taehyungnya itu masih mengeluarkan suara-suara lirih. Tuan Kim berhasil menenangkannya. Setidaknya seperti itu yang terlihat

Tuan Kim dengan lembut mendekap tubuh berisi Taehyung, lelaki paruh baya itu mengusap pelan punggung anaknya yang bergetar. Membisikkan kata-kata lembut untuk menenangkan Taehyung

Sahabat absurdnya itu terlihat kecil di pelukan ayahnya. Jimin benci melihat keadaan Taehyung yang seperti itu. Hatinya sakit melihat sahabatnya meracau tidak jelas

"Jeon Jungkook... Demi Tuhan, aku tidak tau harus bagaimana lagi menghilangkanmu dari pikiran Taehyung" batin Jimin

"Taehyung" panggilnya pelan

Taehyung masih tidak menyadari keberadaannya, Tuan Kim menengok dan tersenyum hangat melihat Jimin yang berdiri di ambang pintu kamar anaknya

"Hei, Taetae.. lihat siapa yang datang" ucap Tuan Kim mencoba memfokuskan perhatian Taehyung

"Jj-ungkook..." jawab Taehyung lirih

Tuan Kim mengecup singkat kepala Taehyung

"Jimin akan marah jika kau melupakan namanya, Taeger.." ucap Tuan Kim

I Call You Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang